Part 2.

38.8K 2.9K 258
                                    

Taeyong terbangun dan terduduk, dengan nafas yang menderu cepat, peluh membanjiri pelipisnya. Ia memejamkan matanya, mencoba mengingat kembali apa yang sebelumnya terjadi. Kepalanya terasa pening, seingatnya ia dikerubungi banyak pria, disentuh seperti tidak mempunyai harga diri, setelah itu ia jatuh pingsan. Tidak ada hal ia ingat lagi, selain baju yang berhasil disobek dan kehilangan kesadarannya.

Jaehyun.

Suaminya, hanya diam ketika melihat dirinya dilecehkan.

Bahkan ketika dirinya, berteriak meminta pertolongan.

Suaminya, justru bercumbu dengan wanita lain.

Kedua tangannya mencengkram kuat rambutnya, membuat beberapa helai rambutnya rontok. Ia berteriak, bayangan kotor itu mengganggu pikirannya.

Taeyong menangis dengan keras, kepalanya semakin berdenyut nyeri ketika ia jambak semakin kuat.

Apa yang terjadi?

Sejauh mana tubuhnya disentuh?

Ia sudah kotor.

Bagaimana dengan Jaehyun? Suaminya, pasti kecewa padanya.

Taeyong masih mengatur nafasnya, ketika tangisnya tidak bisa berhenti. Pandangannya memburam, menatap sekeliling nya. Tempat yang tidak asing, membuat ia merasa sedikit tenang karena berada didalam kamar suaminya. Tapi tetap saja, pikiran itu masih sanggup membuat dirinya kesulitan bernafas, hingga wajahnya memerah.

Dengan tangan yang gemetar, ia raih selimut yang menutupi bagian perut hingga kaki. Tubuh bagian atasnya sudah tidak tertutupi apapun. Tangisnya semakin pecah, saat melihat banyak bercak merah nyaris keunguan memenuhi sekitar pahanya, bagian perut, hingga dadanya.

Rongga dadanya terasa begitu sesak. Tangannya merenyam kuat selimut tebal milik suaminya, melampiaskan rasa sakit yang begitu mendalam.

"Berhenti menangis."

Taeyong mengusap kasar wajahnya, saat mendengar suara yang sangat dikenalinya.

Taeyong masih sesenggukan, ia melihat Jaehyun sedang membelakanginya, membuka lemari pakaian lalu mengambil sepasang piama lalu melemparkannya pada Taeyong.

"Pakai." Ucapnya datar.

"Percuma kau menangis sampai nafasmu habis, tidak akan bisa merubah apapun."

"Cepat keluar dari kamarku. Kuharap kau tidak lupa jika harus memasak untuk ku."

Taeyong menatap Jaehyun dengan nanar, sesekali ia mengusap pipinya yang dibanjiri air mata.

"Kenapa kau jahat sekali? Sedikit saja, tolong, pedulikan aku." Taeyong menarik nafasnya dalam agar tidak terasa sesak.

"Aku istrimu. Seharusnya kau bisa melindungi ku."

Jaehyun mengeraskan rahangnya, muak mendengar ucapan Taeyong yang terdengar menyedihkan.

"Apa maksudmu akulah yang bersalah disini? Kau menyalahkan ku Lee Taeyong?!"

Taeyong menunduk, ia menggeleng kan kepalanya ribut. Ketika Jaehyun marah, bukanlah hal yang baik.

Kepalanya terdongak paksa, ketika rambut bagian belakangnya ditarik begitu kuat, rasanya kulitnya ikut mengelupas.

"Bukankah aku sudah mencegah mu malam itu? Tapi kau memaksa untuk ikut!" Jaehyun berteriak tepat didepan wajah Taeyong.

"Jika aku berbicara, gunakan telinga mu sebaik mungkin!"

"Hiks." Tidak ada sahutan dari Taeyong, selain isakan yang terdengar.

HURT - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang