Yang mau baca sudah tersedia di Karyakarsa ya.
Link ada di bio.
Love you gaes
Selamat Membaca
Eva tengah menemani Angsana belajar di kamar tidurnya, setiap malam Angsana akan mengajak sang Bunda untuk ikut menemaninya di dalam. "Bun."
"Ya."
Tubuh Angsana yang semula terfokus ke depan, menoleh ke belakang, memandang wajah Eva. "Em, besok Bunda bisa menemani Angsana buat acara di sekolah?"
"Acara apa?"
"Acara hari Ibu, jadi di sekolah ngadain acara itu, katanya ada donatur yang akan datang juga."
Menimang-nimang, akhirnya Eva mengangguk. "Boleh, acaranya lusa, kan?"
"Iya."
"Oke Bunda akan datang." Eva berjalan mendekati putrinya itu dan mengecup keningnya, "Kalau sudah selesai gosok gigi lanjut tidur, ya."
Angsana mengangguk.
***
"Sayang... " Salam Shela saat memasuki ruang kerja Elang, Shela membawa beberapa cup minuman kekinian, "Hm." Hanya deheman yang dilontarkan Elang.
"Ih, aku datang enggak disambut." Rajuk Shela dengan mendaratkan tubuhnya di sofa, Elang yang mendengar ucapan itu langsung berhenti mengamati layar komputernya.
"Ada apa?" Tanyanya tetap di kursi kebesarannya.
"Aku datang ya harus disambut. Jarang-jarang aku melakukan hal ini." Bagaimanapun jadwal Shela sangatlah padat, seharusnya Elang berterimakasih kepadanya. Disela kepadatan jadwal itu, ia masih menyempatkan diri bertemu sang kekasih.
"Maaf." Hanya kata itu yang keluar dari bibir Elang, enggan menanggapi lontaran Shela yang menurutnya kekanakan.
"Ayo temani aku minum." Ajak Shela yang sudah merubah raut wajahnya, ia tahu bahwa tunangannya itu cenderung kaku. Dengan berat hati Elang melangkah mendekat, mengambil cup minuman dan menyedotnya.
"Enak enggak?"
Elang mengangguk.
"Habis ini kita makan yuk. Aku ada rekomendasi tempat makan yang pasti kamu suka." Ucap Shela dengan binar bahagia, apalagi kemarin saat ia mendatangi tempat itu rasanya tidak ada yang mengecewakan.
Kening Elang mengerut, "Kamu nggak sibuk?" Pasalnya Elang tahu bahwa Shela sedang mendapatkan projek menjadi model di salah satu majalah nasional.
"Sibuk, tapi tempatnya tak jauh dari sini. Jadi bisa."
"Oh."
Selesai mengatakan itu, Shela menarik tubuh Elang untuk keluar ruang kerjanya. Mereka berjalan layaknya pasangan serasi, tidak ada yang janggal akan hubungan mereka. Sama-sama kaya dan rupawan, pastinya banyak orang yang mendukung.
Mobil yang dikemudikan Elang sampai di sebuah halaman ruko dua lantai, "Ini tempatnya?"
"Iya, ayo masuk."
Dalam benak Elang, tumben Shela mengajaknya ke tempat yang sederhana ini.
"Ayo masuk!" Ulang Shela yang sudah keluar dari mobil, kepalanya ia masukkan ke dalam jendela pintu agar bisa melihat Elang yang masih duduk di kursi kemudi.
"Ya." Elang keluar dari mobil dan berjalan masuk di belakang tubuh Shela, langkah tegapnya mampu membuat siapa saja yang melihat terpesona. Apalagi Elang masih mengenakan baju kerjanya, seperti eksekutif muda.
"Mau pesan apa?" Tanya Shela saat mereka sudah duduk di meja, Shela menyodorkan buku menu. "Yang enak mana?"
"Semuanya enak, kemarin aku sama. Bagas sudah kemari."
"Oh," Sekilas Elang membaca semua menu yang tertulis, dan memilih beberapa menu yang ia inginkan.
"Terima kasih ya Mbok." Kepala wanita paruh baya itu mengangguk dan berjalan meninggalkan meja. Shela sibuk dengan ponselnya, sedangkan Elang mengamati semua ornamen yang disuguhkan di ruangan ini.
Hingga matanya bersibobok dengan seorang gadis remaja yang baru saja masuk mengikuti langkah Ibunya. Gadis yang masih mengenakan seragam itu berjalan masuk, "Siapa gadis itu."
Ucapan yang begitu lirih mampu mengundang keingintahunan Shela. "Kamu bicara apa?"
"Ah enggak Shel." Dalam hati ia merutuki jiwanya yang langsung terpesona dengan gadis itu. Bahkan ingatannya terbang ke masa lalu, jika dihitung-hitung maka anaknya pasti seusai anak perempuan itu, jika kekasihnya mempertahankan kandungannya.
"Ayo dimakan." Ajak Shela yang melihat wajah Elang termenung. "Ah maaf, tidak konsentrasi."
Kepala Shela mengangguk.
Hingga semua makanan yang dipesan habis tak tersisa, rasanya pas di lidah Elang. "Gimana? Enak, kan?"
"Enak."
"Em, saya mau ke belakang dulu." Pamit Elang kepada Shela.
Elang berjalan menuju ke belakang, hingga ia tidak sengaja melihat anak perempuan itu turun dari tangga mengenakan tas punggung. Elang menunggu, ia ingin menyapanya, dengan alibi bertanya akan kamar kecil.
"Maaf, dimana kamar kecilnya?" Tanya Elang kepada gadis yang masih tertunduk menatap ponsel. Angsana yang mendengar ucapan itu, sontak mendongak.
Pandangan mereka terkunci. Seolah merabah bahwa ada cermin di depan, mereka, saling berpandangan mengamati wajah yang hampir serupa.
Ada dorongan di dalam hati, bahwa gadis yang ia lihat ini merupakan putrinya. Tapi ia mengenyahkan pikiran bodoh itu, mana mungkin? Apalagi belakang ini ia mencari keberadaan Eva tak kunjung mendapatkan hasil.
"Oh, Om berjalan aja lurus ke sana nanti mentok, belok kiri."
"Terima kasih."
"Sama-sama Om." Ucap gadis itu dengan berjalan keluar, tangannya masih sibuk dengan ponsel.
"Bun, Angsana mau berangkat dulu."
"Iya hati-hati. Kabari kalau sudah sampai." Jawaban yang Elang yakini berasal dari Ibu anak perempuan itu.
Meskipun ada rasa yang ingin ia ketahui, Elang lebih memilih untuk megabaikan itu dan berjalan menuju kamar kecil, menuntaskam hajatnya.
"Sudah kubayar." Ucap Shela saat Elang kembali. "Kenapa? Biasanya saya yang bayar."
"Kelamaan, nanti aku telat."
"Oh yasudah ayo saya antar." Ajak Elang untuk melangkah keluar dari rumah makan, Shela mengangguk dan berjalan bersisian dengan Elang. Jalan yang dipenuhi oleh Elang membuat seorang perempuan yang membawa barang jatuh tersungkur akibat menubruk tubuh Elang yang tinggi.
"Maaf." Ucap Elang kemudian membantu barang-barang perempuan itu yang berhamburan masuk kembali ke kardus. Tangan lembut Eva tanpa sengaja tersentuh oleh tangan Elang, dan membawa sengatan yang sudah lama padam di diri Elang.
"Maaf saya tidak melihat." Ungkap perempuan yang tak lain Eva, wajah perempuan itu menunduk sehingga Elang sulit mengenalinya.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dunia ✔ (KBM & KARYAKARSA)
Short StoryCerita ini sudah tayang di Karyakarsa dan KBM. Langsung Prolog