Chapter 6

437 78 16
                                    

Hoonje memacu kudanya agar lebih cepat, poninya sampai tersibak kebelakang dan juga jubahnya hampir saja lepas, akibat hembusan angin yang kencang. Panik, tentu saja. Hoonje berusaha mendahului pasukan kerajaan Kang. Hoonje juga membuat jarak agar dirinya tidak terlihat sedang mengikuti. Hatinya juga terus mengumpat, karena kudanya tak cukup cepat untuk menghampiri mereka.

"Sial, tidak ada cara lain." Hoonjae mengambil busur dan juga anak panahnya, lalu menyorotkan ke arah Sang raja.

Dirinya berpikir, jika Sang raja berhenti, biasanya semua akan berhenti. Sama seperti pasukan semut, bila pemimpinnya jalan berputar, maka semuanya akan tetap mengikuti pimpinannya. Hoonje menarik anak panahnya, siap untuk melepaskannya. Namun terhenti, ia kembali berpikir.

"Tidak, saat ini bukanlah Sang raja yang menjadi pemimpin. Tetapi ..." Hoonje mengarahkan anak panahnya ke arah burung merpati. Dirinya menampikkan senyum miringnya, kemudian melepas anak panahnya.

Sesuai dengan target, anak panah Hoonje mengenai sayap burung itu. Lantas, merpati itu langsung tidak memiliki keseimbangan dan berakhir mendarat tidak beraturan. Para pasukan yang melihat itu langsung terkejut, mereka memberhentikan perjalanan mereka dan mencari jatuhnya burung itu.

"Aku yakin jatuhnya tidak jauh dari sini. Temukan merpati itu!" titah Sang raja. Hoonje mengintip dari semak-semak dengan tudung jubahnya.

"Aku tidak akan biarkan kau menemukan putramu, Yang mulia."
Hoonje tersenyum miring, lalu mengusap kepala burung merpati yang tampak kesakitan. Ia menarik anak panah yang hampir menembus tulang sayap burung itu. Tubuh merpati sempat menggeliat saat anak panah itu ditarik paksa.

"Tenanglah, aku tau siapa yang bisa menyembuhkanmu," ucap Hoonje kepada burung itu. Setelah itu, ia menaiki kudanya lagi dan memacunya untuk pergi.

•°✶ – ✶°•

Taehyun menggigil, sebab dirinya sedang telanjang dada. Tentu saja bukan kemauannya, tetapi Beomgyu yang memaksa dan merobek bajunya. Pergelangannya juga masih perih, akibat perbuatan Beomgyu yang membakar kulitnya. Memang, nama Beomgyu di lengannya menjadi terlihat jelas, tetapi jika dirinya tetap diborgol, itu sangat menyiksa. Pergesekan besi dengan luka bakarnya sangat terasa. Dengan begitu, ia sengaja tidak menggerakkan lengannya sama sekali.

Taehyun melirik ke arah jendela, ia kembali teringat dengan merpati putih. Ia masih menunggu, ia sengaja hanya menulis sedikit di kertas itu, tapi ia cukup yakin. Jika Ayahnya yang menerima, Ayahnya pasti akan paham. Ia berharap, dirinya masih bisa bernapas saat pertolongan datang, dengan kondisinya yang kurus kering.

"Aku melihat apa yang kau lakukan, Pangeran."

Taehyun menoleh ke arah pintu. Terlihat Beomgyu sedang menggendong burung merpati putih, bersama dengan seorang pelayan yang membawa meja yang memiliki roda kecil di kaki meja itu. Beomgyu tersenyum tipis dan membuka suaranya lagi.

"Apa kau tidur dengan nyenyak, Pangeran?"

Taehyun hanya diam, menyadari dirinya tidak bisa tidur dengan tenang, akibat suara-suara misterius terdengar dari luar. Ia menjadi merasa cemas dan selalu menoleh ke arah pintu, ia takut jika Beomgyu melakukan hal kejam kepadanya saat tengah malam.

"Aku salut denganmu yang bisa tidur dengan nyenyak, karena yang ku tau kastil ini berhantu," ucap Beomgyu, sambil berdiri tepat di sampingnya. Ia meletakkan burung merpati itu di atas meja yang telah dibawa pelayannya. Beomgyu mengeluarkan pisau kecil yang biasa ia bawa dan ia pakai untuk menyiksa Taehyun.

"Aku pinjam pisaumu saja." Sang pelayan menurut, ia mengeluarkan pisau khusus memotong daging, dan memberikannya kepada Beomgyu.

"Berbelas kasihlah, Hyung. Aku mohon," ucap Taehyun tiba-tiba, dengan suara serak. Sungguh, Taehyun sudah cukup muak merasakan penyiksaan, dan saat ini ia harus melihat penyiksaan pula?

Beomgyu melirik ke arah yang lebih muda, kemudian tersenyum saat mendengar kata 'Hyung' yang keluar dari mulut Taehyun. "Aku sedang melakukannya, untukmu Taehyun-ie."

Beomgyu mengangkat pisau ke udara, lalu mendaratkannya ke arah leher merpati. Cipratan darah mengenai wajah Taehyun, bahkan semua benda ternodai dengan warna merah, mengingat semua yang berada di kamar ini berwarna putih. Beomgyu juga tidak peduli dengan pakaiannya yang ikut terkena cipratan darah, ia sibuk mencincang burung itu sampai beberapa bagian.

"Ah iya, kau lapar bukan? Bagaimana kalau menu makanannya merpati ini?" Beomgyu terkikik kecil, sedangkan Taehyun hanya bisa menunduk. Ia mulai menyerah, harapannya ingin keluar dari sini nyatanya nihil.

Setelah aksi memotong selesai, Beomgyu langsung menyuruh pelayan untuk mengolah daging merpati itu. Kemudian Beomgyu menghampiri Taehyun, menarik dagu yang lebih muda agar menatapnya.

"Oh ya Tuhan, kenapa kau menangis, sayang?" Beomgyu mengusap pipi Taehyun bersamaan dengan noda darah dan juga air matanya. "Janganlah menangis, aku akan selalu disampingmu. Pangeran harus kuat."

Taehyun menatap Beomgyu yang tampak kabur, akibat terhalang oleh air matanya yang terus mengalir. "Hyung ..."

"Itu yang biasanya Ibumu bilang bukan?" Sela Beomgyu. Yang lebih muda terdiam, pandangannya masih tak lepas dengannya. Kemudian lelaki dihadapannya menghela napas.

"Haah, aku jadi rindu Ibuku. Andai saja Ayahmu tidak membunuhnya, dia pasti sedang memelukku." Beomgyu memiringkan kepalanya, sambil tersenyum. "Apa kau ingin dipeluk Hyung juga Taehyun-ie?"

"Kenapa kau selalu menuduh Ayahku yang melakukannya?! Ayahku tidak mungkin melakukan itu!" gertak Taehyun. Dirinya yakin, Ayahnya tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu, yang ia tahu Ayahnya adalah seorang Raja yang teladan dan dermawan.

Beomgyu berdecih, ia menyilangkan tangan di depan dadanya. "Mungkin ada satu hal yang tidak kau ketahui."

Beomgyu melempar kalung emas, yang entah dapat darimana. Kemudian Taehyun menangkapnya, dan melihat bandul kalung itu yang berbentuk merpati.

"Ayahmu berselingkuh dengan Ibuku. Semenjak itu, aku sangat benci dengan merpati."

The Pigeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang