Rumah-11

632 35 1
                                    

Fokus, Naresh katakan pada dirinya untuk fokus mengingat hal-hal baik tentang orang dihadapannya ini, tapi susah, karena nyatanya yang orang itu katakan menggores hatinya, membuka luka yang sebenarnya udah pelan-pelan ketutup sama hal baik, tap hari ini, orang itu runtuhkan pertahanannya.

Dari dulu, sejak papi dan maminya memutuskan untuk berpisah, orang-orang selalu bilang pada Naresh, untuk mengerti keadaan papi dan mami yang memang sudah nggak bisa bersatu, orang-orang bilang nanti masing-masing dari mereka akan makin sakit jika terus bersama, sewaktu pengadilan mengesahkan perceraian papi mami, mereka bilang Naresh harus mulai memahami papi, Naresh mencoba, dia nggak menuntut ini itu, nggak menceritakan masalahnya pada papi, nggak mengganggu papi, dan banyak hal yang sebenarnya dia pengen lakukan bareng sama papi, dia tahan untuk nggak dia pinta, karena dia tahu, jadi papi yang membesarkan dirinya seorang diri cukuplah sulit.



Tapi, ada poin tertinggal, siapa yang berusaha mengerti Naresh?












Naresh belum ketemu jawabannya, dia ingat betul, waktu itu jam 11 siang, sepulang dari kantor pengadilan agama, Naresh pulang sama Om Dirga, mereka diam sepanjang perjalanan di mobil, sampai di rumah, Naresh langsung masuk kamar, duduk, mikir, dia mau ngapain setelah ini, dia bakal gimana, kalau dia  pengen dipeluk minta peluk sama siapa ya, dia bakal cerita sama siapa soal hari-hari dia, karena Naresh 11 tahun tau, bahwa papi juga butuh untuk menyembuhkan luka hatinya, jadi nggak mungkin dia menambah pikiran papinya. Tau-tau setelah kebanyakan mikir ada yang ngalir di pipi Naresh, basah, anget, dia nangis, sakit banget hatinya, ngilu, tapi dia nggak bisa bicarakan dengan siapapun, nggak mingkin dia ceritakan sakit hatinya di rumah sama orang-orang luar, jadi dia cuma bisa nangis diem di kamar, sambil nyoba bilang gapapa berkali-kali ke dirinya sendiri. Dia peluk dirinya sendiri, sampai-sampai nggak sadar ternyata dia nampar mukanya sendiri, karena nggak berhenti-berhenti nangis.







Sekarang, kalau ingat hal itu, rasanya Naresh pengen bisa punya mesin waktu yang bisa bikin dia meluk dirinya waktu kecil dengan hangat.





HALOOOOO GAIS,
Huhuhuu, maaf banget gais kalau ceritanya gak ada feelnya sama sekali, makasii baget buat yang udah mau baca, semoga kalian sehat dan bahagia selalu yaaa, buat yang muslim jangan lupa sholat yaa, luvvvvv

rumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang