Valerie mematut dirinya di cermin yang ada di dalam kamarnya, bibirnya menyunggingkan senyuman saat melihat penampilannya dalam balutan seragam sekolah swasta. Seharusnya ia mengabadikan momen ini karena ini merupakan pengalaman pertamanya memakai seragam dan pergi belajar ke sekolah. Tapi itu hanya akan membuatnya terlihat seperti anak berusia 6 tahun yang baru memasuki dunia pendidikan formal. Lagipula dia juga membutuhkan teman sekolah untuk membuat momen ini terlihat lebih nyata. Namun tetap saja, ia tidak bisa mengesampingkan fakta bahwa teman adalah hal terakhir yang bisa dimilikinya.
Menghela napas, ia mengubur dalam-dalam khayalan itu. Lingkungannya selama ini hanya dikelilingi oleh orang-orang dewasa yang memiliki ambisi besar dan menjadikan dirinya sebagai salah satu batu pijakan untuk mewujudkan mimpi mereka. Karena hal itu, Valerie tidak mengerti bagaimana pergaulan remaja seusianya ditambah lagi ia kini bersekolah di negara yang sangat jauh dari tempat dimana ia tumbuh besar. Tentu saja, pergaulan remaja di negara ini dan negara asalnya jauh berbeda meskipun ia juga tidak mengerti bagaimana kehidupan remaja seusianya disana berjalan.
Ayahnya pernah berkata bahwa hubungan pertemanan itu sangat merepotkan, mereka akan mengajakmu melakukan hal yang sia-sia untuk masa depanmu dan sebagai penerus bisnis keluarga, tidak ada waktu untuk memikirkan semua omong kosong itu.
Di tengah kegiatan memasukkan peralatan sekolah ke dalam tas--yang juga pemberian Yoojin--layar ponselnya tiba-tiba saja menyala, pertanda bahwa ada pesan masuk. Valerie mengernyit karena ayahnya bukanlah tipe yang suka mengirim pesan. Jika ada yang ingin disampaikannya, maka ia akan langsung menelpon orang tersebut. Karena penasaran, ia pun membuka pesan masuk itu yang ternyata dikirim oleh Yoojin. Dan dia baru ingat bahwa semalam ia mengirimi Yoojin nomor barunya sebelum pertemuan itu terjadi.
'10 menit lagi saya akan sampai di depan rumah anda.'
Valerie memutuskan untuk tidak membalas, namun mendadak muncul suatu ide dalam kepalanya. Ia pun kembali berdiri di depan cermin, dan segera memotret dirinya dalam balutan seragam sekolah lalu mengirimnya ke Yoojin sebagai balasan. Setidaknya alasan ini cukup masuk akal dan tidak kekanakan agar ia bisa memiliki foto hari pertamanya pergi ke sekolah formal. Sejujurnya, ia juga ingin melihat reaksi orang-orang terdekatnya saat melihatnya memakai seragam, tapi karena ia tidak mungkin mengirim foto itu ke ayahnya maka ia memilih untuk menjadikan Yoojin sebagai subjeknya.
'bagaimana? Apa benar seperti ini'
Balasan Yoojin muncul tak lama kemudian.
'cantik sekali, kelihatannya seragam itu sangat cocok untuk anda. Tapi apakah saya salah memilih ukuran? Apa anda ingin saya kirimkan seragam dengan ukuran yang sedikit lebih besar?'
Valerie kembali mematut dirinya dan ia merasa tidak ada yang salah dengan seragam itu. Roknya jatuh di atas paha, begitu pas melingkari kakinya, tidak terlalu ketat namun tetap mengikuti bentuk pinggul hingga pahanya. Dan tidak ada yang salah juga dengan kemeja serta rompi hitamnya meskipun agak sedikit sesak di bagian dada tapi itu bukan masalah besar.
'tidak perlu, seragam ini sangat pas di tubuhku. Kau punya mata yang bagus tuan presdir.'
Valerie meneruskan kegiatan memasukkan peralatan sekolahnya ke dalam tas karena sebentar lagi Yoojin akan tiba di depan rumahnya. Setelah selesai, ia menggendong tas itu di punggungnya lalu beranjak keluar dari kamar sambil mengecek pesan balasan yang masuk.
'terimakasih atas pujiannya, nona Valerie.'
Beberapa pengawalnya membungkuk untuk menyambut kehadiran Valerie tanpa bicara sepatah kata pun. Lantaran sudah terbiasa, ia hanya mengabaikannya dan menganggap semua pengawal di rumahnya itu sebagai patung berjalan. Keamanan tempat tinggal lamanya juga tidak jauh beda dengan keadaan saat ini. Ayahnya menempatkan para bawahannya di setiap sudut rumah, memastikan keamanan mansion itu terjaga dari para penyusup atau musuh-musuhnya yang sering mencoba untuk melenyapkan keluarganya. Dan karena alasan itu juga, Valerie terpaksa mengikuti aturan Alex untuk tetap berada di dalam mansion sekaligus menjalani pendidikan formalnya disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Name | 18+
FanfictionCerita ini memuat konten dewasa seperti aktivitas seksual, penggunaan obat, tindakan kekerasan, konsumsi alkohol, kata-kata kasar dan perbudakan. Kalo ada yang tanya kenapa tokoh utamanya masih 17 padahal ceritanya 18, eits anda lupa umur Korea lebi...