Bunyi hantaman dan pukulan tak kunjung berhenti semenjak Valerie duduk di salah satu kursi yang dikhususkan untuk para eksekutif Ilhaehwe, bersebelahan dengan Yoojin. Lantai arena yang semula bersih mengkilat kini sudah dipenuhi oleh ceceran darah para peserta sirkus yang merupakan penjahat kelas atas. Dan setiap kali ada peserta yang gugur, sorakan para penonton semakin mengeras seolah nyawa mereka tidak ada artinya. Karena kebanyakan orang disini menganggap bahwa itulah karma yang harus mereka bayar setelah melakukan tindak kejahatan keji.
Valerie hanya menatap datar ke arena pertandingan yang kini sudah mencapai permainan ketiga. Di ronde yang satu ini, para penonton terpilih boleh menunjuk salah satu peserta lalu menawarkan hadiah berupa uang dengan nominal besar asalkan peserta yang ditunjuk bisa menyelesaikan tantangan yang diberikan. Itu sebabnya, banyak peserta yang mati di permainan ketiga ini. Dan Valerie sudah jengah melihatnya terus-menerus, ia ingin segera pergi dari tempat itu, tapi bukan karena rasa kasihan atau kengerian yang mendorongnya agar segera pergi, melainkan karena ia sudah cukup melihat sirkus anak perusahaan kedua. Lagipula, secara tidak langsung ia sudah menjadi penyebab banyak orang di dunia ini mati, cacat ataupun memiliki trauma psikologi berat yang akan selalu membekas di ingatan mereka. Ia tidak ingin menjadi munafik dengan merasa kasihan saat melihat para peserta itu mati di tempat.
Dibanding sirkus ini, ia lebih kagum dengan kekuatan anak perusahaan kedua yang sama sekali tidak boleh diragukan kehebatannya. Para eksekutifnya juga saling menjaga satu sama lain agar bisnis mereka bisa tetap bertahan meskipun sang pimpinan kini sedang terpuruk di dalam ruangannya, itulah yang ia dengar dari Yoojin sebelumnya. Ditambah fakta bahwa ide sirkus ini adalah hasil pemikiran lelaki yang duduk disebelahnya sebelum diambil alih oleh orang-orang Jepang itu, dan itu artinya Yoojin sudah mulai menggeluti bisnis gelap seperti ini dari semenjak dirinya masih duduk di bangku SMP.
Valerie tersenyum, bertanya dalam hati siapa yang telah menciptakan monster ini.
"Menyenangkan, bukan?" Kata Yoojin.
Valerie melirik ke sumber suara. "Ya, lumayan." Jawabnya lalu mengalihkan matanya lagi. "Kau masih ingin menonton? Karena aku sudah bosan."
"Kalau begitu, apa kita harus mencari tempat yang lebih privasi?"
Punggung Valerie menegang saat Yoojin meletakkan satu tangan disekitar pinggangnya. Itu membuatnya membayangkan seperti apa sentuhan itu jika tidak ada lapisan kain yang menghalanginya.
"Privasi yang kau maksud hanya kau dan aku atau kedua pengawalmu ini juga akan ikut?" Sekarang, ia menolehkan wajahnya ke arah Yoojin yang ternyata sudah menatapnya sedari tadi, dan Valerie berusaha sebisa mungkin untuk mengabaikan reaksi yang ditimbulkan oleh tatapan itu kepada tubuhnya.
"Hanya kita berdua kedengarannya tidak buruk." Balas Yoojin, entah ia sedang menggoda Valerie atau tidak karena lelaki ini sangat sulit untuk dibaca, dan Valerie tidak ingin terlalu percaya diri meskipun ia tahu jika Yoojin juga tertarik dengannya. "Lagipula, keberadaan anda tidak pernah mengancam saya."
"Jadi, kau selalu menganggap para eksekutifmu itu sebagai ancaman?" Valerie berbisik di telinga Yoojin hanya karena ia ingin semakin dekat dengannya.
"Percayalah, saya punya banyak musuh, bahkan saya juga tidak bisa mempercayai orang-orang yang bekerja dibawah saya, kecuali mereka berdua." Kata Yoojin, nada suaranya tetap tenang seolah ia tidak terusik dengan semua itu.
"Apa kau percaya padaku?" Valerie menatap tepat di mata hitam Yoojin, berusaha mencari kejujuran di dalam sana meskipun terhalang oleh lensa kacamata. Entah mengapa ia ingin sekali mendapat kepercayaan dari lelaki ini, padahal hal itu sama sekali tidak penting. Karena tugasnya selama di Korea hanyalah bekerja dibawah Yoojin sekaligus memperluas pasar, siapa yang peduli jika pimpinannya ini percaya atau tidak dengannya? Selagi ia bisa menjalankan tugasnya agar memperoleh keuntungan besar, hal itu sudah lebih dari cukup, bukan? Lagipula yang dirasakannya selama ini tidak begitu dalam, ia hanya ingin bermalam dengan Yoojin, tidak lebih dari itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Name | 18+
FanfictionCerita ini memuat konten dewasa seperti aktivitas seksual, penggunaan obat, tindakan kekerasan, konsumsi alkohol, kata-kata kasar dan perbudakan. Kalo ada yang tanya kenapa tokoh utamanya masih 17 padahal ceritanya 18, eits anda lupa umur Korea lebi...