Chapter 8 : Rumor Baru

358 55 6
                                    

Valerie tidak lagi berada di kantin, tidak lagi duduk semeja dengan teman sekelasnya. Kini, ia berada di UKS bersama Yoojin sementara kedua pengawalnya setia menjaga di depan pintu masuk, memastikan tidak ada murid lain yang ingin menggunakan ruangan itu. Yoojin langsung membawa dirinya pergi dari sana setelah Doyoung meninggalkan kantin bersama ketiga pengikutnya. Padahal ia baik-baik saja, tidak ada luka yang harus diobati, tapi ia memutuskan untuk diam dan mengikuti kemana lelaki ini akan membawanya pergi.

Ia mengamati setiap pergerakan Yoojin dari atas ranjang. Dengan telaten, ia memasukkan es batu dari kulkas yang berada tepat di belakang meja khusus penjaga UKS ke dalam alat kompres dingin. Dan tanpa sadar, Valerie menahan napasnya saat Yoojin berjalan ke arahnya lalu berhenti tepat di depannya. Seharusnya ia tidak merasa senang akan hal-hal kecil seperti ini, tapi entah mengapa ia merasa seperti dirinya itu berharga karena ini pertama kalinya ada seseorang yang merawat lukanya dengan penuh perhatian.

"Kenapa?" Tanya Valerie tanpa sadar.

Yoojin mengernyit dan tersenyum bingung, menganggap ucapan Valerie tadi adalah hal yang lucu. "Kenapa apanya?"

"Kau tidak perlu repot-repot melakukan ini, dia hanya menjambakku bukan memukulku."

"Ini tidak merepotkan," tangan Yoojin bergerak melingkari kepala Valerie untuk menempelkan alat kompres itu sementara tangan yang lain memegang bahu kirinya. Dari jarak sedekat ini, ia bisa mencium aroma parfum Yoojin yang mampu membuatnya kecanduan. Seketika semua hal yang ingin dilakukan Valerie adalah menenggelamkan wajahnya di dada yang sedang menjadi fokus pandangannya saat ini lalu mengendus aroma Yoojin yang begitu menenangkan.

Jika Yoojin memeluknya sekarang, telinga Valerie akan menempel di jantungnya. Kemudian, pipinya akan beristirahat dengan nyaman di atas kepala Valerie. Atau jika dia menciumnya, Valerie harus mendongakkan wajahnya, dan itu akan terasa menyenangkan, karena Yoojin mungkin akan menempelkan tangannya di pipi Valerie lalu menariknya mendekat sehingga mulut mereka akan menyatu seperti sepasang puzzle.

"Maaf, saya terlambat." Ada penyesalan dalam suaranya. "Saya tidak tau jika anda memutuskan datang hari ini."

"Tak perlu minta maaf, ini bukan salahmu." Entah kenapa ada bagian kecil dalam diri Valerie yang merasa bersalah karena tidak mengabari Yoojin terlebih dahulu jika hari ini ia akan berangkat ke sekolah, padahal itu haknya ingin memberitahu lelaki ini atau tidak, meski begitu ia tetap mengatakannya. "Seharusnya aku bilang dulu padamu atau mengirim pesan sebelum berangkat."

"Anda akan melakukannya lain kali?"

"Aku tak janji." Jawabnya, ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Tidak biasanya ia bersikap seperti ini, seolah dinding pertahanannya goyah saat ia berada di dekat Yoojin. "Kukira, kau tidak akan datang." Ucapnya setelah terdiam sejenak.

Yoojin meletakkan alat kompres itu di samping Valerie dan tangannya yang sedari tadi bertumpu di bahu gadis itu, kini ia gunakan untuk mengangkat wajah Valerie agar mata mereka bisa bertemu. "Saya memang tidak berniat datang hari ini karena ada urusan penting, mungkin setelah ini saya akan pergi lagi," ia mengangkat tangannya dan mulai merapikan rambut Valerie yang sedikit kusut akibat kejadian tadi. "Tapi setidaknya saya tidak perlu cemas karena tak akan ada lagi yang berani menyentuh anda, dan untuk berjaga-jaga, saya akan menyuruh wakil pimpinan untuk tetap tinggal di sekolah." Yoojin meletakkan tangannya di kedua sisi tubuh Valerie seolah sedang mengurungnya, ia tersenyum berpuas diri saat melihat penampilan gadis yang baru saja selesai ia rawat. Di matanya kini, Valerie terlihat begitu memesona seperti malaikat, dan siapa yang bisa menduga bahwa gadis secantik dan sepolos ini bisa menjadi penyebab kematian banyak orang. "Maaf, saya tidak meminta persetujuan anda dulu, itu tadi keputusan mendadak."

"Soal apa?"

"Saya sengaja menyebarkan rumor bahwa anda itu milik saya."

Valerie ingin sekali memberitahu Yoojin bahwa ia bisa melakukan beberapa bela diri, seperti karate, jiu-jitsu dan systema. Jelas sekali, ia berhasil menguasai semua itu karena tuntutan dari Alex yang tidak suka melihat putrinya memiliki kelemahan. Tapi ia memilih menyembunyikannya karena ia menyukai apapun perasaan yang sedang ia rasakan saat ini. Ia senang melihat usaha Yoojin untuk melindungi dirinya disaat lelaki itu tidak bisa mengawasinya. Dan ia juga suka mendengar bahwa dirinya adalah milik Yoojin meskipun mereka hanya berpura-pura.

Her Name | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang