BAB 1

29 5 5
                                    

"Totalnya lima ratus enam puluh ribu, ada member kak?" Tanya seorang wanita yang berpakaian rapi dengan atasan kemeja merah dan rok abu-abu selutut.

"Ga ada mbak, bisa pake debit kan?" Jawab Libra sembari menyodorkan kartu debit dari salah satu bank swasta terkemuka. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum simpul dan meraih kartu debit dari tangan Libra. Memasukkannya ke dalam mesin yang berukuran 20cm x 10cm dan menyuruh Libra untuk memasukkan nomor pin-nya dengan ramah. Setelah beberapa saat, struk pembelian keluar dari mesin lainnya dan wanita tersebut memberikan struk beserta kartu debit Libra kembali diikuti dengan paper-bag yang berisikan satu set baju dan celana. Wanita tersebut mengucapkan terima kasih sembari tersenyum yang dibalas Libra dengan senyum ramah kemudian berlalu pergi.

Hari ini bukan hari biasa bagi Libra, di hari ini tepatnya 6 tahun yang lalu, Libra merasakan kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Hari dimana seorang anak laki-laki menggiringnya ke tengah lapangan sekolah dan berlutut dihadapannya. Anak itu mengeluarkan cokelat dari tangannya yang dibalut dengan pita merah jambu dan mengatakan hal yang paling ingin gadis manapun dengar. Dikelilingi oleh beberapa anak laki-laki lainnya sambil menyanyikan bagian reff dari lagu perfect yang dipopulerkan Ed Sheeran, anak laki-laki manis dihadapannya menyuruhnya untuk menerima cokelat dari tangannya sebagai simbol bahwa ia menerima cintanya. Libra meraihnya dan anak laki-laki tersebut langsung memeluknya diiringi dengan jeritan anak-anak lainnya. Iya, anak laki-laki tersebut adalah Rafly, pacarnya dulu dan sekarang. Setiap mengingat momen itu, Libra merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia. Libra selalu menantikan momen pada tanggal ini setiap tahunnya, entah kejutan apalagi yang akan Rafly berikan kepadanya di tahun ini.

"Sayang, inget ga ini hari apa?"

"Ini hari Kamis, emang kenapa yang?"

"Isshh masa lupa sih??"

"Hari anniv kita yang keenam! Astagaa yangg, aku lupa beneran loh.. maaf yaa, aku udah atur jadwal aku buat ngerjain project akhir hari ini sama temen-temen sampe aku lupa sama hari kita, maaf ya yangg"

"Terus gimana dong? Kamu ga bisa keluar sama aku hari ini jadinya?"

"Yah gimana dong, mana bisa aku cancel karena ini kan project akhir yang, kalo tugas biasa sih bisa aja. Gimana kalo kita ganti besok aja?"

"Hmm yaudah deh, kamu sama siapa aja?"

"Ya sama temen-temen lah, Ridho, Ari, Dika, Dimas"

"Ohh, okedeh gapapa, semangat ya byy" Tulis Libra di pesan terakhirnya.

Libra memasukkan ponselnya kedalam tas dan mengaitkan paper-bag yang sebenarnya akan ia hadiahkan untuk kekasihnya sebagai kado anniversary. Ia kemudian pergi mengendarai motor jenis vespa berwarna putih keluar dari kawasan mall. Semangatnya agak berkurang karena perayaan mereka harus diundur besok. Ditengah perjalanan pulang, Libra berinisiatif untuk membeli es krim kegemarannya yang berjarak tidak jauh dari kos-an Rafly.

"Dibungkus vanilla sama coklat ya, ga pake isian" Dengan sigap lelaki paruh baya mengeruk es krim dari dalam tempatnya. Es krim disini merupakan es krim buatan sendiri atau home-made. Terbuat dari bahan-bahan alami dan buah-buahan, jadi rasanya tidak diragukan lagi. Libra merogoh tasnya dan mengeluarkan uang sepuluh ribu kemudian memberikannya kepada bapak tersebut. Ia mengucapkan terima kasih dengan ramah dan berlalu pergi. Sengaja ia membeli dua es krim untuk satunya diberikan kepada Rafly, sekalian lewat didepan kos-nya harap-harap Rafly masih belum pergi. Rafly sebenarnya tinggal bersama orangtuanya, namun Rafly membujuk orangtua nya untuk bisa tinggal di kos agar lebih mudah dan tidak terhalang macet saat akan ke kampus.

Libra membelokkan motornya ke dalam perumahan elit dan berhenti di sebuah bangunan lantai dua berwarna putih bertuliskan 'Kos Permata'. Setiap lantai memiliki beberapa kamar. Kos ini merupakan kos bebas akses, karena ibu kos-nya tidak tinggal bersama, meskipun begitu kos ini dilengkapi dengan kamera cctv, namun tidak menghalangi privasi anak kos selagi masih dalam batas wajar. Libra, sebagai pacar Rafly, sudah sering berkunjung di kos ini dan sudah kenal akrab dengan ibu kos sehingga tidak ada masalah jika ia ingin berkunjung. Meskipun begitu, Libra sangat menghargai privasi Rafly dan tidak pernah sekalipun masuk kedalam kamarnya. Mereka biasanya hanya bersenda-gurau di balkon yang dilengkapi dengan sofa yang sengaja disediakan ibu kos untuk santai.

Benar saja, mobil jenis Raize berwarna hitam masih terparkir rapi di depan bangunan tersebut yang tidak lain adalah mobil pacarnya, Rafly. Sontak hal itu membuat Libra excited karena masih bisa bertemu dengan kekasihnya tersebut. Langsung saja Libra memarkirkan motornya dan berjalan menuju tangga karena kamar Rafly berada di lantai dua. Libra menyusuri lorong dan berhenti di sebuah kamar dengan pintu ukiran simpel berwarna hitam bertuliskan '07' yang terbuat dari kayu jati. Ia mengeluarkan es krim cokelat milik Rafly sebelum mengetuk pintu, kemudian ia mengetuk pintu dengan hati-hati. Beberapa saat kemudian gagang pintu terpaut dan pintu perlahan terbuka.

"Surprise!" Libra mengangkat es krim cokelat dengan raut wajah yang sangat gembira, namun senyumnya pudar setelah melihat sosok yang membuka pintu bukanlah Rafly, melainkan seorang gadis dengan tinggi yang sama dengannya. Rambut hitamnya tergerai panjang sepinggang dan menatap Libra dengan wajah shock. Libra tergumam dan yang membuatnya lebih kaget lagi adalah kenyataan bahwa gadis itu memakai kaos pemberian Libra kepada Rafly pada anniversary mereka tahun lalu. Dibelakang gadis itu muncul sosok yang tadinya sangat Libra nantikan. Ia memakai celana pendek bahan jersey dan baju kaos hitam biasa. Penampilannya tak menunjukkan bahwa ia akan pergi untuk kerja kelompok mengerjakan project akhir bersama teman-teman seperti yang ia katakan pada Libra sebelumnya.

"Libra.." Lelaki itu kaget dan wajahnya memucat menatap Libra yang ada di depan pintu kamarnya.

"Anjing lo! Lo ngapain anjing! Tega ya lo sama gue, gue ga nyangka banget Raf!" Kata-kata kasar keluar tak tertahankan dari mulut Libra. Tangan kanannya melayang telak di pipi kekasihnya itu. Wajah Libra memanas karena amarah dan sesak di dadanya tak mampu ia tahan. Es krim yang tadinya ia genggam, jatuh ke lantai bersamaan dengan air matanya yang sudah tak terbendung. "Lo bilang sama gue kalo lo mau kerkom, ternyata ini ya kerkom yang lo maksud!" Libra menatap sinis dua orang didepannya.

"Sayang, aku bisa jelasin" Rafly memegang Libra dengan kedua tangannya dan berusaha mendekapnya, namun Libra menepisnya.

"Apa?! Apa lagi yang bisa lo jelasin ke gue? Kenyataan bahwa kalian cuma temen? Iya?! Raf, gue aja ga pernah ya masuk ke dalam kamar lo dan lo dengan santainya bawa cewe lain yang lo anggap cuma temen itu masuk ke kamar lo. Terus yang buat gue lebih benci lagi, dia make baju yang gue kasi ke lo! Lo pikir itu make sense?!" Nada bicara Libra meninggi sembari tangannya menunjuk wajah gadis yang ketakutan disamping Rafly.

"Raa please dengerin aku dulu.." Lirih Rafly dengan penuh harap.

"Enggak Raf! Cukup! Enam tahun kita bareng dan tiap tahun lo selalu ngasi gue surprise yang buat gue seneng punya lo. Tapi kali ini, hadiah yang lo kasi ke gue bikin gue hancur banget. Lo tega ya, kalo lo bosen ya lo bilang ke gue! Bukan main belakang kek gini caranya! From now, we break up! Makasih buat semuanya" Ia memenjamkan matanya dengan gesture tangan menahan untuk menenangkan diri. Ia kemudian mengusap air mata dengan jarinya dan tersenyum dengan paksa menatap wajah memelas Rafly.

"Enggak Raa, please aku gamau Ra" Libra berbalik untuk pergi dan Rafly menahannya namun Libra menepis tangannya. Air mata tak kunjung berhenti membasahi pipinya, wajahnya panas dan memerah. Ia berjalan cepat menuju tangga dengan Rafly yang mengejar dibelakangnya.

"Jangan ngikutin gue! Pergi!!" Kedua tangannya mendorong keras Rafly sehingga tersungkur ke lantai. Rafly yang frustasi hanya bisa duduk sambil mengacak rambutnya dengan kesal. Libra menuruni tangga dengan terisak-isak, rasa sesak di dadanya sungguh menyakitkan. Ia merasa gagal, kecewa, dan sedih disaat yang bersamaan. Untuk pertama kalinya pula ia merasakan patah hati. Sebuah pengkhianatan dari orang yang selalu ia percayai, bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Janji mereka enam tahun silam untuk selalu bersama dihancurkan oleh orang yang mengucapkannya dengan bangga saat itu. Hati Libra seakan tertusuk ribuan duri yang sangat tajam. Ia yang selalu merasa kuat disetiap momen apapun ternyata rapuh saat diterjang badai yang dibuat kekasihnya itu. Seorang laki-laki, yang mampu untuk membuatnya jatuh cinta setiap harinya, ternyata mampu pula untuk membawa luka yang luar biasa baginya. Kenangan manis yang mereka bangun hanya tinggal kenangan bagi Libra, semua itu hanyut bersamaan dengan hanyutnya Rafly ke jurang terdalam di hati Libra.

Raga Satria KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang