Baik/Buruk

1 1 0
                                    


Kali ini kegiatan pembelajaran kembali seperti biasanya, Binta dengan tidak semangat mendengarkan penjelasan dari guru di kelasnya, dia mengistirahatkan kepalanya pada lengan tangan kirinya, sungguh contoh yang tidak baik bukan.

"jam berapa sih?." tanyanya pelan pada sahabat karibnya itu.

"masih lama" ucap Caca yang dibalas helaan yang keluar dari mulut Binta, Caca yang melihat keadaan sahabatnya itu hanya tersenyum dengan gelengan di kepalanya.

Binta masih dalam posisi, hingga kantuk datang menghampiri yang membuat ia tanpa sadar memejamkan kedua matanya. Ia tertidur dalam posisi yang sama, pembelajaran masih berjalan hingga sang guru merasakan tidak adanya tanda kehidupan di sisi salah satu siswi nya itu.

"Bin," panggil Caca pelan membangunkan Binta. Namun, Binta tak menghiraukan sama sekali ia masih nyenyak dalam mimpinya. Hingga isyarat dari Bu Beti selaku gurunya itu pada Caca mengambil alih,

"Nak Binta" gugah Bu beti

"BINTA!"


"ANJING LO CA!" reflek Binta yang terbangun karena seseorang dengan keras menggebrak mejanya.

Tentu saja hal ini membuat seisi kelas tertawa karenanya, sedangkan Bu Beti sudah dongkol dengan kelakuan siswinya itu. Binta yang baru menyadari kata-katanya tersebut menutup mulutnya rapat-rapat dengan kedua telapak tangannya. Caca tidak tau lagi harus bagaimana, ia  hanya berharap bahwa sahabatnya ini selamat dari Bu Beti.

"LARI KELILING LAPANGAN UPACARA LIMA PUTARAN, SEKARANG JUGA!" titah Bu Beti, Binta hanya melongo tak percaya. Pasalnya lapangan itu lebih panjang dan juga lebar dari pada lapangan basket pikirnya.

"Tiga putaran aja lah bu" tawarnya dengan sangat percaya diri, hal itu membuat delikan dari Bu Beti tentu saja.

"SEPULUH PUTARAN KALAU BEGITU"

"Udah Bu, Lima aja" ucapnya lalu keluar menuju lapangan, ini hari sial baginya.


Tanpa pikir panjang setelah sampai di lapangan Binta langsung saja melakukan tugasnya, sebenarnya ia sudah sering kali mendapat hukuman seperti ini. Tentu saja ini lebih baik daripada harus membersihkan toilet baginya.

Putaran pertama peluh sudah menguasainya tubuhnya, Binta sudah lemas dibuatnya. Pasalnya pagi ini ia tidak menghabiskan sarapannya tadi. Binta berhenti pada pertengahan putaran ke dua, dirinya sudah tidak kuat kali ini. Ia terduduk dalam larinya,

"Arghh sial!" kesalnya,

"Ta, tangkap!" ucap Caca menyusul Binta dengan membawakan air minum untuk Binta. Caca prihatin melihat sahabatnya yang terlihat berantakan sekarang, keringat di bajunya, bahkan rambutnya sekarang sudah tak terbentuk lagi.

"Bu beti dah keluar?" tanya Binta,

"Baru aja. Nih karet, kucir dulu tuh rambut Lo" Binta dengan cepat mengikat rambutnya,

"sial banget gue"

"pftt hahahahah, ya lagian lo bisa-bisanya ngatain Bu Beti anjing, ya jelas marah lah." tawa Caca mengingat kelakuan Binta tadi,

"Mana gue tau ada Bu Beti" gerutunya,

"Dahlah gue mau lanjut lagi," katanya lalu kembali melanjutkan hukumannya. Tentu saja keadaan sekarang tidak seperti sebelumnya, karena sekarang waktu mereka untuk istirahat. Keadaan sekitar lapangan upacara menjadi sedikit ramai dari sebelumnya.

Ada beberapa juga yang melihat Binta sedang menjalankan hukuman, lumayan kan melihat salah satu siswi tercantik dalam sekolah mereka. Apa lagi dengan keadaan Binta yang mengikat rambutnya tentu saja hal itu menjadi perbincangan hangat bagi mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NARAnya BINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang