Chapter 4

529 87 11
                                    

Taehyun menarik napasnya, lalu melirik ke arah burung merpati yang sedang berdiri di atas nakas. Tangan Taehyun terangkat untuk mengusap kepala burung itu, lalu menyisipkan kertas di paruh merpati. Matanya melirik ke arah sayap sang merpati, terdapat simbol kerajaan di sana. Taehyun semakin yakin, kalau Ayahnya yang telah mengirim burung merpati ini.

"Antarkan surat ini dengan cepat," ucap Taehyun. Seakan paham, burung itu lekas pergi melalui jendela terbuka, sambil membawa surat di paruhnya.

Taehyun melihat burung merpati itu hingga lenyap dari pandangannya. Kemudian ia melihat ke arah sekelilingnya, dirinya merasa sangat lapar dan juga haus. Tangannya yang masih terbogol sangat mempersulit baginya untuk bergerak, ditambah lagi luka di pahanya yang masih terasa ngilu. Walau sudah lumayan mengering. Ia jadi ragu jika dirinya masih bisa berjalan dengan baik.

"Biarkan aku mengeceknya."

Taehyun menoleh ke arah pintu, terdengar suara Beomgyu dari luar sana. Setelah itu pintu terbuka, Beomgyu menghampiri Taehyun dengan wajah datar dan tatapannya yang tajam, dagunya juga sedikit ia angkat untuk menunjukkan kalau dirinya paling kuat saat ini.

Taehyun masih diam di tempat, dirinya mencoba menerobos isi pikiran Beomgyu. Penyiksaan apalagi yang akan lelaki itu buat. Taehyun masih berusaha tenang saat Beomgyu mengeluarkan pisau keci dan mengarahkannya ke arah leher.

"Mengapa kau tidak memberontak?" tanya Beomgyu. Sedangkan Taehyun menatap ke arahnya, menatapnya dengan dalam.

"Kau bilang, jika aku tenang, kau akan memperlakukan ku dengan baik," jawab Taehyun, yang membuat Beomgyu menyeringai.

"Oh, kau akan jadi penurut setelah tiga hari penyiksaan? Menarik."

Beomgyu menurunkan pisaunya ke arah pergelangan tangan Taehyun, lalu merobek pakaiannya. Beomgyu membuka borgol lengan kiri Taehyun, lalu meraihnya. Melihat namanya sendiri tertulis tepat di bawah denyut nadi. Agak terlihat sedikit pudar, tetapi ia yakin kalau Taehyun berusaha memperjelas kembali dengan tinta pena.

"Aku kira kau sudah menghapusnya," ucap Beomgyu. Taehyun terdiam sejenak, kemudian membalas, "Aku tidak memiliki niat untuk menghapusnya. Sama sekali."

Beomgyu duduk di samping lelaki itu, mensejajarkan wajahnya yang membuat Taehyun menjauh. Seketika Beomgyu menarik lengan yang lebih muda, lalu mempertemukan bibir mereka. Lantas Taehyun terkejut, dirinya juga tidak memberontak, ia malah menatap yang lebih tua dengan jarak dekat, tidak lama kemudian ia memejamkan matanya.

Taehyun kembali bernostalgia saat dirinya masih kecil. Menjadi anak Raja tidak sepenuhnya bahagia, dirinya sering mengalami kesepian. Namun, saat Beomgyu datang dengan uluran tangan, Taehyun tidak lagi merasa kesepian. Bahkan, dirinya merasa sangat senang saat bersama Beomgyu, sampai-sampai mereka berlatih bela diri bersama. Sayangnya, setelah ada satu masalah yang membuat mereka terpecah belah, mereka saling balas dendam dan berusaha tidak memaafkan satu sama lain.

Setelah beberapa menit lamanya, Beomgyu menjauhkan dirinya. Ia juga merobek lengan bajunya, memperlihatkan lengannya yang tertulis nama Taehyun.

Taehyun melirik ke arah lengan Beomgyu, tangannya mengusap namanya sendiri yang terukir indah di sana. Namun, itu terasa kasar, ia juga merasa namanya sedikit lebih hitam dan timbul. Kemudian Taehyun menatap Beomgyu dengan tatapan tidak percaya.

"Kau—"

"Ya, aku melakukannya. Aku mengukirnya kembali, lalu membakarnya."

Taehyun terdiam. Beomgyu menghela napasnya, lalu menggenggam kembali pergelangan tangan Taehyun dan mengusapnya dengan lembut.

"Masa yang indah," Beomgyu tersenyum, ia tahu jika Taehyun sedang mengingat kembali kejadian masa lalu. Kemudian Beomgyu mengeluarkan korek api dari saku celananya, lalu menyalakannya di hadapan Taehyun.

"Bagaimana kalau namaku kembali diperjelas?" Seketika Taehyun mengerang saat api itu mulai membakar kulitnya sesuai ukiran nama Beomgyu.

Ini hari ke-4 Beomgyu menyiksanya.

The Pigeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang