Chapter 6 : Satu hari di sekolah

385 52 5
                                    

Dia harus memberitahu ayahnya. Tidak ada cara lain sekarang.

Valerie melihat pemandangan sungai han yang kini sudah menjadi bagian dari kesehariannya. Ini hari ketiganya di Korea, dan dia memutuskan berangkat ke sekolah karena tidak ada kegiatan lain yang bisa dilakukannya, selain menunggu kedatangan para anggota organisasi yang akan menjadi bawahannya nanti. Hanya saja, ia tidak pergi bersama Yoojin. Entah lelaki itu datang ke sekolah atau tidak, mereka belum bicara lagi setelah rapat tidak formal semalam berakhir.

Alih-alih memikirkan bisnis anak perusahaan kelima, Valerie justru memikirkan rencana Choi Dongsoo yang ingin menghilangkan kelemahan serta masa lalunya yang kotor. Ia pikir, pria tua itu tidak akan menjadi ancaman yang bisa menghambat langkah bisnis keluarganya. Meskipun kelihatannya tidak terlalu berbahaya karena Yoojin memegang kelemahan pria itu, tapi sudah menjadi kebiasaan Valerie untuk tetap bertindak hati-hati, sekecil apapun acamannya. Dan soal tikus penyusup itu, ia terus merasa cemas walaupun Yoojin sudah menyuruhnya untuk tidak terlalu memikirkannya.

Ujung kukunya berkali-kali mengetuk layar ponsel yang tergeletak di atas pegangan kursi mobil, menunggu panggilan masuk dari Alex yang tak kunjung datang setelah pesannya terkirim dua jam lalu. Jika agenda Alex hari ini tidak terlalu sibuk, kemungkinan sebentar lagi ia akan menelpon karena ia memprioritaskan organisasinya lebih dari apapun bahkan putrinya sendiri. Meskipun organisasi ini dibawah kekuasaan keluarganya, tapi sebenarnya Valerie belum menjadi anggotanya secara resmi, disebabkan usianya masih belum matang untuk terjun lebih dalam ke dunia gelap ini. Tapi ia tidak terlalu memikirkan itu, toh ia sudah ditakdirkan untuk menjadi pewaris Alex.

Satu-satunya yang bisa menghalangi takdirnya, yaitu dengan memiliki saudara lain, kandung ataupun tiri. Valerie juga heran kenapa Alex tidak bersenang-senang lagi dengan banyak perempuan setelah dirinya lahir. Ayahnya menjadi lebih tertutup. Padahal jika dilihat dari pohon keluarga, para pemimpin keluarga Raveno memiliki banyak anak yang merupakan hasil dari hubungan dengan selir-selirnya. Tapi semuanya mati dalam upacara seleksi mencari penerus, hanya tersisa satu yang hidup dan wajahnya bisa dilihat di daftar pemimpin keluarga Raveno.

Begitulah yang ia dengar dari sang nenek yang sudah meninggal dua tahun lalu. Dan selain tentang kewarganegaraan ibunya, ia tidak tahu apa-apa lagi soal perempuan itu, termasuk bentuk wajahnya. Valerie juga tidak tahu dimana dia sekarang, mungkin saja sudah meninggal? Atau sudah membentuk keluarga impiannya dengan suami barunya? Entahlah, ia tidak terlalu peduli.

Ponselnya mendadak berdering saat Valerie sedang fokus mengamati aktivitas penduduk Seoul di pagi hari. Segera saja, ia menjawab panggilan itu setelah deringan ketiga, dan suara Alex yang sudah dihapalnya langsung terdengar.

"Say it."

"It's about Choi Dongsoo."

"Have you met him?"

"No, I have'nt. I just got important information about him and it seems like he can interrupt our plans."

"What kind of information?"

Valerie menceritakan semuanya, tentang 4 men crew yang dijadikan sebagai ladang modal bisnis Choi Dongsoo, tentang Jonggun dan Junggo, serta rencana Choi Dongsoo yang ingin menghapuskan sistem 4 men crew, dan tentang rencana Yoojin untuk mengamankan perusahaannya agar pria itu tidak berani macam-macam. Sebenarnya masih banyak yang ingin ia ceritakan, tapi Alex lebih suka membaca dibanding mendengarkan, dia juga tidak suka penjelasan yang terlalu panjang dan bertele-tele. Itu sebabnya, Valerie memilih untuk menjelaskan sisanya dalam bentuk laporan yang akan dikirimkan melalui fax, seperti yang biasanya ia lakukan.

"He won't touch us. He knows exactly what he'll get if he messes with us." Jawab Alex begitu Valerie berhenti bicara.

"Why are you so confident?"

Her Name | 18+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang