20√

163 24 0
                                    

Seorang anak kecil berusia sekitar 7 tahun berlari keluar rumah saat mendengar suara mobil yang baru saja tiba. Ia tersenyum bahagia melihat seorang wanita yang keluar dari mobil dan berjalan menghampirinya.

"Mama..." Ujar anak itu memeluk wanita yang tidak lain adalah ibunya. Wanita itu pun membalas pelukan sang anak dengan erat.

"Bagaimana kabarmu sayang? Maafkan Mama tidak bisa menemanimu sejak kamu pindah kesini" ujar wanita itu menangis tersedu-sedu merasa sangat bersalah karena telah meninggalkan anak satu-satunya selama beberapa bulan.

"Mama kan sibuk bekerja. Lagipula ada Paman yang menemani ku jadi aku baik-baik saja" ujar sang anak dengan lembut, berusaha menenangkan ibunya.

"Karena kalian baru saja bertemu, bagaimana kalau kita masuk dulu?" Suara seorang pria menginterupsi. Ibu dan anak yang masih berpelukan pun melepas pelukannya dan masuk kedalam rumah. Mereka duduk di sofa ruang keluarga dan mulai berbincang.

"Mama... Sekarang aku sudah bersekolah. Disana aku memiliki banyak teman" anak itu mulai bercerita membuat suasana menjadi ramai.

"Benarkah?" Ibunya menanggapi dengan semangat membuat si Anak bercerita dengan antusias.

"Benar. Oh sebenarnya ada teman sekelas ku yang sangat pintar dan baik, namanya Pluem. Tapi dia tidak pernah masuk sekolah lagi. Kata temanku yang lain dia di culik. Di culik itu apa Ma? Apa dia tidak akan kembali ke sekolah lagi?" Anak itu bertanya dengan sendu kehilangan seorang teman yang baru saja ia dapatkan untuk pertama kalinya.

"Pluem?" Tanya wanita itu sambil menoleh kearah pria yang tidak lain adalah kakaknya.

"Iya namanya Pluem. Dia tidak memiliki Mama tapi memiliki Papa dan Dady. Oiya Ma, kapan aku bisa bertemu Papa?" Berbagai pertanyaan sang anak membuat wanita itu hampir kehilangan kesabarannya. Hanya saja ia berusaha untuk tenang dan menyuruh anaknya ke kamar untuk beristirahat. Walaupun enggan anak itu tetap menuruti perintah ibunya dan berjalan ke arah kamar dengan lesu.

"Kenapa kamu tidak mengatakan kalau Bright bersekolah di tempat yang sama dengan anak sialan itu? Sampai kapan kamu akan menutupinya?" Wanita itu terlihat sangat marah, ia bahkan meremas rambutnya sendiri dengan frustasi.

"Tenanglah, lagipula anak itu sudah menghilang dan Tay sedang sibuk mencarinya dan dia juga sudah pindah ke Amerika. Kamu akan baik-baik saja, itu sebabnya aku membiarkanmu datang kesini" pria itu mencoba menenangkan adiknya.

"Bagaimana kalau Tay tahu aku masih hidup? Dia pasti akan membunuhku. Jika dia tahu Bright adalah anak ku, dia juga pasti akan membunuh Bright. Kita harus segera pergi dari sini, jangan sampai dia menemukan kita" wanita itu mulai histeris. Ia bahkan berjalan mondar mandir sambil menggigit jarinya gelisah.

Melihat keadaan adiknya yang mulai tidak waras, pria itu menyuntikkan obat penenang di leher adiknya dan seketika wanita itu jatuh pingsan.

"Bersabarlah, semuanya akan baik-baik saja" ujar pria itu dan membawa sang adik kedalam kamar agar bisa beristirahat.

Tapi nyatanya, semuanya tidak berjalan sesuai yang pria itu harapkan.

Beberapa hari kemudian saat wanita itu dan anaknya yang bernama Bright sedang bersantai sambil menonton tv karena hari libur, suara ketukan (lebih seperti gedoran) dari pintu membuat keduanya terkejut. Tubuh si wanita itu bergetar saat mendengar suara teriakan dari luar rumah menyuruh untuk membukakan pintu.
Wanita itu menatap anaknya berusaha untuk tersenyum walaupun ia merasa sangat ketakutan saat ini "Bright.. haruskah kita bermain petak umpet sekarang? Kamu bersembunyi lah biar Mama yang mencarimu. Tapi ingat, apapun yang terjadi jangan keluar sebelum Mama menemukan mu. Apakah kamu mengerti?"

EyesticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang