Gue bakalan jadi penumpang pertama lo, Kapten Rivaldi Atlas Tenggara
Alethea Dwesa Agresa
Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala gadis yang sedang merebahkan tubuhnya di atas kasur, kejadian pagi tadi terus berputar seperti kaset yang ditonton ulang untuk yang kesekalian kali. Sebenarnya Alethea tak terlalu peduli, namun yang membuatnya penasaran, kenapa cowok itu langsung mengiyakan ucapannya nya. Hanya menjadi penumpang? Apakah hal itu sangat berarti untuk Rival? Tak ingin terlalu lama berlarut dalam pikirannya, Alethea bangkit dari kasur beranjak menuju balkon untuk mencuci matanya dengan keindahan langit malam.
Angin malam menyapa lembut Alethea yang tak henti-hentinya menatap langit dengan senyumannya yang tak kalah indah dari bintang-bintang yang berserakan di nabastala. Baginya tanpa berbicara pun malam sudah mewakili perasaan campuk-aduk yang ia rasakan, seperti ada yang kosong di dalam hatinya semenjak ia menginjakkan kaki di tanah Nusantara.
Bersamaan dengan helaan napas pasrah dari Alethea, tirai di kamar rumah sebelah terbuka lebar karena terpaan angin yang berubah menjadi kencang, pertanda hujan akan turun. Tanpa sengaja kedua mata Alethea bertemu dalam satu titik dengan pemuda yang hendak menutup jendela kamarnya lalu pandangan keduanya terkunci untuk waktu yang lama. Tampak dari raut wajah mereka yang sama-sama terkejut, namun si pemilik mata Elang berusaha untuk menetralisasi rasa keterkejutannya.
Alethea dapat dengan jelas melihat Rival yang berdiri di depan jendela, satu tangannya memegang tempat kuas dan tangan yang satu lagi memegang sisi bagian jendela. Ada lukisan yang terpanjang di dalam kamar yang ia yakin pasti kamar Rival. Ternyata sileut pemuda yang ia lihat kemaren malam adalah Rivaldi Atlas Tenggara yang akan menjadi bagian penting dalam cerita hidupnya.
Senyuman kecil penuh makna mengembang di wajah Alethea bersamaan dengan Rival yang lebih dulu memutuskan kontak mata diantara mereka saat tirai kembali di tarik untuk menutupi kaca trasparan besar yang menghadap ke kamar Alethea.
✈
"lo telat" Alethea melirik jam yang melingkar di tangannya lalu menatap sinis pemuda yang duduk di kursi pengemudi.
Rival melirik sekilas lewat jendela mobil yang sengaja di turunkan "naik atau gue tinggalin?" ujarnya dengan pandangan lurus menatap ke depan.
Alethea mendengus pelan, dengan langkah gusar ia membuka pintu mobil lalu duduk di jok belakang yang mengundang tatapan sinis dari Rival.
"gue bukan sopir lo!" katanya sambil melihat Alethea lewat pantulan spion di dalam mobil.
Alethea tak mengubris ucapan Rival, yang membuat pemuda itu sedikit kesal menghadapi gadis yang ada bersamanya sekarang. Permintaan macam apa ini, pikir Rival. Seenak jidatnya ia menjadikan Rival sopir pribadi, namun bagaimana lagi ia sudah terlanjut menerima tiga permintaan gadis itu yang harus ia kabulkan. Seharusnya dari awal, ia tak usah bertemu dengan gadis yang akan menjadi pengganggu dalam hidupnya. Memangnya dia aladi.
Sepanjang perjalanan keduanya saling diam. Rival yang hemat berbicara dan Alethea yag tak tau harus berbicara apa dengan pemuda dingin itu memilih untuk mengedarkan pandangan nya menatap jalanan kota yang tampak ramai. Sekitar setengah jam kemudian, mobil MBW berwarna hitam memasuki perkarangan sekolah, semua murid-murid Lasmana tanpa terkejut bukan main saat melihat pemandangan pagi yang tak pernah terjadi sebelumnya. Seorang kapten Rival berangkat sekolah dengan siswi baru yang bernama Alethea langsung menggemparkan satu sekolah, tak terkecuali teman-teman Rival yang duduk di jok motor mereka masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
SRIWIJAYA AIR
Teen Fiction{ aksara pena } [FOLLOW DULU SEBELUM BACA]📌 Waktu dan takdir terlalu kejam untuk kita berdua. Menggoreskan luka dan menyanyat hati terdalam. Memenjarakan kisah ini didalam masa lalu, seperti labirin yang menjebak dan tak bisa kembali. Perjalanan...