3

4.1K 303 8
                                    

Haechan sedikit terkejut ketika melihat Mark yang sedang duduk di ruang TV, Haechan pun reflek melepas tangannya yang sedari tadi memeluk Jeno. Haechan bingung, seharusnya Mark akan pulang dalam 2 hari lagi, tapi tiba tiba saja pria itu sudah ada di rumah.

" Ma-Mark...Kau sudah pulang?"

Ucap Haechan gugup, Mark yang merasa dipanggil pun bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati Haechan yang berdiri di depan pintu.

" Ya, pekerjaan ku lebih cepat selesai"

" Kenapa tidak mengabari ku?"

" Sudah..."

Haechan dengan cepat mengambil ponselnya, ternyata benar sedari tadi Mark menelfonnya bahkan Mark mengirimkannya pesan. Bagaimana mungkin Haechan bisa mendengar dering ponselnya atau melihat pesan, karena seharian tadi ia hanya bermesraan dengan Jeno di kantornya karena itu Haechan melupakan ponselnya.

" Ah... maaf... seharian tadi aku banyak pekerjaan jadi tidak sempat melihat ponsel maafkan aku" Bohong Haechan

" Hmm... dia?" Tanya Mark sambil menunjuk Jeno pelan dengan dagunya. Haechan menepuk pelan keningnya sanking kagetnya Haechan karena kehadiran Mark, ia lupa dengan Jeno yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

" Ah.. maaf aku lupa memperkenalkan, dia Jeno teman lama ku sekaligus teman kerjaku"

" Jeno, kita pernah bertemu di acara pernikahan mu" Jeno mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan diri

" Mark..."

Mark masih diam menatap Haechan lurus, jujur saja saat ini tatapan Mark sama sekali tidak menuntut, marah atau semacamnya, tapi entah kenapa hati Haechan teriris melihat tatapan itu, seolah ada seribu emosi dalam mata Mark yang ingin Mark sampaikan tapi ia tidak bisa menunjukkannya.

" Uhm, aku dan Jeno ingin membahas proyek, jadi dia mampir sebentar boleh?" Bohong Haechan lagi, sebenarnya tadi Jeno ingin menginap tapi sepertinya rencana mereka harus ditunda dulu

" Ya, aku di ruang kerja jika kau butuh sesuatu" Setelah itu Mark masuk ke ruang kerjanya. Haechan yang melihat itu tiba tiba saja merasa bersalah, tentu saja ia saat ini tengah membawa selingkuhannya ke rumah.

Jeno tersenyum miring sambil bersiul, ia tidak menyangka Mark akan sedingin dan setidak peduli itu pada Haechan.

" Heol ku pikir ia akan memukul ku atau semacamnya tapi sepertinya iya tidak marah"

" Ya... untungnya... maaf ya sayang sepertinya kau tidak bisa menginap"

" Yaah... mau bagaimana lagi padahal aku ingin mendengar suara rintihan mu"

" Yak! Jangan bicarakan itu di sini!" Kesal Haechan sambil mencubit perut Jeno dengan wajah yang memerah

" Hahaha baiklah..... Lalu apa yang akan kita lakukan?"

" Menurutmu?! Ya berpura pura membahas proyek lah"

Jeno tersenyum gemas sambil mengecup singkat bibir Haechan

" Jeno!" Pekik Haechan sambil bibir Haechan

" Kau berisik.. Bibirmu sangat menggoda jika mengomel"

Haechan menatap Jeno nyalang sedangkan yang ditatap hanya tersenyum gemas sambil mengusak pelan kepala Haechan.

.

.

.

.

PLAK

Mark hanya terdiam saat pipinya ditampar bebas oleh Jaehyun, walaupun posisi Mark memang lebih tinggi dari Jaehyun, tapi Jaehyun itu sahabat Mark, dan jika Mark melakukan kesalahan Mark harus tau akan hal itu. Jaehyun tidak akan segan menegur Mak atau bahkan menamparnya, karena memang itulah gunanya Jaehyun yang selalu berada di dekat Mark.

" Kau tau kita rugi berapa Mark?" Mark menganggukkan kepalanya pelan, karena keegoisannya Mark kehilangan beberapa investor dan jika ditotalkan mencapai angka 2 miliar

Jaehyun menjambak rambutnya kasar, ia tidak mengerti dengan sahabatnya ini, bisa bisanya Mark menghilang dan tiba tiba pulang begitu saja. Selama di Jepang pun Mark sering tidak fokus dan lebih banyak melamun.

" Kau kenapa? Ada masalah? Kau bisa menceritakannya dengan ku! Sudah ku bilang jangan apa apa itu semuanya disimpan sendiri!"

Mark hanya diam membiarkan Jeno yang memarahinya.

"Kenapa kau tiba tiba pulang?" Tanya Jaehyun setelah meredakan emosinya.

"Aku tidak tau..." Mark juga bingung, tiba tiba saja perasaannya tidak enak dan memaksanya untuk pulang, Mark juga sadar pikirannya tidak fokus selama di Jepang.

Jaehyun menghela nafasnya panjang, menanyakan pada Mark apa yang terjadi sebenarnya hal yang percuma.

"Kau mengkhawatirkan Haechan?"

Mark diam, menatap Jaehyun lurus, Jaehyun menatap Mark cukup lama, kemudian ia baru menyadari dan bisa merasakan apa yang sedang Mark rasakan hanya dari tatapan pria itu.

Amarah serta Kekecewaan menyelimuti mata itu.

"Kau bertengkar dengan Haechan?" Mark menggelengkan kepalanya

"Lalu?"

Mark kembali diam membuang pandangannya menatap langit biru dari jendela kantornya.

"Aku tidak tau...."

Jaehyun menatap temannya itu sendu, Jaehyun sebenarnya sedikit takut saat tau Mark akhirnya menikah, karena tidak semua orang mengerti dengan orang orang seperti Mark. Dan entah kenapa Jaehyun merasa kekhawatirannya mulai terjadi.

" Kenapa aku tidak merasakan apa apa "

Cicit Mark pelan sambil menatap langit. Mark tidak mengerti melihat Haechan dengan Jeno perasaan sesak itu muncul tapi Mark sama sekali tidak marah kecewa ataupun menangis. Bahkan disaat ia melihat bagaimana Haechan tertawa bersama Jeno dan Jeno yang beberapa kali mengelus kepala Haechan. Mark hanya diam padahal ia tau Haechan itu adalah istrinya.

" Mark...."

Cicit Jaehyun sendu, menatap Mark hanya hanya terdiam, Jaehyun sangat kenal dengan Mark. Mark sebenarnya anak yang sangat humble dan ramah, tapi semenjak kematian kedua orang tuanya, Mark tiba tiba berubah, bagaimana tidak, ia melihat dengan kedua matanya jasad orang tuanya tergantung di kamar mereka.

Sejak saat itu Mark benar benar berubah, layaknya sebuah robot Mark seolah tidak memiliki emosi apapun. Mark tidak pernah lagi marah, tersenyum, tertawa bahkan menangis sejak kejadian itu, Mark tidak bisa lagi mengeluarkan emosinya dengan baik. Walaupun begitu Jaehyun tau, Mark tidak sepenuhnya rusak seperti itu, Mark masih bisa merasakan emosinya, tapi ia tidak tau apa yang sedang terjadi pada dirinya. Singkatnya Mark tidak bisa mendefinisikan apa yang ia rasakan.

" Apa aku benar benar tidak mencintainya?"

" Apa aku benar benar tidak peduli padanya...."

"  Tapi...."

Mark menggantung kalimatnya, bergumana sendiri entah pada siapanya. Perlahan Mark bisa merasakan Jaehyun yang menepuk pelan pundaknya. 

" Kau mencintainya Mark... aku tau kau saat ini marah dan kecewa"

" Tapi aku tidak merasakan apa apa"

Jaehyun tersenyum kecut, ia benar benar kasihan dengan temannya itu Mark selalu kesusahan dalam merasakan dan mengeskpresikan emosinya. 

" Tak apa... aku yakin kau akan sembuh....."

Mark hanya mengangguk pelan, kembali menatap langit. 

Apa kurangnya diriku?

Kenapa kau tidak bisa melupakannya?

Aku itu suami mu

Bukankah kau seharusnya hanya mencintaiku ? Bukan orang lain

Aku harus bagaimana agar kau mencintaiku?

Cicit Mark dalam hati sambil beberapa kali menghela nafasnya panjang. 

[Complete] My Cold Husband  || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang