23

144 26 7
                                    

"urghh.. dimana aku?" Bright membuka matanya sambil memegang kepalanya yang terasa pening. Setelah rasa pening itu menghilang ia duduk diatas kasur dan melihat sekelilingnya.

"Tempat apa ini?" Bright berada disebuah kamar yang tidak terlalu besar dengan tembok berwarna putih dan sebuah kaca besar didepannya. Ia bisa melihat keadaan diluar kamar dari kaca itu. Ada cctv yang terpasang tepat disudut kamar serta sofa panjang dan meja kecil disamping kasurnya. Saat Bright ingin keluar dari kamar, ia merasakan sesuatu mencegahnya di tangan kirinya yang ternyata terborgol pada penyangga kasur membuatnya tidak bisa pergi kemanapun.

"Sial.. jadi mereka menangkap ku?" Tanya Bright pada dirinya sendiri. Ia tersenyum kecut saat memikirkan jika semua rencananya akan berhasil berkat kekuatannya. Tapi nyatanya kekuatannya sama sekali tidak berguna dan malah membuatnya tertangkap.

Bright kembali mencoba menggunakan kekuatannya untuk mencari tahu keadaan adik-adiknya ataupun menghubungi Ayahnya untuk melaporkan keadaannya saat ini. Tapi sayangnya, chip dikepalanya tidak mau berfungsi.

"Hahahaha..." Bright tertawa getir, sadar jika sekarang ia sangat lemah. Tanpa kekuatannya ia hanyalah manusia bodoh yang tidak bisa melakukan apapun.

Bright memperhatikan kaca yang ada didepannya. Diluar sana merupakan sebuah ruangan yang seperti ruang kerja karena ada rak buku besar serta ada komputer diatas meja dan Bright melihat seseorang yang sangat ia kenal sedang duduk di kursi sambil membaca kertas yang dipegang.

"PLUEM!!! KAU BRENGSEK!!!" Bright berteriak dan mencoba keluar dari kamar. Tapi sayangnya borgol ditangannya mencegahnya membuat Bright hanya bisa berteriak berharap Pluem bisa mendengar teriakannya.

Bright terus berteriak memanggil nama Pluem sampai suaranya serak. Tapi seakan tidak mendengar teriakkannya, Pluem tetap duduk dengan santai. Sambil mencoba menenangkan dirinya Bright berusaha untuk bersabar karena ia tahu cepat atau lambat Pluem akan datang padanya.

Dan benar saja, tidak lama kemudian Pluem masuk. Ia menatap Bright tanpa ekspresi saat mendengar makian yang Bright lontarkan.

"Beraninya kau menghianati ku! Dasar bajingan" ujar Bright yang sudah kelelahan serta tenggorokannya yang kering.

"Kau sudah selesai memaki ku?" Tanya Pluem. Ia duduk disofa panjang yang ada disamping kasur.

Bright tidak menjawab. Nafasnya masih memburu karena amarahnya yang menggebu-gebu. Bright sangat haus sekali, tapi ia tidak ingin mengatakan pada Pluem, ia hanya melirik botol minum yang ada di atas meja. Sayangnya ia tidak bisa menjangkaunya. Seakan tahu apa yang Bright fikirkan, Pluem mengambil botol minum yang ada di meja dan memberikannya pada Bright. Bright yang melihat itu langsung mengambilnya dan meminumnya sampai habis.

"Apa tidak ada yang ingin kau katakan? Sampai kapan kau akan diam?" Tanya Bright yang melempar botol kosong ke sembarang arah.

Pluem menatap botol kosong yang mendarat dikakinya, sebelum akhirnya menjawab "aku menunggu mu menenangkan diri"

"Hahaha menenangkan diri? Bagaimana aku bisa tenang jika orang yang ku percaya malah menghianati ku? Aku sudah mengatakan padamu untuk tidak ikut campur! Tapi nyatanya apa? Kau menggagalkan rencana ku dan membawa Win sebagai umpan. Sungguh konyol! Aku bahkan tidak tahu apa yang kau rencanakan saat ini" Bright tertawa lalu mendengus membuang muka.

Saat Pluem ingin menjawab ponselnya berdering tanda pesan masuk. Pluem mengambil ponselnya melihat isi pesan itu lalu menghela nafas kasar.

"Sebentar lagi kau akan tahu semuanya. Jadi tetaplah disini dan perhatikan baik-baik" ucap Pluem. Bright benar-benar tidak mengerti apa maksud Pluem dan apa yang harus ia perhatikan. Bright ingin bertanya tapi sadar jika Pluem sudah keluar dari kamar dan duduk di kursi ruang kerjanya.

EyesticTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang