Chapter 13

444 35 0
                                    

"Lee Donghyuck."

Donghyuck tahu ada masalah ketika dia kembali ke rumah dan Ayahnya tidak di dalam ruang kerjanya. Dan dia tahu itu masalah besar ketika Ibunya memanggilnya dengan nama lengkapnya.

"Hai..." bisik remaja itu sambil menutup pintu depan.

"Dari mana saja kamu, anak muda?" tanya Ayah Donghyuck sambil berdiri di samping istrinya.

"Uhh... sekolah." Donghyuck berbohong.

Dia telah tinggal di Mark dan Johnny sepanjang hari. Pertama tidur, lalu merokok, lalu menonton Tv, lalu merokok lagi, bermain game, dan merokok lagi.

Ya, mereka banya merokok.

Kedua orang tua Donghyuck mengerutkan alisnya bersamaan, membuat Donghyuck bertanya-tanya apakah mereka tahu sesuatu.

"Jangan coba-coba membohongi kami, Donghyuck." Kata Ayahnya.

"Sekolah memanggil kami untuk memberitahu kamu hilang." Tambah Ibunya.

Donghyuck mengutuk di dalam kepalanya. Dia di sekolah menengah. Apakah guru masih menelpon orang tua kalian ketika kalian melewatkan satu hari tanpa pemberitahuan?

Rupanya, ya.

"Hmm..."

"Kemana saja kamu?" tanya Ibu Donghyuck.

"Di luar." Donghyuck menjawab.

"Di mana?"

Donghyuck tidak langsung menjawab.

Dia tidak benar-benar tahu bagaimana mengubah situasi seperti ini. Bisakah dia memberitahu mereka bahwa dia telah merokok sepenjang hari di rumah pacarnya?

Tentu tidak.

Dia butuh kebohongan, tapi kebohongan yang tidak terlalu berbeda dari kenyataan, karena Donghyuck tidak tahu bagaimana berbohong.

"Aku sedang bersama pacarku." Dia berkata.

Sederhana, efisien, benar.

Tapi tidak lengkap.

Kebohongan putih.

Jenis kebohongan yang sempurna dalam situasi tersebut.

"Aku tidak setuju dengan itu, Donghyuck." Kata Ayahnya sambil menyilangkan tangan di dada.

"Dengan pacarku?"

"Dengan fakta bahwa kamu meninggalkan sekolah untuk tinggal bersamanya." Dia menjelaskan.

Tubuh Donghyuck rileks memikirkan orang tuanya tidak memperdulikan fakta bahwa dia punya pacar. Dia tidak siap berdebat dengan orang tuanya karena memiliki seseorang yang istimewa.

"Bukankah dia juga sekolah?" Ibunya bertanya.

"Ya..." jawab Donghyuck. "Tapi kami ingin tetap bersama sepanjang hari."

Orang tua Donghyuck saling bertukar pandang dan menghela nafas, keduanya mendekati putra mereka untuk menepuk pundaknya.

"Kami senang kamu punya pacar, sayang. Itu sangat bagus." Ibunya memulai.

"Tapi kami tidak ingin hal itu menghalangi kamu untuk maju dalam hidup." Ayahnya juga menyahut.

"Ya, kamu tidak bisa bolos sekolah untuk itu. Jika kamu ingin menghabiskan hari-hari bersama pacarmu, kamu dapat mengundangnya di akhir pekan atau hal-hal seperti itu." dia menambahkan. "Jangan korbankan sekolah untuk kehidupan cintamu. Itu dua hal penting yang harus kamu seimbangkan."

Donghyuck merasa sedikit tidak enak dengan gagasan berbohong kepada orang tuanya, dan mereka mengetahuinya. Tetapi pada saat yang sama, dia senang bahwa mereka menerima hubungannya, dan bahwa mereka tidak terlalu memarahinya karena telah melewatkan satu hari sekolah.

Lagi pula, dia adalah siswa terbaik. Melewatkan satu hari sekolah tidak akan membunuhnya.

"Maaf, Ayah Ibu..." kata Donghyuck. "Aku hanya... ingin bersamanya."

"Tidak apa-apa, Hyuck. Tidak ada masalah tentang itu." Ayahnya menjawab.

"Tapi perlu diingat bahwa sekolah sama pentingnya dengan kekasihmu jika kamu ingin memiliki masa depan yang cerah." Tambah Ibunya.

Donghyuck mengangguk, tersenyum pada kedua orang tuanya sebelum berjanji dia tidak akan melakukan itu lagi – yang sebenarnya dia ragukan.

"Ayo, aku ingin pelukan sekarang." Kata Ibu Donghyuck.

Jadi, dia menarik suaminya dan putranya lebih dekat, ketiga orang itu saling berpelukan dengan penuh kasih.

Sampai beberapa aroma membuat Ayah Donghyuck mengerutkan kening.

"Kenapa bau rokok?" dia bertanya, menarik diri dari pelukan.

"Oh, kau benar..." kata istrinya.

Kedua orang dewasa itu menatap putra mereka yang sedang memainkan jari-jarinya.

"Kenapa kau bau rokok, Donghyuck?" Ayahnya bertanya. "Apakah pacarmu merokok?"

Donghyuck tahu bahwa dia tidak akan pernah bisa memberitahu orang tuanya bahwa dia juga kecanduan. Tapi mungkin, jika dia memberitahu mereka bahwa Mark memang merokok, itu akan baik-baik saja bagi mereka?

"Ya..." Donghyuck mengangguk.

Orang tua Donghyuck saling berpandangan satu sama lain, Ibunya menangkup pipi Donghyuck tepat setelahnya.

"Hati-hati, sayang. Begitu kamu jatuh ke dunia itu, tidak ada jalan untuk kembali... Dan itu bisa membawamu ke situasi yang sangat berbahaya..."









Changes

Markhyuck

__________________________________________________________________

__________________________________________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Changes - MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang