[ S T E V E D'L E Z O R E ]
Kakinya melangkah keluar gerbong, meninggalkan para muridnya. Tidak, bukan meninggalkan, melainkan ia harus pergi dan berdiam diri di tempat yang sudah di siapkan khusus mentor. Setibanya Steve di gerbong tersebut, ia segera membuka pintunya dan memasuki gerbong itu. Terdapat beberapa monitor disana, ada rak makanan kecil dan juga kursi yang menghadap pada monitor sekaligus kaca jendela.
"Jadi apa yang akan aku lakukan disini?" Tanya Steve kepada pengawas yang sedari tadi berdiri di depan pintu.
"Kau hanya perlu memberi instruksi kepada kandidat, kau bisa melihat mereka nanti di layar monitor itu" Jelas salah satu pengawas. Steve yang mendengar penjelasan tersebut hanya mengangguk tanda mengerti, namun rasa kekhawatiran terus menyelimuti perasaannya. Ia terus memikirkan pekerjaan yang tengah ia jalani, bahkan ia sempat dibuat bingung oleh pengawas itu. Memberi instruksi lewat handsfree? apakah ia tidak akan turun dari kereta? mengapa begitu?
"Saatnya tiba di channel kesayangan anda!" Kereta pun memasuki terowongan, seketika lamunannya buyar dan pandangannya kini fokus ke layar monitor yang mulai menyala. Pandangannya bergantian menatap monitor dan juga jendela, kereta pun keluar dari terowongan. Steve pun di kejutkan dengan pemandangan tempat yang di penuhi dengan permen.
Suara bel kereta mulai berbunyi kembali menyita pendengaran Steve, penglihatannya tak luput dari dunia permen itu.
"Selamat datang di dunia permen!! Dunia penuh dengan manisan seperti permen, coklat, kue serta buah-buahan dengan rasa yang tidak akan pernah kalian rasakan sebelumnya. Tunggu apalagi? saatnya berpetualang!"
"Woah.. bagaimana bisa mereka mendekor semua ini?" Ucapnya dengan suaranya yang kecil. Segera Steve mengutak atik komputer yang berada di depannya, membuat laporan bahwa ia sudah sampai di tempat tujuan dan akan memulai tes pertama.
Penglihatannya terus menjelajahi tempat saat para kandidat terlihat sudah keluar dari kereta, matanya bahkan tak luput mencari keberadaan muridnya. Ia pun segera memakai handsfreenya dan mulai menginstruksi muridnya.
Selesai memberikan instruksi dan misi, ia terus memandangi layar monitor, memperhatikan beberapa kandidat yang sangat menikmati permen dan manisan yang lainnya.
"Ah.. apa seenak itu?" Jujur saja, Steve yang melihatnya sangat tidak tahan ingin mencobanya. Tetapi apa boleh buat? ia hanya dibolehkan berada di dalam gerbong ini dan memperhatikan muridnya serta memberikan instruksi kepada muridnya. Sampai akhirnya, suara ledakan pun terdengar, membuat Steve yang mendengarnya segera beranjak dari duduknya.
"Itu adalah muridku!" Dengan cepat Steve menghampiri pengawas yang sedari tadi berdiri di depan pintu gerbong.
"Kalian tahu sesuatu bukan tentang itu? Apa yang kalian lakukan pada muridku?! Aku tidak bisa membiarkan ini, biarkan aku turun!"
bugh!
Satu pukulan berhasil mendarat di rahang Steve hingga dirinya tersungkur. Bercak merah mulai terlihat pada sudut bibirnya, punggung tangannya dengan kasar menghapus bercak merah itu. Tubuhnya yang tersungkur perlahan bangkit dan berdiri berhadapan dengan kedua pengawas itu.
"Kalian bangga dengan tubuh kekar itu? jadi bisa sembarang meninju seseorang, iyakan?"
"Dasar bodoh, bisa-bisanya kalian tunduk-"
KAMU SEDANG MEMBACA
OBEDIENCE
FantasyMemburuknya krisis ekonomi yang terjadi di Ephraim membuat ORBIT memiliki kesempatan untuk membuka lowongan pekerjaan berskala besar. Dengan menjanjikan hal yang sangat bergelimang dan membuat masyarakat Ephraim tertarik akan hal itu. Melalui bebera...