Satu jam sudah berlalu dan wanita paruh baya yang akan menjadi wali kelasnya ini masih saja berceloteh tentang banyak hal, seperti mata pelajaran, seragam yang harus digunakan tiap musim, peraturan sekolah, daftar ranking murid, nilai sekolah yang harus dicapai jika ingin masuk Universitas terbaik di Korea. Lagipula siapa yang peduli? Ia masuk sekolah ini bukan karena ingin menjadi mahasiswa di kampus terbaik. Dia juga tidak peduli nanti akan berada di daftar ranking urutan ke berapa karena hal-hal seperti itu tidak akan membuat ayahnya senang. Alex jelas berbeda dengan kebanyakan orangtua pada umumnya.
Valerie berjengit kaget saat bel masuk tiba-tiba berdering keras tapi setidaknya itu membuat wali kelasnya berhenti bicara selama beberapa menit.
"Baik, karena bel masuk sudah berdering dan saya anggap kamu sudah mengerti semua penjelasan saya tadi. Sekarang waktunya saya mengantarkanmu ke kelas." Wanita itu berdiri dari kursinya sambil membawa tumpukan-tumpukan dokumen dan Valerie pun segera ikut berdiri. "Mari ikuti saya." Kata guru itu.
Valerie berjalan dalam diam di belakang wali kelasnya, namun tatapannya terus bergerak mengamati seluruh ruangan dan wajah-wajah para guru. Ada beberapa murid yang masih menetap di dalam sini karena harus berbincang dengan masing-masing guru. Ruangan itu berbentuk persegi panjang yang sangat luas bahkan masih ada ruang tambahan di area belakang dengan sekat kaca buram untuk memisahkan kedua area.
Begitu ia keluar dari ruang guru, Valerie melihat para murid yang masih diluar terburu-buru masuk ke dalam ruang kelasnya. Seketika lorong yang tadinya ramai kini berubah menjadi lengang. Ia terus mengikuti langkah wali kelasnya hingga ke lantai dua lalu berbelok ke arah kanan dan setelah melewati dua ruang kelas, akhirnya ia bisa melihat suasana kelas pertamanya.
Ia melirik ke arah Yoojin dan dua bawahannya yang duduk di barisan dekat jendela. Mandeok berada di meja paling belakang agar tidak menghalangi murid lain sedangkan lelaki bertopi putih itu duduk di antara Maendeok dan Yoojin yang sedang menatap ke arah lapangan. Setiap murid memiliki mejanya masing-masing sehingga tidak ada yang namanya teman sebangku.
Wali kelas itu berhenti di dekat meja guru yang terletak di pojok ruangan, meletakkan dokumen yang dibawanya ke atas meja sebelum mulai bicara. "Selamat pagi semua, mohon perhatiannya sebentar karena hari ini kelas kita kedatangan murid baru, pindahan dari USA dan ibu harap kalian bisa bantu dia untuk beradaptasi selama disini. Silahkan perkenalkan dirimu, nak."
Valerie mengedarkan matanya ke sepenjuru ruangan, berpikir bahwa sekolah formal tidak seseru itu. Lebih baik waktunya ia habiskan untuk mengurusi bisnis keluarganya. "Halo, saya Valerie Quinn, panggil saja Valerie. Saya suka orang yang tidak banyak bicara dan tidak suka orang yang banyak bicara."
Tak lama setelah ia selesai bicara, seisi kelas mendadak ricuh karena alasan yang tidak diketahuinya lalu ada salah seorang murid lelaki yang mengacungkan telunjuknya. "Kenapa bahasa Koreamu bisa selancar itu?"
"Ibu saya berasal dari Korea. Ada pertanyaan lain?" Memang benar ibunya berasal dari Korea, tapi hanya itu informasi yang diketahuinya karena ia tidak pernah bertemu dengannya sejak kecil. Dan alasan mengapa bahasa korea Valerie begitu lancar karena Alex sudah menyusun rencana kepindahannya sejak bertahun-tahun lalu sehingga ia harus belajar bahasa Korea secara otodidak. Jadi, saat Alex memintanya berangkat, ia sudah siap.
Kini giliran salah seorang murid perempuan yang mengangkat telunjuk. "Kau ada di urutan ke berapa?"
"Oh ayolah, Chaewon. Dia itu murid baru. Siapa juga yang berani mengalahkanmu?" Sahut murid lelaki yang duduk di belakangnya.
"Saya tidak tahu, kalian bisa bertanya ke wali kelas." Jawab Valerie, acuh.
Semua mata kini terarah ke wali kelas yang tampaknya sedang sibuk membuka dokumen-dokumen yang dibawanya tadi. "Kalau dihitung dan dilihat dari rata-ratanya, dia akan berada di urutan ke 8. Tepat dibawah Yoojin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Her Name | 18+
FanfictionCerita ini memuat konten dewasa seperti aktivitas seksual, penggunaan obat, tindakan kekerasan, konsumsi alkohol, kata-kata kasar dan perbudakan. Kalo ada yang tanya kenapa tokoh utamanya masih 17 padahal ceritanya 18, eits anda lupa umur Korea lebi...