19. Bukti yang tersisa

122 14 3
                                    

Sudah 3 bulan Hinata dirawat, tak ada tanda-tanda kemajuan yang dia berikan kepada semua orang yang menantinya untuk membuka kedua mata indahnya.

Sasuke yang selalu menyempatkan dirinya untuk menjenguk Hinata dan pernikahan Tobirama yang berlangsung di Kanada membuatnya tak pernah bertemu dengan Hinata lagi.

"Hari ini ulang tahun ku Hinata, apa kau tidak ingin merayakannya denganku?" Sasuke mengecup lembut pipi Hinata yang kian menirus dan memucat.

"Berjanjilah, saat ulang tahun mu nanti kau harus sudah kembali padaku. Aku akan menemani dan menebus waktu yang tak bisa kuberikan padamu dulu" bibirnya melengkung tipis seolah menantikan sebuah harapan besar.

Sedangkan dilain tempat di rumah megah bergaya eropa klasik, sepasang suami istri tengah duduk menyantap sarapan dengan hening.

Wajah keduanya tampak sangat bertolak belakang, dimana wajah si pria dingin seolah tak tersentuh siapapun, sedangkan si wanita nampak tersenyum hangat walau dia tau tak akan ada jawaban untuk senyumnya yang sia-sia.

"Ne sayang, hari ini aku sedang libur dari pekerjaan di RS. Apa kau mau menemaniku berjalan-jalan?" Sakura menatap harap suaminya yang hanya diam tak merespon.
"Aku ingin per-" perkataannya terpotong saat Tobirama meletakkan garpunya kasar, matanya menatap nyalang Sakura.

"Aku tak punya urusan untuk meladeni tingkahmu. Dan jangan anggap aku bodoh untuk tetap diam dan tidak membunuhmu atas semua perbuatan yang kau lakukan dan Shion" tubuhnya berdiri menjulang dan segera berlalu pergi meninggalkan Sakura dan luka dihatinya yang kian menganga lebar.

"Tunggu sampai waktunya, aku akan mencari tahu sendiri semua kebusukanmu. Aku membebaskanmu karena aku masih menghargai perasaan ibuku, tapi kau semakin lama semakin membuatku muak" ucapnya sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu.

"Maafkan aku" air matanya mengalir dengan deras seolah tak ingin berhenti keluar.

Dulu Sakura pikir dengan dirinya menikah dengan Tobirama dirinya dapat menyentuh hati pria itu, tapi nyatanya mereka semakin jauh dan jauh.

Seperti biasa dirinya segera menelfon Shion dan akan memulai menjalankan rencana baru untuk menaklukkan pria itu, bahkan jika melawan dunia pun dia tidak akan menyerah.

"Mari bertemu di kafe alicya jam 2 nanti" dan panggilan itupun berakhir.

***
Sasuke yang sedang duduk sendiri di kantin sedikit keheranan saat dirinya melihat Shikamaru dan Sai berjalan menuju kearahnya.

"Yo" sapa Sai ramah dan hanya diangguki Sasuke, sedangkan Shikamaru dengan santainya meminum kopi latte yang baru dibelinya.

"Apa yang terjadi?" tanpa banyak basa-basi Sasuke langsung menanyakan penyebab Shikamaru datang dari Jepang ke Belanda ditambah Sai beberapa hari ini juga jarang terlihat.

"Kita bertemu di RS malam nanti, topik ini tak cocok dibicarakan di tempat umum seperti ini" seru Sai diangguki Shikamaru dengan malas.

Sasuke, Sai dan Shikamaru duduk tanpa adanya niat untuk saling mengobrol lebih jauh dan ketiganya berpisah saat waktu sudah beranjak sore.

Sore itu jam menunjukkan angka 3.15, Sasuke berdiri menatap sendu jalanan dengan udara yang kian menusuk kedalam kemeja hitamnya yang tipis, membuatnya segera masuk kedalam mobil metalic hitamnya dan menjalankan mobil kearah apartemen.

"Apakah kau akan memaafkanku, dan mengijinkan ku untuk duduk disampingmu?" Lirihan Sasuke mengiringi keheningan yang kian mencekam didalam mobilnya.

Semakin dirinya memikirkan apa yang akan dirinya katakan ketika Hinata sadar, semakin takut dirinya akan respon Hinata pada dirinya. Akankan gadis itu masih mau untuk mencintainya lagi, atau mungkinkah dirinya akan diusir dan dibuang seperti ia memperlakukan gadis itu dulu.

Aku Yang Terluka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang