Cahaya matahari musim panas begitu menusuk hingga ke pori-pori. Hiruk pikuk ruang kelas membuat kepala terasa pusing, ditambah dengan AC yang rusak sehingga banyak yang melarikan diri ke kantin. Seorang perempuan dengan balutan blouse berwarna mint serta celana cream memasuki ruang kelas dengan menghentak-hentakkan kaki. Raut wajahnya seperti diperas jeruk nipis, masam. Tangannya menggenggam lembaran kertas setebal 2,5 cm dan langsung menghempaskannya keatas meja di depan dua orang perempuan yang sedang bersolek, mereka Anggun dan Kia, sahabatnya. Hal tersebut sontak membuat kaget keduanya. Alhasil, lipcream yang sedang dipoles Kia langsung mencoret pipinya.
"Eh buset, ngapain lo?!" Ujar Anggun kaget, sementara Kia masih shock dengan wajahnya.
Gadis itu duduk di bangku kosong di sebelah mereka dan langsung menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi. Ia menghela nafas panjang dan kembali duduk dengan tegak menghadap kedua sabahatnya itu.
"Lo kenapa? Kek orang abis baku hantam aja" Ujar Anggun lagi.
"Iya anjir, lo liat ni pipi gue ah" Ujar Kia sembari mengelap pipinya yang merah dengan tisu.
"Iya, gue abis baku hantam sama Pak Rio" Ujar gadis itu ketus. "Liat tuh proposal gue, masa disuruh ganti judul lagi, gila ya! dipikir mudah apa. Mana kalo ganti judul berarti bab 1 gue juga diganti dong. Dia awalnya bilang ke gue 'bisa Ra pake judul ini' terus gue ya udah nyari data effort banget tiap hari ke kantor pajak, ngantri panas-panasan, mana biasanya ga ada lagi bapaknya. Hish!" Tambahnya lagi dengan nada marah dan mengeluh sembari menunjuk lembaran kertas setebal 2,5 cm yang ternyata adalah proposal skripsinya.
"Gilak sih Pak Rio, ga habis pikir gue. Killer banget tuh orang, untung aja bukan pembimbing gue" Kia memoles kembali lipcream nya dengan sempurna di bibir.
"Ya udah sih, Ra. Lo kan tau dia gimana orangnya, ikutin aja lah daripada makin nambah masalah, nanti lo dipersulit lagi" Ucap Anggun menenangkannya sembari memberi sentuhan terakhir di pipinya. Libra nama gadis itu, mahasiswa semester akhir yang sedang berjuang memenangkan hati pembimbing skripsinya yang perfectionis dan terkenal killer.
"Eh, ke mall yuk, gue mau beli baju sekalian makan, laper gue" Ajak Kia seraya memasukkan barang-barangnya ke dalam totebag berwarna putih dengan corak daun kecil.
"Ayok, mau beli es krim biar dingin dikit nih otak dan hati gue" balas Libra.
Mereka berjalan keluar kelas menuju parkiran yang berjarak kurang-lebih 15 meter dari tangga turun ruangan. Terparkir mobil kecil berwarna putih dengan plat yang bertuliskan KIA di akhirannya, sesuai dengan nama pemiliknya. Baru saja akan membuka pintu mobil, seseorang berjalan terengah-engah mendatangi Libra.
"Ra!" Sesosok laki-laki tampan dengan postur tubuh yang tinggi, kulit sawo matang dengan dua lesung pipi yang terukir diwajahnya dan alis tebal. Pakaiannya stylist dengan comma-hair undercut. Rafly, pacar Libra sudah sejak awal masuk SMA. Mereka berdua berada di SMA yang sama dan terkenal selalu menempel seperti magnet antara satu dengan yang lainnya. Rafly merupakan mahasiswa jurusan teknik yang juga menempuh semester akhir. Kedatangan Rafly membuat Anggun dan Kia menghela nafas. Bukannya tidak suka, pasalnya Rafly merupakan tipe orang yang posesif bahkan sempat melarang Libra untuk bergaul dengan mereka, padahal mereka bertiga sudah bersahabat sejak SD. Libra menoleh kearah Rafly dan berjalan mendekatinya.
"Kok kamu ga bilang kalo mau kesini? Ngapain?" Tanya Libra kepada pacarnya tersebut dengan tatapan bingung. Lelaki itu merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya, mengutak-atik sedikit kemudian menunjukkan sebuah layar yang menunjukkan telah mem-booking tiket bioskop.
"Aku kesini mau jemput kamulah, sayangku.. Ayo lunch dulu abis itu kita nonton ya" Jawabnya dengan excited sembari mengusap lembut kepala Libra. Perlakuannya kepada Libra tidak pernah berubah, tetap manis dan hangat. Rafly merupakan idola sejak SMA dan karenanya Libra sering menjadi bulan-bulanan kakak kelas serta teman seangkatan yang iri padanya. Libra tak bisa menolak ajakan Rafly, karena dia akan terus merengek seperti bayi, meskipun itu agak menggemaskan.
"Bentar ya, aku bilang mereka dulu" Balas Libra sembari berbalik kearah sahabat-sahabatnya.
"Ra, please deh, sekali aja bisa ga sih lo lebih milih kita daripada dia? Lo tau kan dia itu orang baru dalam hidup lo, kita lebih duluan kenal sama lo" Anggun merengut dan memberi tatapan sinis kearah Rafly yang berdiri tidak jauh dari mereka.
"Sorry ya guys, kalian kan tau dia gimana orangnya. Gue janji besok deh, gimana?" Tawar Libra dengan raut wajah tidak enak melihat sahabat-sahabatnya.
"Terserah lo deh, yuk Ki!" Anggun cemberut dan Kia hanya bisa pasrah menerima keadaan. Libra berbalik dan menyusul Rafly yang sudah lebih dulu masuk ke dalam mobil hitam yang terparkir di seberang mereka.
"Aku ga enak deh sama mereka, udah sering banget aku nolak ajakan mereka gara-gara mau pergi sama kamu" Ujar Libra
"Oh kamu terpaksa pergi sama aku?"
"Bukan gitu, kalo kamu ga ada nanti kan aku pasti sama mereka"
"Maksudnya aku ga ada? Udah 5 tahun kita Ra dan kamu masih ngeraguin aku? Aku janji bakalan selalu ada buat kamu sampe kapanpun. Pokoknya aku cuma mau kamu tau kalo aku bakalan setia dan sayang sama kamu dulu, sekarang, dan selamanya. Ga akan pernah berubah sedikitpun"
Setiap kata yang keluar dari mulut Rafly membuat Libra merasa sangat dicintai dan memiliki seseorang yang selalu ada dalam setiap momen hidupnya. Rafly merupakan laki-laki kedua setelah ayahnya yang sangat dipercayainya dan bertanggung jawab. Kalau bisa dibilang, Rafly ini paket komplit banget dan Libra beruntung bisa memilikinya.
*****************************************************
Gimana prolognya? semoga suka ya
Maaf kalo ada bahasa-bahasa yang terkesan kasar kedepannya, karena author buat cerita ini relate dengan kehidupan sehari-hari dan ada juga yang diambil persis sama based on true story hehe
Enjoy the story yaa! Jangan lupa di vote dan follow (kalo suka, ga maksa)
-Author
KAMU SEDANG MEMBACA
Raga Satria Ku
RomanceKetika sebuah kepercayaan dihancurkan oleh orang yang berperan sebagai tokoh utama dalam kisahnya. Libra, untuk pertama kalinya merasakan patah hati di hidupnya. Ia selalu percaya akan ada pelangi setelah badai. Namun, saat datangnya pelangi, tanpa...