Bab 1

75 13 0
                                    

Cerita ini sudah TAMAT ya di Karyakarsa, link ada di bio.

Selamat Membaca

Sudah menjadi rutinitas Eva setelah menjemput putrinya itu ia bergelung di dapur menyiapkan makanan yang telah habis saat makan siang. Tidak ada hal yang mencolok di daftar menunya, hanya masakan rumahan yang disajikan. Tetapi karena memiliki cita rasa yang enak, banyak pelanggannya yang kembali setelah berkunjung pertama kali.

"Terima kasih ya Mba." Ucap Eva saat ia baru saja memberikan kembaliannya ke pelanggan. Dengan menggunakan setelah daster panjang Eva nampak cantik, tidak ada make up tebal, karena ia bekerja di dapur. "Sama-sama, oh iya kalau jadi minggu depan keluarga saya ada acara, saya inginnya makanannya pesan dari sini. Bisa, kan?"

"Bisa Mba, rezeki itu."

"Baiklah, besok saya konfirmasi dulu. Soalnya mencangkup berapa orang yang akan diundang." Kepala Eva mengangguk, hingga tubuh pelanggan itu berjalan keluar dari rumah makannya.

Selamat Datang di Rumah Makan Angsana.

Salam ramah dari bel yang dipasang oleh Eva saat pelanggannya datang, dua orang beda jenis kelamin itu berjalan di pojok ruangan. Mbok Ina yang selesai istirahat berjalan menuju meja yang menjadi tempat dua orang yang baru datang itu.

"Selamat Siang, bisa Mbok bantu." Mbok Ina menyerahkan buku menu yang sudah ia bawa, "Emm, sepertinya enak semua." Puji Shela saat ia melihat banyak menu rumahan yang terpampang di buku menu itu.

Dengan mengetukkan telunjuknya di dahi ia menatap Mbok Ina, "Makanan terfavorit disini apa ya?" Karena ini kali pertama Shela datang ke tempat ini. Bahkan asisten Shela yang ia ajak makanpun mengatakan enak semua.

"Banyak sih, tapi paling banyak yang ini. Mie kuah dengan seafood."

"Beneran Gas?" Tanya Shela kepada Bagas, pria yang duduk di depannya. Pria itu hanya mengangguk, dan mengucapkan semua menu pesanan.

"Eh lo nggak jawab."

"Enak semua Shela, bahkan gue sudah icip semuanya." Jawab Bagas dengan menyerahkan buku menu ke Mbok Ina, bibir Shela mengerucut, sebal akan tingkah Bagas.

"Baiklah Mbok, saya pesan ini saya. Sama minumnya jus jeruk." Mbok Ina mengangguk dan mencatat semuanya, selesai melakukan itu ia berjalan menuju dapur.

"Ini Bu, pesanannya." Tangan Eva meraih kertas dan membacanya sekilas, dengan cekatan ia membuatkan makanan dan menyajikannya.

"Mbok bantu Eva." Kedua perempuan itu berjalan dengan nampan yang penuh akan makanan yang dipesan, dengan penuh hati-hati Eva meletakkan di hadapan Shela dan Bagas.

"Selamat Menikmati." Sapa ramah Eva dengan senyum khasnya, selesai menyapa pelanggannya, ia melangkah ke dalam.

Semua yang dilakukan Eva terekam jelas di benak Shela, bahkan ia merasa pernah melihat wajah Eva tapi dimana?

"Kenapa lo? Jangan bilang kesambet." Ucap Bagas dengan tangannya yang melambai di depan wajah Shela, "Apaan sih lo, ngagetin aja." Ketus Shela kepada Bagas.

"Yaelah elo yang bengong. Gue yang dimarahi." Tanpa menghiraukan balasan dari Shela, Bagas menyuapkan makanan ke dalam rongga mulutnya.

Selesai menyantap makanan, Shela mencoba mengutarakan pikirannya. "Kok gue kaya pernah lihat wajah pemilik rumah makan ini, ya." Dengan menggoyangkan gelas jusnya Shela berbicara.

Wajah Bagas mendongak, "Dimana?"

Mengedikkan bahu Shela menjawab. "Kaya pernah lihat wajahnya, tapi gue lupa siapa dia."

"Kan emang lo pikun." Teriak Bagas tak habis pikir, selesai mengutarakan hal itu Bagas berjalan menuju kasir, membayar semua yang dipesan.

Rumah makan sederhana ini tak pernah sepi itu yang Bagas lihat, banyak pengunjung yang hilir mudik masuk kemari.

"Ayo balik. Sebentar lagi pasti dicari lo." Ajak Bagas, dirinya disini menemani sang model untuk pemotretan.

"Oke, gue balas chat Elang dulu." Kepala Bagas mengangguk dan menunggu Shela selesai membalas pesan dari sang kekasih, meskipun Bagas tahu bahwa hubungan Shela dan Elang tak seintim pasangan lainnya.

"Oke ayo."

***

Sejak kembali dari luar negeri Elang memilih untuk tinggal di apartemen yang dibeli sang Papa, ia beralasan untuk belajar mandiri. Meskipun alasan itu tak salah seratus persen, karena Elang sedang mencoba menjaga jarak dengan sang Mama.

Elang marah, Elang kecewa, itu yang ia rasakan selama beberapa tahun belakangan ini.

Membuka pintu apartemen ia melangkah masuk menuju dapur, mengambil air mineral dingin ia berjalan menuju sofa. Meneguk air mineral, Elang mengingat semua kejadian di masa lalunya.

"Elang tidak mau ke luar negeri Ma. Dan Papa sudah izinkan Elang."

"Kenapa?"

Menundukkan pandangan Elang merasa ia harus terus terang, apalagi akhir-akhir ini ia berpikir untuk mengambil tanggung jawab atas Eva. Bagaimanapun mereka yang bersalah, bukan Eva sendiri.

"Elang... Elang... menghamili pacar Elang, Ma."

Gelas air mineral yang dipegang Mama meluncur begitu saja ke atas lantai. Wajah pucat Mama nampak jelas di hadapan Elang saat itu. "Hamil?"

Kepala Elang mengangguk.

"Siapa namanya? Dari keluarga mana?"

Wajah Elang mendongak, "Mama akan merestui Elang?" Bukan ini yang akan dilakukan Mamanya, mana ada dia akan menerima hal ini, hal yang dianggap buruk di keluarga besarnya.

"Namanya Eva Magantara. Gadis sederhana yang membuat Elang jatuh cinta, dia berasal dari keluarga sederhana dari kampung."

Belum cukup kabar putranya menghamili, sekarang Mamanya harus mendengar bahwa perempuan yang dihamili putranya adalah seorang gadis biasa. Mau ditaruh dimana mukanya?

Mencoba tenang, Mamanya menatap ke arah Elang. Ia mencoba meraub udara sebanyak mungkin, sebelum keputusannya saat itu membuat hubungannya dengan sang putra hancur.

"Mama akan urus dia, tapi kamu harus tetap ke luar negeri."

"Nggak Ma, Elang mau tanggungjawab."

Mata perempuan yang melahirkan Elang melotot tidak terima dengan tingkah sang putra. "Kamu mau tanggungjawab dengan apa, Elang? Sekolah saja kamu baru akan lulus ... kamu mau kasih makan apa anak sama calon istrimu itu!"

Tubuh Elang membatu, ia paham akan hal itu. Tapi Elang bisa meminta bantuan kepada sang Papa.

"Elang bisa minta bantuan Papa, Ma."

"Mama tetap tidak setuju, dan satu lagi kamu boleh menikahinya setelah kamu selesaikan kuliah di luar negeri." Ucapan yang seperti putusan hakim itu mampu membuat dunia Elang berubah seratus delapan puluh derajat, ia tidak bisa menolak titah sang Mama. Dan akhirnya Elang mengikuti ucapan Mamanya, dan satu hal yang Elang tidak tahu, bahwa Eva telah pergi jauh meninggalkannya.

Tbc

Bidadari Dunia ✔ (KBM & KARYAKARSA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang