Yang mau baca cerita ini silakan mampir di Karyakarsa, disana sudah TAMAT ya.
Mau harga murah? Pilih harga paket cuma 25k bisa baca semuanya.
Selamat Membaca
Malam ini di ruang tengah ruko yang di sewa Eva nampak ramai dengan celoteh manja Angsana dan disambut baik oleh Utinya. Suasana yang cukup langka karena biasanya saat Eva menutup rumah makan maka Angsana telah masuk ke kamar tidurnya.
"Uti lihat tadi kamu diantar mobil. Siapa itu?"
Wajah Angsana menatap ke arah Utinya. "Em... Om donatur di sekolah. Orangnya baik lo Uti."
"Kok bisa kamu bilang baik?" Tanya Uti saat dirasa cucunya mudah menilai seseorang. "Orangnya mau antar Angsana bahkan sampai nawarin buat Les vokal."
Semua yang diucapkan Angsana terdengar sampai di telinga Eva. Tapi ia pura-pura baik-baik saja, meskipun di relung hatinya ada rasa ketakutan. Masa lalunya datang, dan entah apa niatannya. Jika ia boleh jujur maka ia sudah tenang dengan kehidupan sederhana ini.
"Kamu terima?"
Kepala Angsana menggeleng. "Belum tahu sih pastinya, tapi Angsana ingin diskusi dulu sama Bunda." Tangan renta Uti hinggap di ujung kepala cucunya, usapan halus ia lakukan. Tidak salah Eva membesarkan Angsana dengan penuh perjuangan, karena hasilnya tidak mengecewakan.
"Ya kamu anak baik."
***
"Kenapa lo bro?" Tanya Reno saat melihat temannya terlihat frustasi, bahkan cekungan di bawah matanya terlihat jelas. Reno adalah teman baik Elang, bahkan bisa dibilang sahabat sejak mereka di bangku sekolah menengah pertama. Pribadi yang supel membuatnya mudah berteman dengan sosok Elang.
"Eva." Ucap lirih Elang.
Mengerutkan kening Reno menatap ke arah Elang. "Eva Megantara? Mantan pacar lo?" Kepala Elang mengangguk.
"Gue sudah ketemu, bahkan anak gue juga."
"Hah? Serius lo?"
"Iya, dan gue dibuat pusing sama kelakuan Mama." Tubuh Elang ia sandarkan ke sandaran kursinya, dengan kepala yang menatap ke arah langit-langit ruang kerjanya. Ia bahagia saat bisa berdekatan dengan sang putri, meskipun Angsana belum tahu kenyataannya.
"Shela tidak terima gue putusin hubungan. Terus dia menangis ke hadapan Mama, dan ya lo bisa tebak."
Reno mengangguk, ia paham kondisinya. "Gue nggak tahu harus bersikap apa. Tapi sepertinya ini berat. Ibarat kata lo bertarung melawan keluarga lo sendiri." Nasihat Reno logis. Keluarga Elang cukup terkenal dengan semua kekayaan yang dimilikinya, jadi tidak ada orang yang menganggap remeh keluarganya.
"Gue tahu, tapi gue mau perjuangin anak gue. Terlepas dari kesalahan gue di masa lalu."
"Kalau itu gue dukung."
Pembicaraan ini mampu membuat hati Elang sedikit lega, pasalnya ia bisa mengungkapkan isi hatinya.
"Eh ada Om. Cari siapa Om?" Tanya Angsana saat melihat tubuh Elang sudah bersandar di body mobil saat jam pulang sekolah. "Om cari kamu. Mau ngajak makan siang."
"Waduh gimana ya Om. Angsana dijemput Bunda hari ini." Sejak obrolan dengan Utinya yang di dengar Eva, Eva langsung melarang Angsana untuk ikut dengan Elang.
Menggaruk bagian kepala bagian belakang Elang merasa salah tingkah.
Tak berselang lama dari obrolan itu, sosok Eva datang dengan mengendarai sepeda motornya. "Itu Bunda Om." Tunjuk Angsana ke arah perempuan yang turun dari motor.
Hal yang pertama Elang lihat adalah wajah cantik Eva, membuat debaran jantung Elang yang telah lama mati kembali berdebar. "Bunda! Sini! Ada Om Donatur."
Eva mengangguk dan berjalan mendekati sang putri, netra Eva bertemu dengan Elang. "Maaf ada apa ya Pak?" Tanya Eva dengan ramah, ia berusaha menampilkan wajah senormal mungkin agar putrinya tidak curiga. Bagaimanapun bertemu dengan orang yang pernah menabur luka sangatlah ia hindari. Apalagi jika mengingat ucapan kasar dari Mama Elang.
Elang yang terpana akan pesona Eva langsung gelagapan. "Ah... saya mau ajak Angsana buat makan siang." Ungkapnya jujur, "dan kalau bisa kamu ikut."
Tersenyum Eva menjawab ajakan itu. "Maaf tapi putri saya sudah saya masakan di rumah." Eva tidak mau berlama-lama dihadapan Elang, karena rasa sakit itu masih ada. "Ayo nak, kita pulang."
Angsana menatap Elang, "Angsana pulang dulu Om. Kalau boleh mampir di rumah makan Bunda, Angsana jamin makanan disana enak." Promosi Angsana dengan mengacungkan ibu jarinya ke atas.
Tanpa Eva duga, Elang mengangguk. "Baiklah, tapi Angsana yang temani Om ya?"
"Oke deh! Nanti Angsana ganti baju dulu."
"Ayo nak." Ucap Eva memutus pembicaraan itu. Lambaian tangan Angsana lakukan saat sepeda motor milik Eva pergi dari pelataran sekolah, meninggalkan sesosok dari masalalunya. Ingin rasanya Elang manarik tubuh perempuan itu dan memeluknya erat, mengucapkan permintaan maaf sebesarnya.
"Ganti baju terus makan ya nak." Suara halus Eva menyambut tubuh putrinya yang baru saja turun dari sepeda motor. "Baik Bun."
"Bunda sudah siapkan makanan kesukaan kamu." Tersenyum Angsana mengangguk, tubuhnya berjalan masuk meninggalkan Eva yang tengah menatap putrinya.
Dulu putrinya itu sangat kecil bahkan berat badannya bisa dibilang tidak normal, karena Angsana lahir prematur. Saat itu rasanya dunia Eva runtuh, melihat sosok mungil yang terbaring di ruang ingkubator. Tapi lihatlah, sekarang gadis kecil itu sudah berubah menjadi gadis manis nan cantik, dan Eva yakin siapa yang melihatnya pasti akan terpesona.
Suara mesin mobil membuat tubuh Eva berbalik, netranya menangkap mobil yang tak lain milik Elang.
"Belum cukup dia mengganggu putriku." Monolog Eva saat melihat Elang.
Tubuh Elang yang keluar dari dalam mobil mendekat ke arah Eva. "Kenapa anda kemari?"
"Maaf... Maafkan saya."
"Buat apa?"
Netra Elang yang menunduk mendongak, pandangannya bertemu dengan netra legam milik Eva. "Semuanya, maafkan saya."
Mencebik Eva membalas untaian kata maaf itu. "Saya tidak percaya dengan anda lagi, kalau anda lupa. Apalagi setelah kejadian itu."
Kepala Elang mengangguk. Ia paham kondisi Eva, hamil dan ditinggalkan saat usia muda adalah sesuatu hal yang berat, dan mungkin saja banyak orang akan menyerah. Tetapi Eva berbeda, ia berjuang demi putrinya, darah dagingnya. Dan sekaranglah Elang harus berjuang, meminta maaf kepada perempuan yang ia lukai dan kalau boleh memperbaiki kesalahannya.
"Saya tahu, seberapa banyak kata maaf mungkin tidak akan membuat kamu memaafkan saya. Tapi jujur saya ingin meminta maaf dan kalau kamu mengizinkan saya ingin menjadi ayah yang baik untuk Angsana... Saya tidak mau egois untuk memaksakan kepada kamu, tapi Angsana? Dia tetap putri saya."
Tbc
Yukkk komen? Gimana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Dunia ✔ (KBM & KARYAKARSA)
Short StoryCerita ini sudah tayang di Karyakarsa dan KBM. Langsung Prolog