"Apakah makhluk jelek itu merasa terpanggil?"
Hening, tidak ada yang berbicara sama sekali. Mereka semua memfokuskan pendengaran mereka untuk memastikan bahwa suara geraman yang mereka dengar itu berasal dari luar, tepatnya di lorong istana.
"Sepertinya mereka sudah sampai sini. Ayo siapkan senjata kalian, lagipula kita tidak bisa berlama-lama berada disini. Tidak usah banyak mengeluh, intinya kita harus pikirkan cara untuk bertahan hidup. Masalah tujuan mau pergi kemananya, itu bebas yang penting aman." Jelas Elrick yang diangguki sebagian orang.
"Tapi kak, kalau kita pergi tanpa tujuan. Bagaimana kalau tempat yang kita tuju itu malah lebih parah?" Tanya Bevan sembari menyiapkan senjatanya.
"Lalu? apakau pikir dengan cara kita merencanakan tempat yang akan kita tuju itu sudah pasti aman? bukankah itu terlalu membuang-buang waktu? disini? memikirkan tempat yang akan kita tuju? lalu setelah sampai disana, belum tentu aman juga bukan?"
"Benar juga, baiklah. Ayo siapkan senjata kalian!" Sahut Bevan, setelah itu Elrick pun segera meraih tas yang berada di ruang penyimpanan dan memasuki beberapa senjata kedalamnya.
"Aku akan membawa tas yang ini ya kak, sekalian nanti kita kedapur istana untuk mengambil beberapa makanan" Ucap Ken yang diangguki Elrick.
"Begini saja guys, karna ada beberapa tas yang besar disini. Kalian lebih baik bawa masing-masing satu, isi dengan beberapa senjata, jangan sepenuhnya. Karna kita akan membawa beberapa makanan, obat dan juga pakaian ganti, kalau sempat." Jelas Elrick.
"Tapi kak, bukannya diruang penyimpanan ada tas ransel? yang backpack gitu. Menurutku kalau pake yang besar gini, nanti kalau seandainya kita lari, ribet ga sih? mana berat" Ucap Bevan, Theo yang mendengarnya pun menepuk jidat.
"Ish, bener juga! mana badan kita kecil ya Van" Theo pun segera merangkul Bevan.
"Ga tuh, Theo sama Bevan aja masih tinggian Bevan."
"HIH! GAUSAH DIPERJELA-!" Teriak Theo.
"SSSSTTTT" Timpal yang lain saat mendengar Theo yang menaikkan suaranya.
"Hehe, maaf guys"
ggggrr gggrr ggrgrgrgrgggrrr
Suara geraman dari luar pintu ruang penyimpanan pun semakin terdengar, lantas mereka segera merapihkan senjatanya dan beralih mencari backpack.
"Dimana sih backpacknya?!" Gerutu Keivel yang sedari tadi tidak menemukan tas tersebut.
"Perasaan di lemari dekat patung ksatria deh" Jawab Steve sembari menghampiri lemari tersebut.
"Sudah pindah tempat, tadi gue udah nyari kesitu gada" Sahut Sam.
"Hey~ ini di Istana, this is formal area" Timpal Ken kepada Sam.
"Keadaan lagi kayak gini, gausah mikirin soal formal ga formalnya deh, masih aja di bahas" Jawab Theo sembari membuka box. Ken hanya tertawa menanggapinya.
"Iyasih, yaudah sih biasa aja keles" Jawab Ken setelah itu ia memutarkan bola matanya malas.
"Nah, ini guys. Ada di lemari ini tasnya" Sahut Bevan sembari menunjukkan lemari yang berisi backpack. Mereka pun segera menghampiri Bevan dan mengambil masing-masing satu tas. Sedangkan Cathleen hanya menyimak sedari tadi, dengan persiapannya yang sudah rapi.
Setelah dirasa cukup untuk memasukkan senjata kedalam tasnya, mereka pun berkumpul untuk bersiap menyiapkan nyali mereka. Keivel yang sudah menyiapkan pedang ditangannya pun berjalan terlebih dahulu ke depan pintu ruang penyimpanan dan menempelkan daun telinganya tepat di pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBEDIENCE
FantezieMemburuknya krisis ekonomi yang terjadi di Ephraim membuat ORBIT memiliki kesempatan untuk membuka lowongan pekerjaan berskala besar. Dengan menjanjikan hal yang sangat bergelimang dan membuat masyarakat Ephraim tertarik akan hal itu. Melalui bebera...