Part 5.

34.4K 2.8K 92
                                    

Taeyong mengerjapkan matanya pelan, merasa pusingnya mungkin sedikit berkurang karena tidur. Ia mengerang pelan, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku karena tidur dalam posisi miring cukup lama. Samar, Taeyong mendengar suara langkah kaki yang sepertinya berjalan mendekat, ia menyerngit. Apa Jaehyun sudah pulang? Tapi ini masih siang, biasanya Jaehyun akan pulang ketika malam. Taeyong menutupi sebagian wajahnya dengan selimut, hanya menyisakan matanya. Oh tidak, bagaimana jika ada maling yang masuk? Tapi, Jaehyun sudah mengunci pintunya dari luar, memangnya maling masih bisa masuk? Ditambah lagi, ada satpam penjaga diluar. Tidak mungkin maling?

Taeyong menatap pintu kamarnya takut, saat suara derap langkah itu semakin mendekat pada kamarnya. Beberapa detik kemudian, rasa takutnya berganti menjadi wajah terkejut saat melihat siapa yang masuk.

"Hyung?"

Pria dengan jas putih serta surai hitam yang tertata rapi, tersenyum padanya. Membuat Taeyong menyerngit bingung, ia turunkan selimutnya sebatas perut.

"Bagaimana kau bisa disini, Hyung?" Tanya Taeyong penasaran.

Pria itu hanya tersenyum, menutup kembali pintunya dan berjalan menghampiri Taeyong.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya pria yang memiliki name tag Moon Taeil pada jas putih bersih miliknya tanpa menghiraukan pertanyaan Taeyong sebelumnya.

"Aku baik-baik saja, Hyung." Jawab Taeyong pelan, ia ingin duduk tapi gagal saat kepalanya masih berat saat ia akan bangun.

"Tidak perlu duduk jika tidak bisa," ucap Taeil, dan membantu Taeyong untuk berbaring lagi.

"Jaehyun yang menyuruhku untuk datang dan memeriksa keadaanmu. Dia bilang kau sedang sakit." Ungkap Taeil.

Sebenarnya, Jaehyun sudah menemuinya tadi pagi dirumah sakit, cukup terkejut saat Jaehyun mau datang kerumah sakit langsung, biasanya Jaehyun akan menyuruh bawahannya untuk memberitahu jika ada keluarga yang sakit, tapi ia masih memiliki jadwal dengan pasien lain, jadi ia baru bisa mengunjungi Taeyong siang ini.

"Aku tidak tahu, jika Jaehyun menyuruh Hyung untuk datang," cicit Taeyong pelan.

Cukup canggung rasanya ketika berbicara hanya berdua dengan Taeil. Pria ini adalah tunangan dari Kim Doyoung, tapi Taeyong tidak cukup dekat dengan Taeil.

"Benarkah?" guman Taeil, ia akan mulai pemeriksaan, ia bergumam pelan untuk meminta maaf saat ia membuka kancing piyama yang Taeyong pakai, lalu menekan stetoskop pada dada Taeyong untuk memeriksa detak jantung.

"Kau punya keluhan lain?" Tanya Taeil, setelah selesai memeriksa detak jantung Taeyong.

"Umm.." Taeyong menggigit bibir bawahnya, sedikit mengingat apa yang dirasakannya, "Aku mengalami mual beberapa hari ini, aku juga tidak punya nafsu makan. Kepalaku sakit."

Taeil mengangguk mengerti, sedikit janggal saat Taeyong mengatakan mual. Tidak jarang, rasa mual biasanya ada karena sedang hamil. Apa Taeyong memang sedang hamil? Taeil membatin. Ia mengeluarkan alat tensimeter dari tas hitam yang dibawanya, lalu memasangkannya pada lengan Taeyong.

Taeil mendesis pelan, "Kau kurang darah, perbanyak minum susu setelah ini."

Taeyong mengangguk pelan, mungkin ini sebabnya ia terkadang merasa pusing.

Taeil berganti menekan sisi perut bagian bawah Taeyong, sedikit menekan lagi kesamping membuat Taeyong sedikit meringis. Taeil sedikit menyingkap lagi piyama yang Taeyong kenakan, lalu menepuknya dengan pelan.

"Perutmu terasa kembung, apa sebelumnya memang sering seperti ini?" Tanya Taeil, dan kembali memperbaiki baju Taeyong.

"Tidak, Hyung."

Taeil berdehem pelan, ia ingin memastikan sesuatu, tapi canggung sekali rasanya. "Apa dadamu terasa sedikit bengkak?" Taeil berdehem pelan, "Maaf jangan tersinggung dengan pertanyaanku."

Taeil memang baru saja memeriksa detak jantung Taeyong, tapi sungguh ia tidak memperhatikan sedemikian rupa! Itu sebabnya ia bertanya lagi untuk memastikan.

Wajah Taeyong memerah, saat Taeil menanyakan hal itu, "Y - ya." Jawabnya gugup.

Taeil tersenyum, "Selamat Taeyong kau hamil."

"Apa?" Taeyong menatap tak percaya.

"Itu prediksiku, kau bisa menggunakan testpack atau pergi ke dokter kandungan untuk mengetahui lebih lanjut."

Taeil membereskan barangnya, lalu memberi Taeyong vitamin tambahan dan juga obat nafsu makan yang aman untuk ibu hamil. Taeyong sedang mengandung, dan ia tidak boleh minum sembarang obat.

"Aku akan memberitahu keadaanmu pada Jaehyun," ia tersenyum dan tekekeh kecil, "Aku akan dengan senang hati mengatakan jika kau sedang mengandung. Suamimu pasti-"

"Tidak, Hyung." Taeyong menggigit bibir bawahnya, "Bisakah kau merahasiakan ini dari Jaehyun?"

Taeil menyerngit, "Kenapa?"

Taeyong terdiam, ia menelan ludahnya gugup, berpikir alasan apa yang bisa ia berikan.

"Biar aku sendiri yang memberitahunya," Taeyong menarik nafasnya, "Ini kejutan. Aku ingin memberitahunya sebagai kejutan."

Taeil mengangguk mengerti, "Baiklah. Jaga kesehatanmu," Taeil tersenyum, ia mengusap pelan pucuk kepala Taeyong, "Aku permisi."

Setelah itu, Taeil pergi keluar dari kamarnya. Meninggalkan Taeyong sendirian dengan perasaan cemas. Kedua tangannya mencengkram kuat bagian perutnya, ia terisak saat tahu jika ia tengah hamil. Ini tidak boleh terjadi. Ia seharusnya tidak hamil.

Taeyong meringkuk, menekuk kedua kakinya dengan tangisan yang semakin sesak, tangannya memukul perutnya. Bayi ini tidak seharusnya ada. Jaehyun tidak menyentuhnya, bagaimana ia bisa hamil? Apa ini terjadi karena kejadian diclub waktu itu?

Jika benar- tidak. Bukan jika benar tapi memang benar. Ini sudah pasti karena diclub malam itu. Badannya memliki bercak kemerahan saat ia terbangun. Mereka sudah melakukannya. Ada banyak, mereka ada banyak. Taeyong semakin menangis, tubuhnya bergetar hebat, menekan perutnya lebih kuat. Bayi ini tidak diharapkan.

Taeyong takut, tubuhnya semakin meringkuk didalam selimut. Jaehyun tidak boleh tahu. Jangan sampai tahu. Taeyong harus menyembunyikan kehamilannya. Jika Jaehyun tahu, itu artinya ia akan ditendang dari dirumah ini. Taeyong tidak menginginkan itu, Taeyong masih membutuhkan Jaehyun, ia tidak menyukai kehilangan.

Taeyong tidak akan mau mengakui bayi ini. Ia berharap bayi ini bisa pergi dari perutnya. Lebih baik pergi, jangan bertahan didalam perutnya.
Anak yang ia sendiri tidak yakin siapa ayahnya.

TBC

HURT - JAEYONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang