01. Awal

363 41 4
                                    

''sinyal itu kembali datang entah dalam bentuk ingatan ataupun kerinduan'

Rivaldi Atlas Tenggara

Seorang lelaki duduk di atas balkon  sambil menengadahkan kepalanya menatap langit malam, kedua kakinya dibiarkan menjuntai kebawah, dinginnya udara tidak membuat dirinya beranjak dari tempat itu. Malam yang damai tanpa keributan membuat jiwanya tenang, rintikan air hujan dari atap menetes membuat suasana malam terasa begitu menyejukkan. Ia beranjak turun dari atas balkon untuk mengambil air minum yang terletak diatas meja. Lalu kembali duduk di atas balkon sambil menengukkan airnya, saat ini tenggorokannya terasa kering.

"lo belum tidur ?" tanya Riksa khas suara orang bangun tidur. Ia tidak lagi berbaring, cowok itu duduk di tepi ranjang. ia dapat melihat Rival di balkon karena pintu kaca besar  yang menghubungkan kamar dengan balkon terbuka lebar.

"gue belum ngantuk" jawabnya masih fokus menatap rintikan air hujan.

Riksa mendekat kearah balkon, ikut memerhatikan hujan yang sudah reda. Menyisakan tetesan air hujan yang menetes dari ujung atap. 

"gue heran, kenapa sebagian manusia benci sama hujan? Padahal setiap kali lihat tetesan air hujan rasanya  bahagia"

"setiap orang punya alasan tersendiri—"

"ada yang bahagia karena hujan dan ada yang membenci karena hujan. Mungkin sebagian kenangan mereka terbentuk saat hujan"

Riksa mengangguk pelan. Malam itu keduanya saling diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Ada banyak kisah yang akan terjadi untuk kedepannya, kisah yang akan memenuhi masa remaja mereka, kisah yang akan mengajarkan mereka dua kata 'melepaskan dan mengikhlaskan'

Waktu terus berjalan, tak ada jeda atau pengulangan. Entah apa yang sedang dipikirkan dua remaja itu, karena masing-masing dari mereka punya kisah tersendiri. Tak ada yang tahu detailnya, hanya mereka dan sang maha kuasa yang tahu.

"rumah itu masih kosong" kata Riksa memecahkan keheningan yang sempat terjadi beberapa menit yang lalu.

"udah ada penghuninya" Rival ikut menatap bangunan bergaya minimalis yang tampak lengah semenjak enam bulan yang lalu, saat penghuninya memutuskan untuk pindah. dan sekarang sudah dihuni kembali oleh penghuni yang baru.

"lo  punya tetangga baru"

Rival mengangguk.

"gue harap lo bisa bersosialisasi dengan baik sama tetangga baru lo"

Rival tak menanggapi. pemuda itu memang lebih sering diam daripada banyak bicara, ia akan berbicara jika ia ingin dan diam jika ia mau.

Setelah merasa puas menatap suasana keheningan malam, Riksa kembali melanjutkan tidur nya "oh ya, walaupun kenangan buruk gue terbentuk ketika hujan. Gue bakalan tetap mengagumi hujan" ujar Riksa sebelum memasuki alam mimpi.

'Mengagumi hujan'

Segala kenangan indah terbentuk saat hujan, begitu juga dengan kenangan menyakitkan. Rival tak yakin dengan perasaannya saat hujan turun, karena baginya hujan itu datang mengingatkannya tentang semua masa lalu. Terkadang memberi rasa senang dan terkadang juga memberi rasa sedih. Tanpa berpikir lama, ia turun dari balkon. Beranjak menunju meja belajar, mengeluarkan kertas, lalu mulai menulis sebuh kalimat.

Tuhan tolong beri satu sinyal semesta tentang sebuah rahasia masa depan,

Paginya matahari mulai muncul di kaki sebelah timur. Cahaya nya begitu indah menerpa dua remaja yang sedang menyalakan motor CBR untuk berangkat ke markas. Kebiasaan yang selalu mereka lakukan di pagi hari minggu, berkumpul dengan anggota, lalu berangkat untuk memberikan sembako bagi orang-orang yang membutuhkan.

SRIWIJAYA AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang