2.

12 11 2
                                    

Komen cyin

.
.
.

Sarah tengah berjalan di koridor sekolah ketika seseorang tiba-tiba muncul dan menghadang jalannya, membuat langkah gadis itu terhenti.

"Hai Sar."

Alis Sarah sedikit menukik, tapi karena merasa tidak enak membiarkan tangan orang itu menggantung di udara lebih lama lagi akhirnya ia segera membalas jabatan tangan itu.

"Kenalin gue Wardah," katanya tersenyum.

Manis. Itu adalah kesan pertama yang Sarah tangkap dari penampilan gadis berjepit merah muda di depannya itu?

"Sarah," balasanya.

Hei... Kenapa gadis ini malah terlihat malu-malu begitu sih?

Pernah melihat kucing yang lagi kasmaran? mungkin begitu tingkah gadis ini sekarang.

"Mmm... Sar, gue boleh minta tolong nggak?"

Sarah tidak menjawab hanya mengangkat alis sebagai tanggapan.

"Gue... Mau nitip ini." Gadis yang mengaku bernama Wardah itu mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, lalu mengangsurkannya kedepan wajah Sarah yang saat itu terlihat mulai paham keadaan.

"Jadi ini orang ada maunya? Pantes aja dari tadi tingkahnya SKSA alias sok kenal, sok akrab." Fikir Sarah, tapi tak urung ia tetap menerima benda itu lalu tersenyum.

"Gue tebak, ini buat Tuan Muda ya kan?"

Ya iyalah, emangnya siapa lagi orang yang selalu bersamanya jika bukan Cowok itu?

Wardah mengangguk, "bisa kan? dan oh iyya__" Ia kembali merogoh tasnya, lalu beberapa saat mata Sarah langsung berbinar cerah ketika mendapati selembar uang berwarna biru disodorkan di depannya.

Kalo begini mah siapa yang tidak mau? Gila saja.

"Oh O-Oke bisa kok."

"Gue nitip ya?"

"Aman."

Kemudian Wardah langsung pergi dari sana, setelah melambaikan tangan kepada Sarah, yang dibalasnya dengan senyuman lebar.

oOo

Cetta sedikit mengembangkan senyum ketika mendapati Sarah mengangsurkan surat kepadanya.

Apakah gadis ini juga menyukainya? Tapi tidak berani berbicara langsung.

Yah pasti begitu.

Tapi demi menjaga harga dirinya sebagai seorang Tuan Muda, cowok yang mengenakan seragam basket itu pada akhirnya tetap mengajukan pertanyaan retorik klasik.

"Apa ini?"

"Suratlah apalagi?"

Cetta mendengus, gadis ini! Apa tidak bisa sekali saja bersikap lembut kepadanya?! Kenapa harus selalu berbicara keras?! dan kenapa pula Cetta harus menyukai gadis ini?!

Aish menyebalkan.

"Selow."

Gadis itu sudah siap menyembur, ketika Cetta kembali menyeletuk, "shut up atau ku potong gaji lo!"

Seketika Sarah terdiam. Apakah Cetta sudah pernah mengatakan sebelumnya? bahwa gadis ini pasti akan selalu kalah jika sudah diancam begini.

Ahaha... Dayang tidak akan pernah bisa menang melawan Tuan Muda. Tapi masalahnya, tanpa melakukan perlawananpun Dayang itu sudah berhasil menaklukkan tuan muda ini!

Aih....

"Aku akan membacanya."

"Silahkan ndoro."

Cetta menahan kekehan keluar dari bibirnya ketika melihat gaya berlebihan gadis di depannya ini, sudah seperti abdi dalem saja.

Aish curang sekali.

Sebelum kelepasan menyentuh kepala sang Dayang, yang menurutnya sangat menggemaskan itu, Buru-buru saja Cetta membuka lipatan kertas ditangannya, dan jujur saja jantungnya bertingkah sedikit berlebihan.

Tapi bukankah seorang penyair pernah berkata, 'jangan terbang terlalu tinggi jika tidak ingin jatuh' dan Cetta malah melupakan hal itu, sampai-sampai ia berani berfikir bahwa perasaannya akan terbalas melalui surat ini, dan yah... pada akhirnya ia kecewa. Sangat. Bahkan lebih parah dari itu, Cetta sampai mengira sayapnya sudah patah.

"Siapa yang ngasih lo surat ini?" tanyanya berusaha terlihat santai, tapi dalam hati sudah meringis, meraung.

"Wardah," balas Sarah sekenanya.

Alis Cetta terangkat, ia tau siapa gadis pemilik nama itu, Wardah si kapten pemandu sorak yang menjadi primadona sekolah.

Cetta berfikir, bahwa dari seluruh anggota klub itu, hanya Wardah yang masih memiliki kewarasan untuk tidak mengejar-ngejarnya layaknya seorang rentenir seperti yang lainnya. Tapi siapa yang menyangka? jika justru ia akan mengiriminya surat melalui sang Dayang, yang jelas tidak akan menolak untuk dijadikan tukang pos dadakan. Cetta cukup tau bahwa Dayangnya ini, tidak bisa menolak uang, bahkan bisa dikatakan bahwa ia memiliki obsesi aneh pada benda lembaran itu.

"Balikin."

"Apa?"

Cetta meringis, berusaha mengumpulkan kesabaran.

"Lo butuh uang berapa?"

Sarah tampak masih kebingungan.

Tuan Muda ini, apa yang ia bicarakan?!kenapa harus berbicara setengah-setengah?! dan tunggu, ada apa dengan tatapan merendahkan itu?!

"Lo dibayar berapa untuk ini?"

"Gue nggak ngerti."

Merasa tidak puas dengan jawaban itu, Cetta hanya berdecih lalu memilih untuk melanjutkan jalan, setelah mengembalikan benda berwarna merah muda itu ke tangan Sang Dara.

"Gue tunggu lo di lapangan basket, dan jangan lupa bawa bekal buat gue," katanya, sama-sekali tidak berusaha untuk sedikit memutar badan, meski jelas-jelas ucapan itu ditujukan untuk Sarah yang masih berdiri dibelakangnya.

"Mood Tuan Muda awut-awutan lagi" Fikir Sarah.

.
.
.

Love🍑

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Love🍑

Tuan Muda NCT S4 (Chenle) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang