04. Tiga permintaan

212 26 10
                                        

' i don't know  why i agreed to your  request so easily' 

Rivaldi Atlas Tenggara

"al, cepat turun!" teriak Zelia dari lantai bawah

"otw ma" alethea balas berteriak sambil berlari pelan menuruni anak tangga

"kamu kok lama banget?" tanya mama nya yang sudah merepet-repet sejak tadi

Alethea hanya bisa cengar-cengir, lalu mulai mengekori mamanya yang mengajak dirinya untuk mengunjungi tetangga-tetangga mereka dengan alasan untuk memperkuat silaturahmi sesama manusia dan bisa bersosialisasi dengan ibuk-ibuk komplek.

"kamu jalannya cepat dikit, kita udah telat ini"

Alethea pun berlari untuk mensejajarkan langkahnya dengan mamanya. Mereka berdua memasuki perkarangan rumah bergaya minimalis yang tak di kunci pagarnya sehingga memudahkan mereka untuk langsung masuk.

"rumah siapa ini ma?" bisik alethea sambil memerhatikan sekitar

"rumah tante Liana" jawab Zelia sambil memecet bel

Alethea mengangguk-ngangguk "tante Liana itu siapa ma?" tanya nya lagi

"masuk zel" ujar pemilik rumah saat pintu dibuka oleh wanita paruh baya yang tak kalah cantik dengan mamanya. Alethea bahkan sempat terpukau melihat Liana yang tersenyum ramah ke pada nya "ini pasti Alethea?" tebaknya

Alethea dengan malu mengangguk pelan, lalu menyalami liana.

"ayok masuk" ajaknya.

Alethea pun mengekori langkah mamanya yang sedang asyik berbicara dengan tante Liana hingga mereka sampai di ruang tamu lalu duduk di atas sofa.

"ini ada sedikit bingkisan" ujar Zelia lalu memberikan paper bag yang sedari tadi di pegangnya kepada Liana

"ngapain repot-repot, kan jadi gak enak nih sama tetangga baru" kata Liana bergurau "saya tinggal sebentar ya ke dapur"

Zelia mengangguk pelan.

Alethea mengedarkan pandangannya menatap nuasa rumah yang begitu elegan menurut nya. Di sepanjang dinding ruang tamu terdapat berbagai miniatur tertata rapi di atas kayu yang dipahat langsung ke dinding. Pandangan nya terus mengedar menjelajahi ruangan yang ia tempati sampai pandangannya tertuju pada pigura besar yang terletak di ruang keluarga, seorang pemuda yang sedang memegang sebuah lukisan dengan senyuman yang begitu lebar tersenyum manis kearah kamera, namun Alethea tak dapat melihat dengan jelas karena terhalang oleh pembatas lemari kaca hias yang ada di ruang tamu.

"jadi gimana rasanya tinggal di Jakarta?" tanya Liana saat ia sudah kemali sambil membawa minuman di atas nampan.

"ya begitu lah lin, masih susah untuk beradaptasi, apalagi kami sudah tinggal lama di milan, banyak hal yang harus di urus selama dua minggu ini dan baru sempat menyempatkan diri untuk berkunjung" jelas Zelia kepada Liana yang mendengar dengan seksama.

"oh ya, kamu sekolah dimana Ale?" gantian Alethea yang di tanya

"SMA Lasmana tante" ujar Alethea seadanya dengan seukir senyum dan hari ini dia mendapat panggilan baru 'ale'

"loh, anak tante juga sekolah disana"

"oh ya" bukan Alethea yang menjawab melainkan mamanya yang terlihat sangat antusias

"namanya Atlas, sekarang kelas tiga" jelas Liana

Zelia yang sedikit penasaran karena tidak melihat atlas, akhirnya bertanya "Atlas Kok gak kelihatan dari tadi lin, kata ibu-ibu komplek anak kamu ganteng lin biar bisa dikenalin ke Alethea nih" Zelia mengerling jahil kepada anak nya yang dibales dengan pelototan.

SRIWIJAYA AIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang