Part 10.

46K 2.9K 319
                                    

Jaehyun menghela nafas, tubuhnya bersandar pada kursi kerjanya. Pekerjaannya lebih cepat selesai dari yang ia bayangkan. Kacamata baca yang bertengger pada hidungnya kini ia lepas, memijat keningnya pelan.

Ponselnya berdering tanda jika ada telpon yang masuk, melihat nama Ibunya tertera jelas pada ponselnya, dengan setengah hati, Jaehyun mengangkat telponnya.

"Taeyong keguguran, istrimu dirumah sakit sekarang. Datanglah kesini secepatnya, Eomma akan mengirim alamatnya padamu."

Ucapan singkat dari ibunya, membuat Jaehyun menahan nafas. Dunianya seperti berhenti bergerak, mengetahui kabar buruk yang jauh diluar dugaannya. Nafasnya keluar masuk dengan tersendat, matanya menatap kosong kedepan.

Mendengar sambungan yang terputus, berhasil menyadarkan Jaehyun pada kehidupannya. Jaehyun berdiri dari duduknya, keluar dari ruangannya dengan berlari.
Berjalan tergesa disetiap lorong lobby kantor, tidak peduli jika ia menabrak beberapa staff yang lain. Bahkan rasanya, Jaehyun lompat saja dari gedung karena menunggu lift yang terlalu lama.

Mendapat notifikasi pesan yang masuk, dimana rumah sakit berada, Jaehyun tanpa pikir panjang melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mengabaikan beberapa kendara lain, yang membunyikan klakson karena protes dengan aksi Jaehyun yang membahayakan mobil lain.

Ucapan ibunya terus berdenging ditelinga, mengganggu fokusnya pada jalanan didepan. Taeyong keguguran, tapi bagaimana bisa?

Ia tidak tahu apapun.

Apakah masih pantas, dirinya disebut suami? jika istrinya hamil saja ia tidak tahu.

Dan, Jaehyun harus tahu, ketika anaknya sudah tidak lagi bisa bertahan.

Jaehyun memarkirkan mobilnya sembarangan, berlari masuk kerumah sakit, bertanya pada resepsionis dengan tidak sabar. Setelah tahu dimana ruangan Taeyong dirawat, Jaehyun berjalan dengan tergesa, membuka pintu ruangan tanpa mengetuk lebih dulu.

Nafasnya terengah, berdiri didepan pintu. Menatap risau orang-orang yang berkumpul di samping ranjang Taeyong yang tengah terbaring. Disana sudah ada kedua orang tua Taeyong dan juga ibunya, bersama ayah tirinya— suami baru ibunya.

Nyonya Jung mengepalkan tangannya kuat menatap putranya nyalang, sementara Jaehyun berjalan mendekati dengan langkah yang diseret.

"Apa menjadi seorang suami sebegitu susahnya untukmu, Jung!" Bentak Ibunya. "Apa kau tahu?! Taeyong hampir mati over dosis karena minum obat penggugur terlalu banyak! Itu berbahaya Jaehyun!"

Plak!

Tamparan keras melayang tepat disisi wajah Jaehyun, hingga wajahnya tertoleh kesamping.

"Apa yang kau lakukan, sehingga Taeyong memilih mengugurkan anaknya sendiri, hah?!"

"Aku tidak tahu, Eomma," lirih Jaehyun, dengan suara yang tercekat. Udara disekitarnya begitu mencekiknya.

"Tapi kau suaminya!" Teriak Nyonya Jung.

Jaehyun hanya bisa menggeleng lemah, tatapannya bertemu dengan ibu mertuanya, wanita paruh baya itu menunjukkan raut kecewa padanya.

"Sebaiknya, kita keluar dulu, Jaehyun mungkin butuh waktu berdua dengan Taeyong." Ucap Tuan Lee menengahi. Mereka sedang berada dirumah sakit, tidak baik jika harus membuat keributan disini.

Setelah dua pasang orangtua sudah pergi keluar, Jaehyun terduduk dengan lemah pada kursi disamping ranjang rawat Taeyong.

Jaehyun meraih tangan Taeyong yang terlihat pucat dan juga terasa dingin. Menggenggamnya erat dengan kedua tangannya, menenggelamkan wajahnya pada genggaman tangan keduanya dan terisak dengan memilukan.

HURT - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang