your eyes are an intoxicating addiction, I fell into your brown eyes.
Rivaldi Atlas Tenggara
Rival menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, mengistirahatkan tubuhnya yang terasa nyeri karena terlalu banyak beraktifitas diluar. Beberapa minggu ini, ia memang sering disibukkan dengan kegiatan-kegiatan sekolah, walaupun ia bukan bagian dari anggota osis, namun ia tetap ikut andil dalam upaya memajukan sekolahnya.
Saat Rival menolehkan wajahnya, ujung ekor matanya menatap pigura yang terletak di atas nakas. Tanpa harus bangkit dari tempat tidur, ia merengsek pelan untuk mengambil pigura tersebut.
Foto dirinya yang mengenakan baju seragam basket bersama Riksa dan Zenki, sedangkan tiga temannya lagi menggunakan baju seragam sekolah biasa, mereka saling merangkul bahu satu sama lain, serta tertawa lebar kearah kamera. Dibawah foto itu tertulis 'sahabat untuk selamanya'
Rival tersenyum mengingat semua momen yang pernah ia lalui bersama teman-temannya, untuk saat ini ia rindu mengdribel bola basket. Seperti yang sering ia lakukan setahun yang lalu, saat ia masih menjadi kapten basket. Namun untuk beberapa Alasan ia memilih berhenti, dan melakukan kegiatan yang lain yang tak terlalu menguras tenaga.
Tok tok tok
"Atlas, ini gue Laksana" teriak seseorang dari balik pintu.
"masuk" balasnya berteriak bersamaan dengan pintu kamar yang dibuka.
"tumben lo kesini malam-malam" ucap Rival basa-basi, lalu berjalan ke arah lemari untuk mengganti bajunya.
"barang lo ketinggalan" katanya sambil mengeluarkan buku berwarna biru tua lalu meletakkannya di atas nakas.
"lo datang bukan cuma karena buku ini kan?!" Rival meraih buku yang ada di nakas, lalu meletakkannya di dalam susunan rak buku.
Ia lalu berbalik dan mendapati Laksana yang sudah berdiri tepat di depan sebuah lukisan yang belum sempat ia pindahkan.
'sial, gue lupa pindahin lukisannya'
"siapa cewek itu? Kenapa ada nama Tara disini!" ujar Laksana tanpa mengalihkan pandangannya dari Lukisan.
Rival diam tak menjawab.
Laksana yang tak mendapati jawaban, beralih menatap Rival.
"gue juga gak tau" jawab Rival dengan bahu terangkat.
"terus kenapa disini lo nulis nama Tara?" Laksana masih terus mendesak Rival, ia tak akan berhenti sebelum mendapatkan jawaban.
Untuk waktu lama Laksana menunggu sahabatnya untuk mengeluarkan suara dan akhirnya...
"matanya candu—" Rival menggantungkan kalimatnya "dia mirip Tara"
Tebakan Laksana benar. Tak mungkin Rival mau berada di dekat Alethea jika bukan karena ada hal yang membuatnya tertarik, terlebih lagi jika hal itu bersangkutan dengan Tara, bagian terpenting dalam hidupya.
"dan sekarang lo ragu?"
Rival memandang Laksana kebingungan, tak mengerti ucapan cowok itu.
"gue gak perlu perjelas, karena lo lebih tahu daripada gue!"
Hening sejenak
"siapa nama cewek itu?"

KAMU SEDANG MEMBACA
SRIWIJAYA AIR
Fiksi Remaja{ aksara pena } [FOLLOW DULU SEBELUM BACA]📌 Waktu dan takdir terlalu kejam untuk kita berdua. Menggoreskan luka dan menyanyat hati terdalam. Memenjarakan kisah ini didalam masa lalu, seperti labirin yang menjebak dan tak bisa kembali. Perjalanan...