Dia yang sempurna

7 2 0
                                    

Bagiamana hidup yang sempurna itu? Apakah dengan memiliki wajah cantik dan penampilan yang menarik? Atau dengan memiliki banyak uang sehingga tak perlu merasa kekurangan? Bukankah itu terlalu sederhana untuk bisa disebut sempurna?

Benar, akan selalu ada celah yang membuat kesempurnaan itu terasa jauh tak tergapai. Manusia selalu merasa kurang dengan apa yang mereka punya, lalu mencari kesempurnaan yang sebenarnya tak pernah ada digenggaman.

Zhea duduk di kursi rooftop dengan tenang, menikmati semilir angin yang menerpa wajah cantiknya. Sesekali ingatannya kembali berkeliaran dengan pikiran yang bercabang.

Tapi perhatiannya teralihkan, saat sebuah notifikasi berdering dari handphone miliknya.

Leon

Zhe

Zhea

Apaan?

Leon

Dimana Lo?

Zhea

rooftop

Leon

Gue kesana

Zhea

Oke.

Zhea tak terlalu memperdulikan, kembali memasukan benda pipih itu kedalam saku roknya dan mulai melamun seperti sebelumnya.

"Betah banget sendirian," celetuk Leon yang entah sejak kapan berdiri dibelakang Zhea.

"Mau apa Lo?" tanya Zhea sinis.

"Biasa aja kali mbak mukanya, sama pacar sendiri ko gitu," balas Leon terkekeh, dengan tangan yang mengacak pelan rambut berantakan Zhea.

"Ish, ngapain sih, berantakan nih rambut gue!" teriaknya kesal. Tapi bukannya tersinggung, Leon malah tertawa senang karna berhasil membuat pacar galaknya merasa kesal.

"Orang awalnya udah berantakan juga,"elak Leon beralasan.

"Bodo," katanya dengan tak perduli.

"Kenapa sih? Kayanya hari ini sensi banget?" tanya Leon peduli.

Zhea menoleh, membuat tatapan keduanya jadi bertemu, ada kehangatan yang bisa Zhea tangkap disana. Dan Zhea selalu menyukainya.

"Gapapa," jawabnya seperti biasa.

"Selalu kaya gitu, kalau sakit tuh bilang jangan di pendem sendiri," kata Leon menasehati, membuat Zhea mengernyitkan alisnya bingung.

"Sakit? Gue ngga sakit," elaknya cepat, ia merasa sehat hari ini, kenapa Leon bisa berpikir dirinya sakit? Dasar aneh!

"Iyah, badan Lo emang ngga sakit. Tapi siapa yang tau kalau hati lo malah lebih sakit daripada yang orang lain kira!"

Deg

Zhea tertegun, merasa tersindir sekaligus membenarkan ucapan dari sang pacar. Benar, siapa yang kira gadis cantik itu selalu memendam lukanya? Membiarkan lukanya terus menganga tanpa berniat untuk mengobatinya.

Si gadis FiguranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang