Prolog

5.6K 595 154
                                    

Terlihat seorang gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu sedang menatap ke atas pohon, gadis itu bernama Aylin Alwa Nadhira. Tangan Aylin terulur ke atas seakan sedang menggapai sesuatu.

"Brandon turunin tas aku." Aylin menatap tas nya yang berada di atas pohon.

Lelaki yang di panggil Brandon itu justru malah tertawa. "Ambil sendiri lah, kan itu tas lo."

"Kan kamu yang naroh di atas pohon." Aylin tampak kesal, hari masih pagi tapi Brandon sudah berulah.

"Emang gue yang naroh?" Brandon mencoba untuk mengingat-ingat. "Haduh nggak inget gue."

"Brandon jangan bercanda." Aylin ingin tas nya kembali.

"Ambil Ay, kasihan tuh tas nya nangkring di atas pohon. Bikinin kopi kalik ya biar nangkring nya makin nikmat." Brandon tertawa pelan.

"Brandon, ambilin ya." Aylin memasang wajah memelas.

Brandon tersenyum manis dan menggeleng pelan membuat Aylin menghela nafas. Aylin kembali menatap ke atas pohon, ia bingung bagaimana cara mengambil tas itu.

Aylin benar-benar tidak habis pikir, dari kecil Brandon selalu saja jail. Aylin sedang memakai rok panjang, tidak lucu jika Aylin memanjat pohon hanya untuk mengambil tasnya.

"Ambil Ay, entar tasnya ilang kalau nggak di ambil-ambil." Brandon semakin menjadi.

Aylin menatap Brandon. "Gimana cara ngambilnya?"

"Mana saya tahu, tanya pada rumput yang bergoyang." Brandon terus saja bercanda.

"Brandon ngeselin banget sih." Tangan Aylin sudah mengepal.

"Haus Ay, gue ke kantin dulu ya." Brandon beranjak pergi.

Aylin menarik seragam belakang Brandon. "Tas aku gimana?"

Brandon berbalik badan. "Ya di ambil Ay."

"Aku nggak bisa ngambilnya," ucap Aylin.

"Kasihan, ya udah lo ke kelas aja nggak usah bawa tas. Gapapa kok, paling entar cuma di marahin sama guru, habis itu di hukum," balas Brandon.

Aylin menyerah, mata gadis itu tampak berkaca-kaca. Sejak kecil Brandon tidak pernah gagal menjaili Aylin, lelaki itu selalu berhasil membuat Aylin menangis. Soal jail, Brandon itu pakarnya.

"Aku bilangin Bunda." Dari kecil selalu saja ancaman itu yang keluar dari mulut Aylin.

"Masih anak Bunda ternyata, kirain anak gorila." Brandon tersenyum geli.

"Ya udah biarin aja tasnya, nggak usah di ambil!" Aylin berjalan ke arah batang pohon.

Aylin bersandar pada batang pohon, gadis itu menatap ke arah lain. Aylin mengusap pelan air matanya yang terjatuh begitu saja. Melihat hal itu Brandon langsung menghampiri Aylin.

"Masih aja cengeng, jangan nangis. Gue ambilin tasnya." Brandon selalu membuat Aylin menangis, tapi akhirnya Brandon sendiri yang membujuk gadis itu agar tidak menangis.

"Nggak usah!" Aylin enggan menatap Brandon.

"Seriusan gue ambilin, lo jauhan dikit biar gue bisa manjat." Brandon tampak serius.

"Aku bilang nggak usah!" ketus Aylin.

"Jangan nangis Ay, entar makin jelek. Beneran gue ambilin, kali ini serius nggak bercanda," ucap Brandon.

***

Aylin duduk di salah satu kursi yang ada di kantin, gadis itu tetap menangis walaupun Brandon sudah berusaha membujuknya. Brandon saat ini berdiri di samping Aylin sambil membawa tisu.

Sehati namun tak seimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang