24

123 20 2
                                    

Setelah para profesor mengambil beberapa sampel DNA milik Bright, mereka pun pergi bersama dengan Off. Sedangkan pluem masih berdiri memperhatikan Bright yang hanya diam karena kepalanya pening mendengar banyak suara yang terus berdebat didalam fikirannya. Bright mengabaikan semua suara itu dan ia pun mengangkat wajahnya menatap Pluem.

"Aku tidak tahu jika kau ternyata juga seorang pembohong" ujarnya. Walaupun Pluem pernah menghianatinya tapi Bright tahu jika Pluem tidak pernah membohonginya. Tapi entah kenapa semua ucapan yang ia dengar terasa seperti sebuah kebohongan.

Pluem terlihat bingung dengan ucapan Bright "pembohong?"

"Ya. Semua yang kau ucapkan tadi hanya kebohongan bukan? Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan hingga kau berbohong seperti itu yang bahkan bisa menghancurkan keluarga mu. Tapi kau tidak bisa membohongi ku"

Bright yakin jika Pluem sedang membuat rencana dengan memanfaatkannya. Karena Pluem selalu merencanakan sesuatu yang hanya akan menguntungkan dirinya sendiri. Dan Bright hanyalah salah satu alat yang akan Pluem gunakan. Itulah yang Bright fikirkan.

"Hah.. Aku tidak berbohong. Semua yang baru saja kau dengar adalah kebenaran"

Melihat Pluem yang sedikit frustasi karena mencoba untuk meyakinkan Bright malah membuat Bright tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha.. ayolah jangan berbohong padaku, katakan padaku apa yang sedang kau rencanakan. Mungkin kita bisa bekerja sama" usul Bright. Ia masih tidak mau menerima kenyataan jika apa yang Pluem ucapan tentang Bright anak kandung Tay adalah kebenaran. Bagaimana bisa orang yang sangat ingin Bright bunuh ternyata malah ayah kandungnya sendiri? Itu adalah hal paling konyol dalam hidupnya.

"Terserah kau mau percaya atau tidak, saat hasilnya sudah keluar kau akan tahu" Pluem sangat kesal dengan reaksi Bright. Ia fikir Bright akan memakinya seperti sebelumnya, itu akan membuatnya lebih baik. Tapi melihat Bright yang mengira ia berbohong malah membuatnya semakin frustasi karena tidak tahu lagi bagaimana harus meyakinkan Bright.

"Jika memang apa yang kau katakan itu benar. Lalu Kenapa kau harus mengatakannya? Kau bisa saja tutup mulut seperti sebelumnya dan tidak ikut campur dalam urusan ku!" Ekspresi Bright berubah seketika, seakan ada kepribadian lain yang mengambil alih dirinya. Bright menatap Pluem dengan tatapan menusuk dan raut wajah yang seakan ingin memakan Pluem hidup-hidup. Jika saja tangan Bright tidak diborgol, ia mungkin sudah menerjang Pluem dan mencekiknya sampai mati.

"Karena kau harus tahu yang sebenarnya. Tidak hanya kau, tapi juga Dady. Aku tidak ingin dia hidup tanpa tahu apa yang sudah dia lakukan"

Bright ingin menarik kerah baju Pluem, tapi sayangnya borgol ditangannya mencegahnya. Bright menggeram menahan amarahnya "aku tidak ingin tahu yang sebenarnya. Aku bahkan tidak peduli. Tetaplah menjadi Pluem yang seperti sebelumnya yang hanya memikirkan dirinya sendiri. Kenapa kau malah merepotkan dirimu sendiri dan bahkan mengatakan hal-hal konyol seperti itu? Dia ayah kandung ku? Kau fikir aku akan menerimanya begitu saja?"

"Aku tidak ingin kau menyesal..."

"SUDAH KU KATAKAN BERHENTI MENGATAKAN OMONG KOSONG! Kau.. hah... Sungguh menyebalkan" wajah Bright memerah karena emosi. Ia tidak pernah seemosi ini sebelumnya. Semua rencananya gagal, ia tertangkap dan malah mendengarkan omong kosong. Semua itu hanya semakin membuat amarahnya meningkat.

"Pergilah sebelum aku benar-benar membunuhmu" lanjut Bright tanpa melihat ekspresi Pluem yang sedikit sedih dan langsung memasang wajah datar.

"Kau akan tetap disini sampai hasilnya keluar setelah itu aku akan melepaskanmu. Entah bagaimana hasilnya nanti aku serahkan semuanya padamu. Tugasku hanya sampai disini" tanpa menunggu jawaban, Pluem keluar dari kamar dan duduk disofa ruang kerjanya. Bright melihat Pluem menjambak rambutnya sendiri dan wajahnya pun terlihat lelah. Tapi Bright sama sekali tidak peduli karena emosi masih menguasainya.

EyesticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang