"LARI!"
"Cepat berlindung!!"
Kedua side sangat sibuk mempertahankan nyawa mereka. Suara senapan, mayat dan darah dimana-dimana.
Sampai..
"Pelurunya menipis!!"
"Ada senjata lain kah?!"
"Kita hanya punya beberapa peledak."
Kedua side memiliki masing-masing 3 peledak.
peledak yang tidak terlalu kecil tapi juga tidak terlalu besar ledakannya, tapi peledak tersebut cukup untuk membunuh zombie-zombie yang ada.
-Side Kanan (Dice, Rio, Samatoki, Jakurai)-
"Ada yang terluka?"ucap Jakurai sambil mengeluarkan p3k dari kantongnya.
"Jakurai-san, tanganku sedikit membengkak dan sulit untuk digerakkan." Dice memperlihatkan tangannya yang mengembang 2 kali lipat.
"Hah. Akibat suka judi pake duit orang," jawab Samatoki santuy bersandar di gang tembok.
"Heh. enak aja, sialan."
"Lah, emang bener kan."
"Dilarang ribut. Kalian rese kalau lagi laper. Mau shoukan masakkan makanan?"
Jakurai hanya bomat atas percakapan mereka dan fokus mengobati tangan Dice.
"Tanganmu hanya ku perban agar lebih mudah digerakkan, ku juga sudah megoleskan beberapa obat, dan mengurutnya."
Dice mencoba mengerakkan tangannya lalu tersenyum.
"Ini lebih baik! Terimakasih! Jakurai-san cocok deh jadi tukang urut yang suka ada di kampung-kampung."
"Lambemu ya." Samatoki melempar bungkus permen.
Jakurai hanya tersenyum.
Mereka beristirahat di gang tersebut selama beberapa menit. Khawatir karena mulai menjelang malam, di mana situasi akan lebih sulit jika berada di kegelapan.
"Sudah siap?"
"Ya, kami siap."
"Baiklah, ayo kita pergi."
Keadaan di luar masih rusuh, terimakasih ke pada Rio yang sudah memancing para zombie-zombie di luar dengan radio kecilnya, sehingga mereka bisa beristirahat selama beberapa saat.
Dari jauh mereka bisa mendengar suara senapan.
"Se..napan..?" gumam Dice.
"Suaranya datang dari jalan depan. Haruskan kita pergi ke sana?" tanya Samatoki.
Mereka terdiam.
"Shoukan akan mengeceknya."
Rio maju.
"Rio, aku ikut." Samatoki mengekor di belakangnya.
*****************************
"Jyushi, menunduk!"
"H-hai!"
Suara di tempat sedikit bising. Untunglah zombie-zombie di sana tidak mengerumun banyak seperti yang dialami para kelompok sebelumnya.
BANG!
Satu tembakan terakhir mengenai tepat kepala zombie.
"Sudah habis ya..?" Kuuko meniup ujung senapannya.
"Kuuko-san hebat!" Jyushi yang juga memegang riffle hanya memuji Kuuko.
"Haha. Dan Jyushi, kau perlu latihan menembak lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous World (Hypnosis Mic)
Fiksi Penggemar"A-apa yang terjadi?!" Hypnosis Microphone Zombie Attack! AU Tak ada yang berbicara satupun, bisa dikatakan kejadian yang melanda kotanya membuat mereka shock. Kota mereka sekarang seperti kota mati. Tidak ada orang yang lewat satupun kecuali monste...