I'm doom.
Aku benar-benar berantakan sekarang.
Bukan penampilanku. Ya .. meskipun wajahku memang sering kacau, tapi saat ini yang berantakan bukanlah fisikku.Mental! Mentalkuuu serasa mau hancur.
Setiap kali matanya menatapku.
Setiap kali langkahnya menuju ke tempatku.
Setiap kali tangannya meraihku.
Rasanya aku benar-benar hancur.Kewarasanku dipukul dengan realita aneh ini.
"Kamu bosan?"
"E-eh tidak. Aku suka kegiatan outdoor kok."
Lagi-lagi Raksasa ini. Maksudku Raksa. Pacarku. Dia tersenyum kepadaku. Senyum yang ... datar. Seperti hanya sebuah garis yang dipaksakan melikuk. Mungkin benar apa kata rumor. Dia adalah manusia berhati beku. Tersenyum tulus saja tidak bisa.
Mengusap keringat yang mulai menetes dari dahiku karena terik matahari, Raksa masih menatapku dengan poker face-nya itu.
"Agak ke sana. Nanti kamu kepanasan."
Raksa mendorongku sedikit untuk bergerak ke belakang. Aku yang sedang duduk bersila di atas rumput pun mengikuti arahannya. Kupindahkan jaket Raksa sedikit ke belakang sebelum kembali aku duduki.
Dia sendiri yang mempersilahkanku untuk menggunakan jaket ini sebagai alas duduk karena di lapangan tidak ada tempat duduk. Tapi justru aku yang merasa keberatan. Menerima kebaikan dari seseorang tidak pernah semenakutkan ini. Hahhhhh.
Setelah aku berpindah tempat, kupikir Raksa akan duduk di sampingku. Tapi ternyata dia tetap berdiri. Di depanku. Sambil menatap lurus ke arahku! Benar-benar canggung astagaaa.
Sudah tiga hari aku resmi menjadi kekasih Raksa karena kesalahanku waktu itu. Ah bukan. Itu salah Rosa. Dasar gadis kurang ajar!
Setelah membuat kekacauan seperti ini, bisa-bisanya dia mengajukan cuti sekolah dengan alasan sakit. Padahal aku tahu saat ini dia dan keluarganya sedang pergi berlibur ke Labuan Bajo.
Si sialan itu, dia sedang enak-enakan di saat aku berjuang antara hidup dan mati di sini.
Tunggu saja kau, Ros! Akan kukuras habis dompetmu saat kita bertemu.
"Kamu kenapa?"
Kamu kenapa-kamu kenapa! KAMU YANG KENAPA?!
Sok ganteng sekali anak ini!
Dengan pakaian putihnya, dia berdiri melindungiku dari terik matahari menggunakan tubuhnya sendiri.
Jika saja Damar yang melakukan ini, aku pasti sudah klepek-klepek. Tapi karena ini Raksa. Aku merasa perutku seperti akan diare.
"Ti-tidak apa-apa. Aku hanya tidak enak saja karena dilihat anak-anak."
Maaf sekali wahai adik-adik sekalian. Aku menggunakan kalian sebagai alasan.
"Hmm."
Hmm lagi? Kenapa lagi kali ini? Apa yang sebenarnya sedang pemuda ini pikirkan?
"Latihannya akan selesai sebentar lagi. Kamu mau tunggu di mobil saja?"
Aku memang sedang menemani Raksa latihan taekwondo di lapangan sekolah kami. Karena hari ini adalah jadwal dia melatih anak-anak.
Raksa benar-benar melatih mereka karena pelatih sekolah sedang berhalangan hadir.
Sebagai seorang pemegang sabuk hitam Dan 4. Eh- apa Dan 5 ya? Atau justru Dan 3?
Ah entahlah. Aku tidak terlalu menaruh perhatian pada cerita Raksa waktu itu. Karena saat itu aku terlalu sibuk mengatur ekspresiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Para Angsa
Cerita PendekKumpulan cerpen dan cerbung. Jangan dibaca kalau takut ... baper. Kisah Para Angsa ini hanyalah sekumpulan cerita pendek atau cerita bersambung. One shoot istilahnya sekarang. Ada romansa remaja, dewasa, misteri, dsb. Seringkali ada ide cerita tapi...