Ekstra part

2.1K 405 155
                                    

“Ini hanya kisah, sebuah skenario yang sudah tersusun rapi dan harus kita jalani.”

-Aylin Alwa Nadhira

~~~

Semenjak kepergian Brandon Aylin tampak tidak bersemangat, sudah empat tahun lamanya Aylin tidak pernah lagi berhubungan dengan Brandon. Lelaki itu seakan di telan bumi, pergi jauh dan tak akan pernah kembali lagi.

"Brandon aku udah semester delapan, bentar lagi wisuda. Brandon kamu apa kabar?"

Aylin duduk di karpet yang ada tepat di samping kasurnya, gadis itu memeluk kedua lututnya dengan sangat erat.

"Aku ambil jurusan psikolog, kamu jadi ambil jurusan hukum? Kamu bilang kita bakal kuliah bareng, raih cita-cita bareng, tapi ... kamu bohongin aku."

Aylin terisak pelan, ia pikir Brandon akan kembali. Namun ternyata lelaki itu pergi untuk selamanya, pelukan kala itu adalah pelukan yang terakhir kalinya.

"Brandon ayo balik, aku kangen kamu. Brandon, apa kamu udah bahagia di sana?"

Aylin menghapus pelan air matanya, beberapa kali Brandon memang menghubungi Noah. Tapi Noah bilang, Brandon tidak mau berbicara dengan Aylin. Sepertinya Brandon sangat berniat agar Aylin benar-benar melupakan lelaki itu.

"Kamu nggak lihat pesan aku, kamu juga nggak bales email aku, mau kamu apa Brandon?"

Aylin berdiri dan berjalan ke arah meja belajarnya, gadis itu mengambil sebuah kotak yang berisi beberapa surat. Sebelum pergi Brandon menitipkan kotak itu pada Ziva agar diberikan kepada Aylin.

Ada banyak sekali surat yang dimasukkan ke dalam sebuah kotak, Aylin tidak membutuhkan surat-surat itu. Aylin ingin berbicara langsung dengan Brandon, oleh karena itu Aylin tidak pernah membuka satupun surat tersebut.

Aylin meraih salah satu surat, meraih surat itu kemudian membacanya. Aylin mengambil surat lagi dan membacanya, begitupun seterusnya. Ternyata semua surat itu isinya sama, air mata Aylin kembali terjatuh.

[Gimana Ay? Udah lupain gue? Gue nggak bakal bosen ngingetin lo, ngingetin lo biar lo berusaha lupain gue. Lo mau bikin gue bahagia? Lupain gue dan cari kebahagiaan lo, oke?]

***

Aylin duduk di sofa yang ada di ruang tamu, gadis itu memeluk semua surat dari Brandon dengan sangat erat. Salahkah Aylin jika berharap Brandon kembali? Aylin melupakan fakta jika Brandon jauh lebih mencintai Tuhan-nya.

Dulu waktu kecil Brandon pernah berada di ruang tamu ini, Brandon dan Aylin bermain bersama dengan Nevan. Jika Aylin tahu saat besar akan seperti ini, Aylin ingin menjadi anak kecil saja agar tidak mengalami sebuah perpisahan.

°°°

Dulu waktu sd Brandon menyerahkan semua buku tugasnya pada Aylin, Brandon menyuruh Aylin agar menyelesaikan semua tugasnya. Sejak kecil Brandon memang sangat menyebalkan.

"Ini, ayo kerjain." Brandon menggeser semua buku tugasnya, anak itu bertingkah seperti majikan.

"Nggak mau lah." Aylin memalingkan wajahnya.

"Aku ngajarin kamu biar pinter tahu, katanya ngerjain soal itu bisa bikin pinter."

Aylin menoleh. "Ya udah kamu aja yang ngerjain."

"Aku nggak mau pinter, biar kamu aja yang pinter."

"Kamu tahu nggak sih Brandon? Kamu itu pinter."

"Emang iya?" Brandon merasa aneh saat Aylin tiba-tiba memujinya.

"Iya, pinter ngerjain orang!" ketus Aylin.

Brandon tertawa kala mendengar ucapan Aylin, jika dipikir-pikir tidak ada yang salah dari ucapan Aylin. Memang benar adanya jika Brandon itu jail, suka membuat Aylin kesal bahkan sampai menangis, Brandon samasekali tidak menyangkal hal itu.

Sehati namun tak seimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang