Burung, Woozi dan Pecel lele

64 12 111
                                    


Selepas kehebohan yang disebabkan oleh Nina tadi,Sun pulang dengan kresek hitam yang berisi snack hasil berutang di warung mang Jaka.

Percayalah nanti ibu Jihan akan mengomel dan mau tidak mau membayar makanannya.

Masuk ke rumah suasana cukup sepi, mengingat hari ini minggu. Ibunya mungkin ada dikamar, tapi bapak sepertinya belum pulang dari acara kaburnya gara-gara burung kesayangannya tidak sengaja lepas oleh Sen.

Ngomong-ngomong ini kenapa pada kabur semua? Apakah sedang tren?

"Bapak mana bu?" Tanya Sun menyembulkan kepalanya di kamar sang ibu.

"Ngga tau, habis makan tadi langsung keluar. Palingan ngambek." Jawab sang ibu yang sedang menjahit baju.

"Idih keluarga aneh." Sahut Sun kemudian pergi.

"Bapak kemana Sen?" Tanya Sun ketika masuk kamar.

"Diusir ibu."

"Beneran deh, lagi ngga minat berbicara yang tidak logis."

"Dibilangin juga." Sahut gadis itu sewot.

Tidak peduli lagi, Sun lebih memilih duduk ditempat tidurnya.

"Gue ngga sengaja sumpah,beneran kesenggol." Kata Sen.

"Kerasaan itu kandang di atas deh, kenapa sampe kesenggol?"

"Kan lagi dikasih makan, ya gitu." Sen melihat saudarinya dengan sedikit memelas.

Ia merasa sangat bersalah ketika kedua orang tuanya berdebat, ia tidak bisa melerai jika sudah seperti itu. Biasanya Sun yang akan melerai, tapi berhubung gadis itu tadi sedang sibuk mengurus masalah pelik kaburnya Nina, jadi drama usir-mengusir pun terjadi.

"Ya lagian lu kalo jalan grasak-grusuk kaya banteng, gimana ngga nabrak." Kata Sun membuka Snack.

Tidak menjawab, Sen kembali menekuk wajahnya, bahkan lebih kusut dari kaus dalam bapak 10 tahun lalu.

"Trus gimana dong? Bapak dari lu ke rumah Brina belum ada pulang." Kata Sen.

"Paling main ke rumah om Natan. Eh tapi-" Sun teringat sesuatu.

"Om Natan jalan sama tante Nita, kemana dong?"

Sen menggeleng, ia merasa sedkit bersalah; Ya sedikit aja, sisanya ia lega bapaknya tidak asik dengan hewan itu sampai lupa punya anak.

Mereka hanya saling pandang, bapak Sanjaya itu kalau sudah ngambek mirip perawan PMS. Ngga pulang seminggu aja ia jabani, jika tidak di bujuk.

-

"Pulang lah bos, ngapain ngambek gini." Kata pak Adam.

"Saya itu lagi kesal pak, masa Istri saya tega marahin saya." Kata Sanjaya.

"Saya itu Cuma ngomel sama anak saya yang ngga sengaja lepasin si Siti." Jelas pria itu lagi.

Pak Adam hanya bisa mengusap tengkuknya, ia bingung. Kenapa sampai kabur gini, kaya anak-anak.

"Ya udah lah pak, kalau mau pulang silakan aja. Saya mau disini dulu." Sanjaya mempersilahkan pak Adam pulang, karena melihat reaksi pria yang sebaya dengannya itu.

"Iya deh pak, saya duluan ya." Pamitnya.

Lepas dari pak Adam pulang, Sanjaya merebahkan diri di kursi yang ada dipos. Ia berpikir kenapa sampai sebegitu marah istrinya, padahal kan dia hanya menegur. Tidak mendapat jawaban, ia perlahan memejamkan matanya, suasana angin sepoi-sepoi siang ini membuat mengantuk.

Rumah (END)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang