Chapter 24

218 55 31
                                    

"Semoga ini berhasil.." Jakurai bergumam.

6 hari setelah kejadian tersebut, suasana di base masih terasa cukup hampa. Tetapi, mereka selalu mencoba menghibur satu sama lain, terutama pada orang yang telah kehilangan teman dan keluarganya.

Jakurai yang kesehariannya selalu sibuk meracik penawar keluar dari ruangan lab. Dia menghampiri Hifumi dan Jyushi yang tengah duduk di susana gelisah.

"Oh, sensei. Selamat pagi," sapa Hifumi, ia langsung berdiri dari duduknya.

"Selamat pagi." Jyushi mengikuti.

"Ah, selamat pagi, Hifumi-kun, Aimono-kun." Jakurai membalas.

Hifumi menatap lekat mata Jakurai.

"Sensei, kau sepertinya benar-benar berusaha keras. Aku bisa melihat mata panda sensei.." Hifumi khawatir pada leader nya yang kini bermata sama seperti Doppo.

"Ah- begitukah?" Jakurai bahkan tidak menyadarinya. Bagaimana bisa seorang dokter yang harusnya mengutamakan kesehatan itu kelihatan kurang tidur? Kurang lebih pikirnya Jakurai.

"Sepertinya aku mulai kurang bisa menjaga diriku sendiri ya. Ah, daripada itu.. bagaimana dengan teman-teman kita yang keluar hari ini?" tanya Jakurai.

"Mereka sudah pergi cukup lama. Sepertinya sebentar lagi mereka akan pulang," jawab Jyushi.

"Hm, baiklah. Aku akan menyiapkan kandangnya." Jakurai berbalik.




"Kandang eksperimen untuk Jyuto."



*******************************

"Area sudah aman." Samatoki mengusap keringatnya.

"Area di pos sudah aman, kita hanya perlu membawanya ke markas." Rio maju mengintip pos di mana Jyuto mengisolasi diri.

"Dan dia tampaknya baik-baik saja," lanjutnya.

Dengan beberapa bantuan, Jyuto yang tengah duduk dengan borgolnya mencoba menyerang teman-temannya sendiri.

"Diamlah kau, polisi. Kau tidak mau diselamatkan hah?" Samatoki menamparnya.

Perlakuan Samatoki hanya dibalas auman dan serangan kecil Jyuto.

"Tsk." Samatoki tidak suka balasan dari teman mayat hidupnya.

"Yosh, mari ikat dia." Rio dan Ichiro muncul sembari membawa tongkat dan tali.

Samatoki, Rio dan Ichiro bertugas menangkap Jyuto. Sedangkan Dice, Kuuko dan Doppo berjaga di luar.

"O-oi, di dalam pos itu cukup berisik ya." Dice dan kawan-kawan menengok ke belakang.

Mereka bisa mendengar "AUWOOGAHGOA" dari zombie Jyuto, bahasa-bahasa kasar nya Samatoki dan Ichiro yang mencoba menengahi. Rio tetap kalem.

Setelah beberapa menit, tim penangkap keluar dari pos.

Tim penjaga melihat Jyuto yang dibawanya.

"Babi gulung-? Itu posisi babi mau dibakar?"

Doppo menunjuk ke arah Jyuto, kaki tangannya diikat menggantung ke tongkat yang dibahu oleh Rio dan Samatoki.
Posisi macam hewan besar yang akan dibakar di atas api. Sudah tidak perlu dipertanyakan lagi siapa yang mengikatnya.

Jyuto yang menggantung mengeram-ngeram, mulutnya dengan erat dilakban hitam.

"Sudahlah ges, yang penting aman, ayo balik." Kuuko mengajak pulang.

******************************

"Sensei, mereka sudah kembali." Hifumi melihat samar teman-temannya dari kejauhan.

"Itu beneran zombie Iruma-san?" tanya Jyushi.

Hifumi dan Jyushi menunggu mereka masuk untuk melihatnya secara langsung.

"Halo, kita dah balik." Ucap Kuuko masuk pertama lalu diikuti yang lain.

"Kasian sekali polisi ini- macam hewan yang mau dikonsumsi Riocchi." Hifumi bergumam.

"Jyuto-nya ditaruh di mana ini?" Samatoki dan Rio masih membahu Jyuto.

"Bawa dia ke sini." Jakurai muncul dari labnya.

"Aku sudah menyiapkan kandang untuknya."

****************************

Di sore tenang di hari yang sama, mereka semua beristirahat. Ada yang sedang berbincang, ada yang tidur, ada juga yang melamun.

Yang perlu mereka lakukan saat ini hanyalah menunggu dan berdoa.

"Kau tahu? Sensei sebenarnya tidak hanya meracik 1 obat dari sample botol penawar yang ada," cerita Doppo pada Dice, Jyushi dan Ichiro.

"Apa-? Dalam 6 hari?" Ichiro takjub sekaligus khawatir.

"A-aku juga lihat matanya jadi mirip seperti Kannonzaka-san," tutur Jyushi.

"Apa ada obat yang juga bisa menghidupkan orang mati?" tanya Dice.

Oh astaga, mereka bahkan bingung mau bereaksi seperti apa.

Hal ini terlalu menyakitkan bahkan bagi para pendengarnya.

"Nngg- A-arisugawa- kau mau camilan?" Ichiro menyodorkan keripik kentang.

Dice hanya tersenyum lebar. "Terimakasih."

"Aku baik-baik saja kok. Kali ini, kita harus fokus untuk menyelamatkan yang lain." Dice melahap keripik kentangnya, walau dia masih merasa sakit, setidaknya masih ada orang-orang baik di sisinya.

Jyushi, Ichiro dan Doppo hanya menunduk.

"Aku berharap penawarnya bekerja."

**********************

Malam itu penantian yang ditunggu-tunggu.

Jakurai yang telah memberikan penawar kepada Jyuto akan mengecek nya kembali dalam 8 jam kedepan.

Semuanya menunggu Jakurai keluar ruangan lab.

Dan yang mereka dapati pertama kali setelah Jakurai keluar adalah raut muka Jakurai yang-

Sedih bercampur kesal(?)

Mereka sudah tau jawabannya.

"Aku harus mencobanya lagi." Mereka menatap Jakurai.

"Jakurai-san.." Ichiro maju menghadap Jakurai.

"Semangat, aku akan membantumu." Bagaimana pun Ichiro ingin dia berhasil, di sisi lain dia tidak ingin memaksakan Jakurai untuk membuat penawarnya.

"Sensei, kami mendukungmu."

"Kita akan membantu mu."

"Kita tidak boleh menyerah."

"Dunia pasti akan damai."

"Demi bisa judi kembali."

Berbagai macam kalimat positif keluar di ruangan itu.

The bond getting stronger.

Mereka tersenyum.

"Baiklah, kita coba lagi."

Mereka akan terus mencoba, sampai berapa kali pun.


Tbc..




-----------------------------------------------------

Ey yoo gaes.
Maafkan daku baru up
Dan maaf juga kalau terasa pendek huhu:'v

sempet kehilangan motivasi hidup-//heh

Canda, ehe

**
And this is my fav lines

**

爪先は前に向けておく
Keep toes facing forward

-Stella (Fling Posse)-

Dangerous World (Hypnosis Mic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang