Yang mau baca cerita ini sudah TAMAT di Karyakarsa. Link ada di bio dengan harga 25K kalian bisa baca keseluruhan cerita.
Selamat Membaca
Kesalahan masa lalunya membuat Eva sangat selektif jika ada lawan jenis yang mendekatinya, bukan tak mau tapi ia menganggap dirinya kotor. Kesalahan saat remaja membuatnya memiliki seorang putri cantik di usia muda, ini tidak mudah, karena ia harus berjuang sendiri disaat Elang Angkasa harus menempuh pendidikan di luar negeri.
"Kita masih muda, Eva. Bahkan Papa mengatakan jika akan mengirimku untuk sekolah di luar negeri." Ucap Elang setelah pulang sekolah menengah atas, Elang dan Eva sedang berada di tempat kos Eva.Pandangan Eva yang semula menatap benda persegi panjang berubah ke arah Elang, "Maksud kamu ... kamu tidak akan bertanggung jawab?" Miris, disaat semuanya Eva berikan ternyata Elang akan pergi meninggalkannya sendiri.
"Aku bingung. Tapi disisi lain aku tidak bisa mengabaikan perintah Papa, kamu tahu sendiri jika aku anak tunggal."
Pembicaraan mereka berakhir menggantung begitu saja tanpa ada kejelasan. Hingga hari-hari kemudian menunjukkan bahwa Elang telah pergi ke luar negeri tanpa berbicara terlebih dahulu dengan Eva.
Eva sedih, tapi ia juga tidak akan melakukan tindakan bodoh dengan menggugurkan janinnya. "Meskipun Ayah kamu pergi, masih ada Bunda disini Dek."
Tidak ada yang berubah di tahun akhir sekolah menengah atas ini, Eva yang memiliki latar belakang tidak mampu hanya ingin menyelesaikan sekolahnya dan mencoba mencari kerja.
Alasan demi alasan Eva berikan kepada kedua orangtuanya saat ia mengandung dan mencoba menapaki hidup, ia tidak mau membuat kecewa kedua orangtuanya, makanya ia mennyembunyikan kondisi ini.
Hingga suatu ketika Ibunya datang tanpa Eva tahu, saat itu Eva tengah menyuapi Angsana, nama putrinya. "Ini siapa Dhuk?"
Tubuh Eva seketika membatu saat ia mendengar suara itu, pikirannya terasa blank tanpa mau memikirkan jawaban apa yang terbaik.
"Em ... Anu... Ibu datang?" Sapa ramah Eva tanpa mengindahkan pertanyaan Ibu. "Baru saja, Ibu pikir kamu sedang bekerja makanya Ibu tidak menyuruh kamu untuk menjemput."
Lantunan jawaban yang begitu baik itu membuat hati Eva diliputi rasa bersalah, tubuhnya yang semula berdiri terjatuh meluruh di hadapan Ibunya, "Maafkan Eva Bu, Eva telah melakukan kesalahan selama ini." Isaknya dengan air mata yang keluar tanpa bisa Eva bendung. "Semua salah Eva, tapi tidak dengan Angsana."
"Jadi dia Angsana?" Tunjuk tangan Ibu menatap balita usia dua tahun itu. Wajah yang cantik membingkai wajah gadis kecil itu, "Iya Bu, Angsana Megantara. Dia cucu Ibu." Selama ini Ibunya cukup merasa ganjal dengan perubahan putrinya, dan ini terjawab sudah. "Ya Tuhan, kenapa kamu rahasiakan ini Dhuk ... Ibu tetap jadi Ibumu meskipun ada Angsana. Kesalahan kamu tidak membuat Ibu akan marah dengan kehadiran Angsana." Wanita paruh baya itu menyamakan tinggi badannya dengan Eva, mereka saling berpelukan menyalurkan pesakitan akibat takdir yang bermain.
Sejak saat itu keluarga Eva tahu mengenai kabar Eva yang telah memiliki anak. Sorot penghakiman kian kental jika Eva mengajak putrinya pulang kampung, tapi Eva mencoba mengabaikan saja hingga Angsana tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar di sekolah.
"Bunda!" Pekikan suara khas Angsana menggema di depan gerbang sekolah menengah pertama itu, Eva yang sudah menunggu putrinya tersenyum dan meregangkan tangan untuk memeluk tubuh putrinya. "Anak Bunda. Bagaimana kabar di sekolah?"
Melepas rengkuhan Angsana menatap wajah Eva. Wajah yang tetap cantik meskipun usia telah beranjak dewasa. "Baik Bun, bahkan Angsana dapat nilai seratus untuk ulangan Aljabar.""Wah pintar sekali anak Bunda. Yasudah ayo kita ke rumah makan." Ajak Eva dengan menyerahkan helm ke putrinya itu, Angsana menerima dan memakainya. Jarak antara sekolah dan rumah makan memang tidaklah jauh.
"Kamu mandi terus ganti baju, Bunda udah siapkan makanan di meja makan untukmu." Bangunan dua lantai itu menjadi tempat mereka bernaung, kegigihan Eva dalam membesarkan Angsana membuahkan hasil sebuah bangunan dua lantai. Dimana lantai satu ia gunakan sebagai warung makan, dan lantai dua digunakan sebagai rumah untuk mereka.
"Oke Bunda." Jawaban riang itu membuat Eva hanya menggelengkan kepala, setelah berganti baju Eva memilih untuk bergelung di warungnya.
"Mbok sudah makan?" Tanya Eva kepada wanita paruh baya yang telah lama menjadi asistennya itu, wanita yang ia pekerjakan sebagai penjaga warung. "Sudah Bu, tapi belum salat."
"Yasudah salat dulu." Pembawaan yang ramah mampu memikat hati pembeli, bahkan mereka rela kembali kemari hanya untuk mengisi perutnya.
Dilain sisi, sosok pria yang matang tengah duduk di meja kebesarannya. Pria yang begitu mempesona dengan segala pencapaiannya itu tak pernah merasakan ketenangan setelah sang Mama melakukan tindakan diluar batas. Ya, sosok itu adalah Elang Angkasa, seorang pebisnis muda penerus klan Angkasa.
"Sudah makan, Sayang?" Sapa ramah seorang wanita yang baru saja memasuki ruang bekerjanya. Kepala Elang mendongak menatap wajah wanita itu, "Belum."
"Ayo makan dulu." Ajaknya dengan meletakkan paper bag yang tertulis sebuah nama restoran ternama. Tubuh Elang berdiri dan bergabung di sofa, ia menunggu semua makanan yang tertuju untuknya. "Makanlah, pasti kamu capek." Tanpa menjawab ucapan Shela, Elang melahap makanan itu. Ya, Elang sudah dijodohkan dengan Shela Handoko, seorang model busana. Hubungan mereka terbilang tertutup dengan dunia yang digeluti Shela, karena itu permintaan Elang. Awalnya Shela keberatan karena ia sering memamerkan semua kegiatannya di story IG, tapi karena ini Elang maka ia menyetujuinya.
"Besok aku mau ada pemotretan di sekitar sini. Palingan satu jam dari kantor, aku mau ajak kamu makan di rumah makan Angsana. Katanya disana enak, menu makanannya tidak kalah dari restoran." Ajak Shela ke Elang, tanpa menunggu lama Elang mengangguk.
"Terimakasih sayang, besok aku share loc, kamu harus datang."
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dunia ✔ (KBM & KARYAKARSA)
Short StoryCerita ini sudah tayang di Karyakarsa dan KBM. Langsung Prolog