4. Kemarahan Klan Kim

32 5 0
                                    

Hansung berdiri di luar gerbang kediamannya, terlalu takut untuk melangkahkan kakinya ke dalam dan menghadapi ayahnya. Sudah 2 jam berlalu dan waktu semakin larut, namun Hansung masih enggan untuk masuk hingga pelayan yang kebetulan ingin keluar bertemu dengannya.

Suara decit pintu kayu terdengar membuat Hansung tersadar dari lamunannya.

Seorang pelayan melihat tuan mudanya berada di depan pintu saat dirinya membuka pintu, membuat matanya melebar saking terkejutnya, "Tuan Muda, maafkan saya karena tidak mendengar kedatangan Tuan Muda, tolong hukum saya", pelayan itu segera bersujud di hadapannya dengan takut-takut.

Menjadi kebiasaan di kediaman Kim jika salah satu pelayan melakukan kesalahan, hukuman cambuk akan menantinya. Hansung tidak suka melukai orang dengan tangannya sendiri, tetapi lebih meyukai orang lain yang melakukannya, dia tidak dalam mood yang baik untuk melakukannya sekarang dan memilih mengabaikannya.

"Ssssttt, jangan berisik!"

Percuma saja dia memperingatkan pelayan itu untuk tidak berteriak, kebetulan Kim Deoksu sedang berjalan-jalan di luar rumah mencari angin malam. Melihat anak bungsunya telah kembali, senyum bangga terpatri di bibir tebalnya. Tanpa menggunakan alas kaki, Kim Deoksu langsung berlari menemui anak bungsunya. "Anakku, kau sudah pulang"

"Ayah". Hansung sedikit terhenyak saat mengetahui jika ternyata Ayahnya sedang menunggunya.

Menyentuh kedua bahu anaknya, senyum bangga masih bertengger di bibirnya saat dia bertanya, "Dimana surat gulungan jabatan yang kau terima hari ini nak? Ayah ingin melihatnya"

Hansung tidak bisa terus menatap mata berbinar milik Ayahnya dan memilih memejaman matanya dengan wajah sedikit sendu.

"Hansung", Tidak segera mendapat jawaban dari anaknya membuat Kim Deoksu tidak sabar dan mencengkeram bahu Hansung erat.

Sedikit melirik wajah ayahnya, Hansung menghela nafas pelan dan mulai memberanikan dirinya untuk mengakui sesuatu.

"Yang Mulia... menahan suratku, Ayah", lirihnya.

"Apa maksudmu?". Meskipun suara Hansung lirih, telingan Kim Deoksu masih dapat mendengar itu dengan jelas. Tatapannya menjadi semakin garang dan urat biru muncul di atas dahinya.

"Itu...ugh"

Nafasnya menjadi semakin memburu dan cengkeraman di bahu Hansung semakin erat hingga membuat Hansung kesakitan. "Kubilang APA MAKSUDMU?"

Dibentak dengan nada keras oleh ayahnya sendiri membuatnya sangat terkejut, ini baru pertama kalinya dia dibentak oleh sang ayah, dengan wajah ketakutan Hansung langsung menangis dan bersujud di hadapan sang ayah, "Ayah, aku tidak ingin berada di militer, aku ingin menjadi pegawai sipil atau menteri"

"Tolong Ayah, bilang kepada Yang Mulia Raja, aku tidak ingin masuk ke kamp militer, aku takut terluka"

Mendengar hasil buruk dari mulut anaknya sendiri membuatnya sangat syok. Dari awal Kim Deoksu berusaha keras melindungi anaknya dari para pesaing di Sungkyungwan, tapi pada akhirnya usaha itu akan sia-sia karena ulah seseorang bajingan yang ingin dia singkirkan. Dengan wajah geram menahan amarah, Kim Deoksu mencoba mengkonfirmasi sesuatu, "Kau pernah membuat kesalahan di depannya? Tidak... kau tidak pernah salah, benar?"

Hansung yang masih bersujud di bawah kakinya tiba-tiba menegang, air matanya berhenti mengalir seketika, Hansung berusaha menenangkan dirinya.

"Aku... aku tidak tahu". Dengan berusaha keras Hansung mencoba menahan suaranya agar tidak bergetar, namun tampaknya usahanya sia-sia karena suaranya masih terdengar sedikit bergetar, entah ayahnya menyadarinya atau tidak.

"Cih... Raja boneka itu, berani-beraninya dia terang-terangan mempermainkanku"

"Ayah?"

Hansung mengangkat wajahnya ke atas, mencoba memberanikan dirinya menatap ekspresi sang ayah, namun jejak kemarahan masih tertinggal di sana membuat bendungan air matanya pecah kembali.

"Ayah...?!"

Kim Deoksu meninggalkan Hansung yang menangis sendirian di halaman, nyonya Kim yang seja tadi mengintip dari balik pintu segera keluar menghampirinya dan memeluk anak bungsu tersayangnya.

Hansung segera menyambar ke dalam pelukan ibunya yang hangat, "Ibu... aku tidak ingin bergabung ke dalam militer... aku suka belajar... aku ingin menjadi pegawai sipil.. atau menjadi menteri seperti Ayah"

Nyonya kim hanya pasrah dan memeluk tubuh anaknya dengan erat dengan air mata yang terus menguntai indah menuruni pipi yang kini mulai dihinggapi dengan keriput halus.

Kim Deoksu berjalan keluar rumah dengan tergesa-gesa menuju tempat perkumpulan Klan Kim biasa berkumpul. Tempat itu tidak jauh dari rumahnya, dan untung saja semua anggota Klan sedang berkumpul di sana. Kim Deoksu menjelaskan dengan singkat tentang apa yang menimpa anak bungsunya.

"APA?"

Kim Dogeum, adik dari Kim Deoksu yang menanggapi itu dengan marah.

Seseorang yang tak jauh dari tempat duduknya bersimpati, "Tuan besar, bagaimana itu bisa terjadi?"

BRAK

"Apa yang Raja bodoh itu pikirkan?"

"Tenang dulu Tuan"

Sudah menjadi rahasia umum jika Kim Dogeum adalah orang yang mudah sekali terpancing emosi,

"Yoobin-ah, Bagaimana aku bisa tenang, keponakanku sedang dipermainan di sini"

"Huft~ aku tidak bisa berbuat apa-apa", setelah berucap, Kim Deoksu memejaman mata dan menjadi tenang.

Jika Tuan Besar mereka bersikap seperti ini, ini adalah suatu hal yang paling mereka takuti. Menjadi diam dan tenang bukan berarti Tuan mereka sedang menenangan dirinya, namun menenangkan monster yang mengamuk di dalam dirinya membuat semua orang menjadi panik.

"Hyung?"

"Tuan Besar?"

"Tuan?!"

"Diam!", ucapnya dengan suara rendah.

Kim Deoksu perlahan membuka kedua matanya, wajah ketenangan masih menyelimutinya, "Ini benar-benar keteledoranku, aku tidak menyangka jika orang bodoh itu berani secara terang-terangan melawan kita"

Semua orang menghela nafas frustasi tentang masalah ini. Masalah-masalah satu persatu muncul menghadang mereka setelah kenaikan Raja Min yang baru, hal itu membuat semua anggota Klan Kim menjadi waspada.

Mereka berkumpul di sini juga akan membahas masalah yang tak kalah pentingnya, sang Raja sudah mulai berani memperlihatkan taringnya secara terbuka dan satu-persatu masalah mulai mengambang dan berhasil tercium oleh petugas Penyelidik Kerajaan yang mengakibatkan 4 saudara mereka mengalami eksekusi mati dan pengasingan.

(Kantor Penyelidikan Kerajaan (Uigeumbu, 의금부) adalah organ investigasi dan penegakan hukum di bawah kendali langsung dari raja.) Source from Wikipedia


Semua orang menegang, jika terus seperti ini, nasip Klan Kim akan dipertaruhkan.

King of the Goryeo DynastyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang