Hari ini adalah hari pertama Hinata maduk ke sekolah barunya, dirinya sudah bersiap sejak jam 6 tadi.
Menurutnya kesan pertama adalah hal terpenting ketika bertemu lingkungan baru, jadi Hinata sudah duduk dengan senyum bahagia di ruang makan untuk sarapan tepat pukul 6.45.
"Hinata, apa yang kau lakukan. Ini masih terlalu pagi untuk pergi ke sekolah" Hiashi menatap gemas putri sulungnya yang menjelma seperti bidadari dengan pakaian khas anak SMA.
"Tousan, kelasku masuk jam 8. Dan ini tidak terlalu pagi, aku cepat karna memang ingin bertemu sugar daddy ku" dengan wajah santai Hinata meminum susu coklat yang sudah disiapkan ibunda tercintanya.
"Yayaya, sugar daddy mu mungkin sudah berangkat sekarang. Dia tipe orang yang berslogan "Jika bisa cepat kenapa harus lambat" Sang ayah duduk dengan santai sambil membuka koran ditemani secangkir kopi yang masih terlihat mengepulkan asap.
"Hinata kau berangkat bersama niisan saja, Si tua itu tak akan mau mengantarmu. Lagian niisan yang akan mengurus berkasmu ke sekolah" Neji yang baru saja turun dari lantai dua duduk manis di samping Hinata yang menatapnya malas.
"Ayolah niisan, aku ingin move on. Aku tidak mau single seumur hidup karna gamon. Sangat tak berfaedah" kukuh Hinata dengan tegas, namun sang kakak sepertinya tak mendengarkan karena sedang mengarungi mimpinya yang belum selesai diatas meja.
Hinata menggeplak jidat Neji gemas hingga membuatnya membuka mata karena terkejut, keduanya terlihat mulai cekcok.
"Biarkan kakakmu yang mengantarmu hari ini, Tobirama mungkin sudah berangkat. Besok kau bisa membuat janji dengannya kalau kau mau berangkat bersama" Hiashi mencoba menengahi perdebatan keduanya.
Neji memasang wajah puas kearah Hinata yang terlihat tidak percaya akan pembelaan sang Ayah.
"Oh iya, paman hari ini aku akan bertemu dengan perusahaan Otsutsuki untuk membahas kerjasama kita di Kanada" dan pembicaraan itu berlanjut beberapa saat sampai Mami Hikari dan Hanabi menghidangkan sarapan diatas meja.
"Ittadakimasu" seru semuanya kompak dan sarapan dengan hening tanpa adanya perbincangan.
***
"Sasuke-kun, minggu depan kita sudah UAS. Sedangkan aku baru pindah kemarin jadi otomatis aku belum mengerti pelajarannya, apa kau mau mengajariku nanti siang?" Shion terlihat mendekatkan mejanya kearah Sasuke yang sedang menelungkupkan wajah di atas meja."Aku sibuk" jawab Sasuke asal dan menarik kursinya sedikit merapat ketembok demi menjauhi tubuh Shion.
Wajah Shion tampak Shok menahan malu dan pemandangan itu tidak luput dari tatapan Ino dan yang lainnya dari belakang.
"Dasar penjilat" desis Ino tertahan, dan sontak Shion berdiri menghampiri kursi Ino.
"Apa kau bilang?" Terlihat tangan Shion meremas meja Ino dengan mimik wajah dingin dan datar.
"Aku bilang kau penjilat, apa kau tuli?" Ino dengan tak mau kalah berdiri tegas di depan tubuh Shion yang memang sedikit lebih pendek darinya.
"Cih wanita menjijikkan, aku tak memiliki masalah denganmu. Jadi untuk apa kau keberatan?" Shion menatap remeh Ino yang terlihat menahan amarah.
"Ohhh apa jangan-jangan, kau takut pacarmu jatuh hati padaku?" dengan berani Shion mendekati meja Sai dan duduk di pangkuannya dengan gaya yang sedikit tak senonoh.
Semua murid di kelas segera mengerubungi mereka, bahkan tak sebagian dari mereka merekamnya.
"Shion jaga sikapmu" Temari dan Tenten yang juga ikut merasa panas mencoba memperingati Shion yang sudah bersikap keterlaluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Yang Terluka (END)
Teen FictionHinata h.:aku menyerah sekarang Sasuke u.:maafkan aku,terlalu bodoh melepas mu