11√

508 48 13
                                    

Dor. Dor. Dor..

Suara tembakan mengejutkan Suho yang saat ini sedang merapikan kamarnya. Dengan waspada ia langsung mengambil pistol ditempat penyimpanan senjata miliknya. Tidak lupa ia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. Namun sambungan telepon tidak terhubung, ia sama sekali tidak bisa menghubungi siapapun.

Suho masih bersembunyi dibalik pintu, suara tembakan dan teriakan memilukan dari luar kamarnya membuatnya memutuskan untuk keluar dari kamar. Tepat saat pintu kamar terbuka, ia kembali dibuat terkejut dengan penampilan Leona yang sangat mengerikan karena darah serta keringat yang bercampur di sekujur tubuhnya.

"Apa yang terjadi?" Tanya Suho yang sudah menarik Leona masuk kedalam kamarnya. Dengan nafas memburu, Leona berusaha menjelaskan apa yang sedang terjadi.

"Markas... Hoshh.. hoshh.. di.. serang" ujar Leona terbata disela tarikan nafasnya.

Ucapan Leona membuat Suho mengerutkan keningnya "bagaimana bisa markas diserang? Pihak luar tidak akan bisa masuk kesini karena tempat ini hanya bisa dimasuki oleh orang yang terdaftar. Serta banyak sensor otomatif yang bisa memindai musuh diluar gerbang utama" ujar Suho yang masih tidak percaya dengan ucapan Leona. Karena Suho sangat tahu Vincent atau markas mereka tidak akan bisa diserang semudah itu. Semua sensor yang ada di Vincent itu bisa membunuh penyusup seketika. Kecuali...

"Ada... Penghianat yang.. meretas komputer utama" ujar Leona lagi.

Suho membatu, ia kembali teringat ucapan Edward beberapa jam yang lalu. Edward mencurigai seseorang yang merupakan penghianat, dan orang itu masih diselidiki. Namun ternyata penghianat itu sudah selangkah lebih maju. Sebelum mereka tahu siapa penghianat yang sebenarnya, ternyata dia sudah melancarkan aksinya untuk menyerang Vincent.

"Tunggu dulu, jika komputer utama sudah diretas maka Bright akan dalam bahaya" dengan panik Suho pergi keluar dari kamar dengan pistol ditangan kanannya. Leona yang terkejut karena Suho tiba-tiba pergi itu pun langsung mengikuti dibelakang.

"Para penyusup itu sudah menguasai ruang kontrol serta gedung timur. Kita harus ke gedung utara agar bisa keluar dari sini" ujar Leona ditengah perjalanan mereka. Dengan mengendap-endap mereka meneliti setiap tempat untuk menghindari musuh.

"Tidak, kita harus keruang kontrol" ujar Suho yakin. Ia berjalan didepan dengan waspada.

"Kau gila? Sudah kubilang mereka sudah menguasai ruang kontrol! Kita akan mati sia-sia jika kesana. Karena jumlah mereka sangat banyak" ujar Leona sedikit histeris.

Dor.. Dor...

Suara tembakan tertuju kearah mereka. Suho langsung membalas tembakan itu dan membuat musuh tewas seketika.

"Jangan berisik Leona, kamu ingin semua musuh tahu kita ada disini?" Ucapan Suho berhasil membuat Leona menutup bibirnya dengan erat. Walaupun ia masih tidak setuju dengan rencana Suho untuk pergi keruang kontrol, tapi ia tetap menuruti kapten teamnya.


Dor.....

Karena sedikit lengah, seorang musuh berhasil menembak lengan kiri Suho. Ada tiga orang dengan pakaian serba putih yang kini sudah dilumuri dengan darah. Mereka berlari kearah Suho dan Leona dengan cepat.

Suho refleks menarik Leona kebelakangnya agar ia tidak terkena tendangan seorang pria yang mengenakan masker menutupi sebagian wajahnya.

"Wow.. bagaimana bisa ada wanita cantik seperti ini yang terlewatkan?" Ujar pria itu.

Leona mengambil pisau kecil dari pinggangnya, ia langsung menyerbu pria itu. Dengan gesit pria itu mengelak, ia menendang tangan Leona yang memegang pisau dan seketika pisau itu terhempas dari tangannya.

EyesticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang