Lampu penerangan yang menyoroti gapura pintu masuk yang bertuliskan 'perumahan asri' itu masti dengan sendirinya. Itu juga menandakan jika hari sudah pagi, jika masih malam ya tidak mungkin. Nanti dikira masuk goa saking gelapnya.
Suasana pagi ini cukup anyep-anyep, karena sang surya masih malu-malu menampakkan dirinya. Sebenarnya bukan malu-malu, tapi memang hari ini mendung. Langit saja mirip kapas kecemplung got, saking gelap nya.
Rumah dengan model minimalis itu kini cukup sepi, karena masih pagi. Bahkan rumah-rumah yang bentukannya hampir sama dengan itu pun sama sepinya. Ya wajar masih pagi, kalau siang tidak tau.
Dengan bersuil kecil, gadis berambut sebahu itu memindai penampilannya sekali lagi. Setelah puas, ia menjentikkan jari nya di depan cermin. "Oke cakep."
Namanya juga menyayangi diri sendiri ya gitu, setiap hari merasa cakep meskipun belum mandi.
Ia kini berjalan keluar menuju dapur untuk sarapan, siulannya masih terdengar samar-samar. Melewati ruang tengah ada sang ayah yang sedang asik bercanda dengan burungnya.
Sebentar.
Maksudnya burung asli peliharaan, jangan salah paham.
"Bapak." Panggilnya, tapi hanya di respon deheman. Gadis itu mendengus kemudian langsung melengos kedapur.
Bapaknya tidak akan peduli dengan anaknya jika sudah bersama burung-burungnya. Pernah sekali bapak kena prank ibu, katanya salah satunya dari mereka dimakan kucing.
Alhasil, bapak yang waktu itu lagi diluar kota uring-uringan. Mau pulang tapi harus menunaikan tugas.
"Pagi ibu." Sapanya riang, ia meliriik kearah meja makan.
"Selamat pagi juga beban keluarga."
Yang dipanggil seperti itu hanya bisa mendengus, mulutnya rasa gatal ingin membalas.
Tapi apa daya, ia sedang sakit gigi gara-gara kemaren kalah game. Jadi harus mengunyah dua balok es batu, bukan yang gede tapi yang mirip kubus kecil itu. Tau kan?
Sampai dirumah bukannya ditolongi malah kena omel, kata ibu "Kenapa ngga sekalian ngunyah batu bata aja, itu lebih puas." Si anak Cuma bisa mangut-mangut.
"JIAHHAHAHHAHHA.... Ngga bisa balas, kasian." Tawanya meledak ketika melihat wajah saudaranya suram.
"Sen." Tegur sang ibu.
Gadis itu semakin kesal, ia kemudian menarik kursi yang akan diduduki Sen.
BRUK.
Haslinya bokong gadis itu meluncur bebas tanpa halangan menuju lantai, sakit sepertinya karena lantai sedkiit bergetar.
"HAHAHAHAHA...." Tawanya keluar begitu saja, tapi setelah itu ia memegang pipinya.
"KURANG AJAR." Sen bangun ingin membalas tapi si satunya dengan cepat belari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah (END)✓
RandomKalau ditanya soal rumah itu apa, pasti jawab nya tempat pulang. Ya benar, emang apalagi?