"......Never let a wound ruin me
But I feel like ruin's wooing me
Arrow holes that never close from Cupid on a shooting spree
Feeling stupid 'cause I know it ain't no you and me......" Battle scarsRival duduk di balik meja yang penuh tumpukan kertas. Kedua kakinya diselonjorkan di atas meja. Tubuhnya bersandar di punggung kursi, matanya terpenjam menikmati udara yang masuk lewat ventilasi jendela.
Mata coklat gelap selembut embun di pagi buta, terus terngiang-ngiang di dalam tempurung kepalanya. Saat ini ia merindukan sosok pemilik mata coklat itu, yang menjadi alasannya untuk bertahan.
Laksana hendak menegur Rival, tetapi mengurungkan niatnya saat melihat Rival mengeluarkan selembar foto dari saku jasnya.
"I'm miss you" ucap Rival sendu "after thousand years I realy miss you"
Kejadian itu sudah berlalu bertahun-tahun silam, memberi bekas luka yang disamarkan oleh kenangan baru yang tercipta, di pudarkan oleh masa waktu yang terus berjalan. Namun sejauh apapun, luka itu akan tetap membekas menjadi trauma yang harus di terima dengan lapang dada.
"woy lak—" sebelum Taufan sempat berteriak, Laksana sudah duluan menyumpal mulut Taufan dengan tisu yang ada di dalam saku jasnya.
"sialan" umpatnya setelah meludahkan tisu kesembarang arah.
Laksana langsung menjewer telinga sahabatnya "mulut lo ringan amat kalau nyari dosa fan"
"aduh-aduh, telinga gue mau copot, auuu" ringis Taufan.
"ck, berisik lo" Laksana melepas jewerannya.
"tangan lo juga ringan amat kalau KDRT" Taufan mengelus-ngelus pelan telingannya yang sudah memerah. Ujung matanya memincing menangkap seseorang dari balik pintu ruang osis yang terbuka "loh, itu kan babang Rival, ngapain dia di ruang osis?" Taufan hendak melangkah masuk namun langsung dicekat oleh Laksana.
Taufan mengerutkan kening nya.
"tadi lo manggil gue kenapa?"
Taufan mencoba mengingat sesuatu, hampir saja ia lupa menyampaikannya karena ulah Laksana tadi "oh, lo dipanggil kepsek keruangannya" ujar Taufan lalu kembali ingin melangkah masuk, namun lagi-lagi di cekat oleh Laksana.
"lo kenapa sih?"
Laksana mencoba mencari alasan agar Taufan tidak bisa mengganggu Rival yang sedang menyendiri "temenin gue ke ruang kepsek"
"idih, ogah!" tolak Taufan spontan
Laksana menarik tangan Taufan "udah buruan"
"enggak!" namun terlambat sudah, Laksana sudah duluan menarik tangannya seperti sapi peliharaan.
✈
"seperti biasa, setiap tahunnya akan ada kelas tambahan bagi anak murid baru, tidak cukup hanya dengan pelajaran yang mereka dapatkan di kelas, kamu tahu sendirikan kalau sekolah kita sangat ketat terhadap nilai. Jadi bapak ingin meminta bantuan kamu untuk mengkoordinasi kelas tambahan ini" jelas pak suhen selaku kepsek. "ini bapak udah menunjuk beberapa nama yang akan menjadi mentor di kelas tambahan nanti" ujarnya lagi seraya mememberikan selembar kertas kepada Laksana. Taufan yang berdiri disampinganya ikut celinguk, kepo.
"Panji, Aiden, Gilang, Rival, Laksa, Tau—" seketika mata terbelalak membaca sederet nama yang ada di atas kertas "What?!" teriak Taufan melebihi suara gajah. Laksana yang ada disampingnya langsung menginjak kaki Taufan memberi peringatan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SRIWIJAYA AIR
Novela Juvenil{ aksara pena } [FOLLOW DULU SEBELUM BACA]📌 Waktu dan takdir terlalu kejam untuk kita berdua. Menggoreskan luka dan menyanyat hati terdalam. Memenjarakan kisah ini didalam masa lalu, seperti labirin yang menjebak dan tak bisa kembali. Perjalanan...