Part 7.

34.4K 2.7K 144
                                    

Taeyong terbangun lebih awal pagi ini, ia perlu mengompres bekas matanya yang membengkak karena menangis dengan air dingin. Setidaknya sekarang matanya menjadi lebih baik, walaupun masih ada bekas kehitaman dibawah lingkar mata.

Taeyong memasak lebih awal, agar bisa cepat selesai tanpa harus membuat Jaehyun menunggu lama dan berakhir tidak memakan masakannya. Selesai menata makanan diatas meja, seperti biasa, Taeyong melepas apron yang dipakainya, lalu menggantungnya pada dinding ditempat semula.

Taeyong sedang mencuci tangannya, ia menoleh saat merasa ada seseorang dibelakang dan ia melihat Jaehyun yang berjalan sempoyongan.

Taeyong menyerngit, apa suaminya semalam sedang mabuk? Kenapa wajah pria itu terlihat pucat?

Dengan rasa khawatir, Taeyong menghampiri Jaehyun, memegang kedua pundak suaminya dengan ragu, dan menuntunnya untuk duduk pada kursi meja makan. Sedikit tenang mengisi hatinya, ketika Jaehyun tidak menolak sentuhannya, biasanya Jaehyun akan menepis tangannya dengan kasar.

"Jaehyun, kau baik-baik saja?" Tanya Taeyong dengan nada cemas.

"Bisa buatkan aku teh hangat? Atau susu, apapun itu. Aku hanya ingin minum yang manis, mulutku pahit."

"Uhm," Taeyong mengangguk cepat, ia dengan cekatan membuat teh hangat untuk Jaehyun, menambah lebih banyak gula dari biasanya.

"Ini," Taeyong meletakkan gelas yang berisi teh hangat itu didepan Jaehyun, ia membantu Jaehyun minum dengan hati-hati, "Pelan-pelan," ucapnya tanpa sadar.

Jaehyun menyerngit, ia menjauhkan gelas itu didepannya, ia beranjak cepat dari duduknya, berlari menuju wastafel lalu memuntahkan isi perutnya.

Taeyong terkejut saat melihat Jaehyun yang merunduk dan berusaha mengeluarkan semua isi perutnya.

Taeyong menghampiri Jaehyun, lalu mengurut tengkuk pria itu, "Ada apa denganmu?" Tanya Taeyong panik.

Tidak mungkin jika Jaehyun mabuk, tidak ada bau alkohol apapun pada tubuhnya.

Jaehyun menekan keran didepannya, lalu berkumur setelah rasa mualnya sedikit berkurang, walaupun masih terasa nyeri diperut.

Sadar ketika tangan halus Taeyong masih mengurutnya dengan lembut, Jaehyun langsung menepisnya, hingga pinggang Taeyong membentur ujung meja dapur.

"Menjauhlah," sentaknya dengan suara lemah karena tenaganya seperti baru saja terkuras banyak.

"Jaehyun!" Taeyong tidak menyerah, ia mengikuti Jaehyun yang mulai menaiki tangga, "Setidaknya kau harus makan dulu, perutmu pasti sakit jika tidak diisi lagi," ucap Taeyong susah payah, karena nafas yang terengah mengejar Jaehyun yang berjalan cepat didepannya.

"Berhenti mengikutiku!" Bentak Jaehyun nyaring, ia berbalik dan mendapati wajah Taeyong yang mendongak dengan tatapan khawatir, "Tetap jaga batasanmu, Lee," ucapnya dengan penuh penekanan pada Taeyong yang berdiri berjarak beberapa anak tangga darinya.

Jaehyun berdecak, saat Taeyong masih berdiam ditempatnya, Jaehyun turun mendekati Taeyong, meraih pergelangan tangan Taeyong lalu menyeretnya naik tangga lebih cepat, tidak peduli Taeyong yang merintih karena kesulitan mengikutinya.

Pria itu menghempaskan tubuh Taeyong untuk masuk kekamarnya hingga jatuh tersungkur, Taeyong berusaha untuk kembali bangun namun terlambat ketika Jaehyun sudah menarik pintunya dan menutupnya. Taeyong menarik gagang pintunya berkali-kali namun tapi tidak bisa.

Lagi-lagi, ia dikunci sendirian.

"Jaehyun, aku hanya mengkhawatirkamu! Kau harus makan setelah ini!" Taeyong berteriak dari dalam dengan nyaring.

HURT - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang