BAB 3

20 5 0
                                    

Libra memasukkan dompet dan ponselnya kedalam tas hitam kecil miliknya sementara Anggun masih sibuk memadukan outfit yang akan dipakainya. Berhelai-helai pakaian dengan berbagai model dan warna memenuhi lantai kamar. Sudah sejam sejak pertama kali ia memilih pakaian, entah model seperti apa yang diinginkannya.

"Astagaa lama banget, lo mau kemana sih? Kita cuma mau nongkrong di cafe biasa, bukan JFW.. please deh ga ada juga yang bakal peduli" Libra kesal karena sahabatnya itu belum juga selesai bergelut dengan outfit-nya.

"Gue bingung deh, pake yang ini apa yang ini bagusnya" Ujar Anggun sembari menunjukkan dua buah atasan di kedua tangannya.

"Yang kanan bagus, soalnya celana lo kan warnanya kaya ada putih putihnya gitu" Jawab Libra menunjuk atasan berwarna coklat susu di tangan kiri Anggun.

"Oke deh gue pake ini aja, terus jilbabnya yang ini ya"

"Iya cocok itu" Libra meraih cermin kecil dan menata kembali riasannya selagi Anggun bersiap. Tak lama kemudian, jarum pentol kecil sudah tersematkan dengan rapi dibagian tepi kepala Anggun dan merapikan sedikit bagian belakang jilbabnya. Anggun meraih tas putih kecil dan mengisinya dengan dompet serta ponselnya sesaat setelah membaca pesan dari Diksa bahwa ia sudah berada di cafe serta mengirimkan share location-nya.

"Diksa udah disana, kuy!" Seru Anggun bersemangat dan buru-buru keluar diikuti dengan Libra dibelakangnya. Mereka berdua menaiki motor vespa putih milik Libra. Anggun mengendarai motor dengan sangat cepat dan menyelip siapapun yang menghalangi jalan mereka sementara Libra hanya bisa pasrah dengan memegangi helm nya yang seakan terbang kebelakang. Perjalanan yang harusnya bisa mencapai 30 menit, namun ditangan Anggun hanya 15 menit. Ia bahkan memangkas setengah dari waktu normal perjalanannya.

Mereka tiba di sebuah cafe yang cukup besar, namun lebih terlihat seperti warkop yang luas. Bagian atasnya bertuliskan 'Prambanan' dengan huruf sambung. Mereka memarkirkan motor di parkiran yang tepat berada di depan cafe tersebut. Sebenarnya tidak terlalu ramai, namun kumpulan laki-laki yang sedang bermain game online di meja depan membuatnya terlihat penuh. Seorang laki-laki bertubuh cukup tinggi dengan kulit sawo matang serta rambut plontos berjalan kearah mereka berdua keluar dari perkumpulan itu. Iya, itu adalah Diksa pacar Anggun. Melihat pacarnya datang, Anggun langsung memeluknya dan bersalaman.

"Apa kabar, Dik?" Tanya Libra menyambut tangan Diksa yang mengarah kepadanya untuk bersalaman.

"Baik..baik.. lo gimana?" Jawab Diksa.

"Perfect" Balas Libra sembari tertawa kecil.

"Btw kalian udah makan? Minum juga, yuk duduk disana bareng" Diksa membawa mereka berdua berjalan kearah tongkrongannya yang tidak ada satupun perempuan didalamnya. Mereka semua berkepala plontos, mungkin berjumlah belasan orang dan memandangi Libra serta Anggun dengan tatapan heran. Beberapa dari mereka menyenggol satu sama lain sembari menatap hingga Libra merasa ada yang salah dengan dirinya. Diksa duduk di meja lain yang tepat bersampingan dengan meja teman-temannya. Anggun duduk berhadapan dengan Diksa sementara Libra duduk tepat disamping pacar sahabatnya itu.

"Anjir, kok lo ga bilang ternyata rame banget. Gue kira cuma kita bertiga tau" Bisik Libra pada Anggun.

"Ya mana gue tau kalo rame, gue pikir juga cuma Diksa doang" Libra merasa tidak nyaman serta seperti terjebak di dalam kelompok yang membuatnya sulit bahkan untuk berbicara dan bertindak. Tak lama kemudian, dua cappuccino es pesanan mereka sudah tiba dan mereka menyeruput minuman itu sembari berbincang-bincang. Namun, Anggun teringat akan set kartu yang dibawanya dan berinisiatif mengajak untuk bermain sembari mengobrol. Diksa mengajak salah satu temannya untuk bergabung. Teman Diksa datang dan duduk disamping Anggun kemudian mulai mengocok kartu dan memainkannya.

Raga Satria KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang