Keberangkatannya

1K 81 0
                                    

Ya ampunnn... apa kau percaya ini? Aku benar-benar tidak tidur. Aku tidak bisa tidur, tepatnya. Pertama karena teriakan Itachi dari ruang keluarga, yang kedua rasa kantukku sudah hilang, dan yang ketiga, aku masih kesal dengan kejadian kemarin, pembatalan pertunanganku dan sifat pengecut Sai.

"Sakura, kau benar-benar tidak tidur dan tidak makan?" tanya Sasuke yang langsung nyelonong masuk tanpa mengetuk pintu dulu.

Aku menggeleng

"Jika kau seperti ini terus, lama-lama kau bisa mati! Paling tidak makanlah. Itachi sudah membuatkan sarapan untuk kita. Walaupun rasanya tidak terlalu memuaskan, tapi paling tidak mengisi perutmu!" Sasuke menarik tubuhku untuk keluar dari kamar.

Aku terpaksa mengikutinya dengan kesal. Aku merasa sepertinya aku akan segera sakit. Minimal masuk angin?

"Tuan Putri sudah datang rupanya. Ayo kita sarapan bersama" Itachi menghidangkan beberapa lembar roti panggang.

Aku hanya menatap 2 lembar roti panggang dan segelas susu dihadapanku itu dengan tidak nafsu.

"Makanlah. Hanya itu yang bisa kubuat. Aku tak bisa memasak. Aku tidak bisa menyerahkan soal ini kepada Sasuke atau dia akan menggosongkan semua makanan disini" sindir Itachi.

"Aku tahu, aku tidak sabaran," Sasuke menatap Itachi tajam.

Aku tersenyum kecil. Segera kulahap dengan tidak nafsu. Well, aku harus menghargai usaha Itachi. Selama ini selalu aku dan Ibu yang menyiapkan makanan.

"Kau tihak mahu menghantar Shai he handara?" tanya Itachi dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Telan dulu, Itachi" tegur Sasuke.

Itachi segera menelan makanannya. "Kau tidak mau mengantar Sai ke bandara?"

Aku menggeleng.

"Aku tahu kau mulai menyukainya. Ayolah, jangan bohongi perasaanmu! Katakan perasaanmu padanya. Mungkin masih ada harapan?" usul Itachi.

"Entahlah. Aku tidak yakin"

"Hm, kalau begitu kau jangan menyesal. Setelah sarapan selesai, kami akan ke bandara mengantar Sai. Sekali lagi, kau jangan menyesal" Sasuke menatapku tajam sambil memberi penekanan pada kalimat terakhirnya.

Aku sedikit ragu. Lalu aku mengangguk, yang berarti aku tetap kekeuh tidak akan ikut mengantar Sai.

10 menit kemudian, kami sudah selesai sarapan. Pertanda sehabis ini Itachi dan Sasuke akan mengantar Sai.

Aku tidak yakin dengan pilihanku. Apakah itu tepat?

"Sakura, kami akan berangkat. Jaga rumah dengan baik. Ini kunci rumahnya. Kunci pintu rumah saat kami pergi, jangan keluar dari rumah. Jika ada apa-apa hubungi salah satu dari kami" Itachi memberiku sebuah kunci. Sama saja seperti Sasuke, dia juga over protective.

Aku mengangguk.

"Pilihan terakhir. Kau mau ikut atau tidak? Jika kau ingin ikut, segera ganti bajumu" Sasuke memberiku kesempatan.

Aku menggeleng dengan ragu.

"Baiklah, kami berangkat" pamit Sasuke ditemani seringaiannya

Pintu rumah ditutup.

Apa? Apa yang kupikirkan? Apakah aku menyukai Sai? Kenapa aku tidak mengantarnya? Ataukah aku tidak menyukainya lagi? Tapi kenapa aku ragu dengan pilihanku sendiri? Ayolah, aku sudah bukan anak-anak. Ini pilihan yang terbaikkan? aku mondar-mandir di kamar dengan gelisah.

Kutepuk jidatku dengan kerasnya. "Bodoh! Aku harus ikut mengantar Sai!" pekikku sambil mengganti bajuku dengan kecepatan kilat. Tanpa mandi.

Deru mesin mobil dinyalakan. Aku makin panik. Kumasukkan make-up, sisir, dan ponsel ke dalam tas selempang kecilku. Aku segera berlari mengambil sepatu tanpa memakainya.

Masih dengan tanpa sepatu, aku keluar dari rumah, mengunci pintu, dan aku segera berlari menyusul mobil yang perlahan bergerak. Aku berlari dengan brutal seperti babi hutan dan menjadi tontonan beberapa pejalan kaki yang kebetulan lewat.

Kugedor-gedor kaca mobil, tak peduli apakah akan pecah atau tidak.

Itachi dan Sauske tersenyum didalam mobil. Itachi menghentikan laju mobilnya.

"Cepat masuk" Sasuke membukakan pintu mobil padaku. Aku segera masuk. "Akhirnya kau ikut juga"

Aku tidak mempedulikan mereka yang asyik mengomentariku dari pakaian, rambut, sampai cara berlariku yang aneh.

Aku segera memberi make-up tipis yang hanya kupoles dengan bedak dan lipgloss bening. Setelah itu kurapikan rambutku dan tidak lupa memakai sepatu yang kubawa. Karena berlari tanpa alas kaki dengan brutal tadi, telapak kakiku pun lecet di sana-sini.
***

I'll Never Let You Go (sakusai fanfict)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang