"Kamu tidak tidur?", tanya kusir ke Vondra yang tidur di ranjang dekat jendela.
Mereka sedang menginap di penginapan yang menyediakan 2 kasur, dimana kehangatan seolah dihapuskan dari udara dingin yang masuk lewat jendela.
Vondra menggeleng pelan,
"Aku takut tidur", ucapnya sambil menyangga dagu di bingkai jendela, menghadap keluar.Ia menatap seseorang, seorang pria.
Rambut merah anggurnya terlihat begitu unik, berlawanan dengan mata kebiruan itu.
Dilihat dari warna kulitnya yang agak gelap, Vondra menduga ia sudah terlalu lama dijemur, padahal karena ia darah campuran."Oh...budak itu", ucap sang kusir mendekati Vondra untuk melihat apa yang sedang ia lihat.
Sejak tadi sore ia melihat budak itu berdiri diatas tanah yang tercampur jerami, tubuhnya sangat tinggi melebihi pintu yang biasa setinggi 6 kaki 6 inci.
Dibelakangnya ada 2 pillar tua yang tersambung ke rantai yang mengikat tangan budak itu."Dia buta", ucap kusirnya, membuat Vondra menoleh tidak percaya sesaat sebelum berbalik lagi.
Dipikir-pikir lagi, memang tidak ada pupil dimatanya, hanya warna biru kehijauan itu.
Sejak tadi ia terkesan tidak fokus. Awalnya Vondra kira ia hanya melamun namun ternyata...."Oalah...buta"
"Tadi aku sempat bertanya-tanya dengan pedagangnya.
Dan ia bilang budak itu baru ditinggal mati tuannya, dan dijual lagi. Tapi harganya mahal karena dia budak eksotis dan tubuhnya tinggi",Rasa iba muncul di hati Vondra. Ia merasa bahwa meskipun mereka sama-sama budak, nasib mereka sangat berbeda.
Pria itu dijual entah berapa kali sampai sekarang, entah sudah berapa tahun tangannya dirantai.
Sedangkan Vondra, ia baru saja datang, tapi ia tidak jadi dijual karena dianggap harga jualnya terlalu murah.
Meskipun tidak dibenarkan karena ia akan dijual, Vondra tetap bersyukur karena ia tidak akan bernasib sama."Pak...kalau aku tidak dijual di tanah ini...aku akan dijual dimana?", tanya Vondra ragu-ragu, menoleh untuk bertanya tentang masa depannya yang tidak pasti.
Kusir itu terdiam dan sudut bibirnya terangkat dibawah kumis melengkungnya,
"Vondra, tolong berikan roti dan susu kepada budak itu", suruhnya mengacuhkan pertanyaan gadis itu tadi.Mata hijau jamrud itu berpindah ke sekeranjang roti dan beberapa cangkir susu diatas meja, terlihat lezat disebelah lilin yang menyala itu.
Tanpa berkata lebih lagi Vondra beranjak mengambil roti dan susu itu, lalu hendak keluar kamar."Hei!", panggil kusir itu membuat Vondra tersentak dan berbalik untuk mendengar perintahnya,
Tanpa berbalik, ia berkata
"Pakai mantelku, bawalah selimut untuknya", ucap kusir itu masih menatap lewat jendela.Gadis itu mengernyitkan dahi, melirik selimut tebal di kasurnya yang jelas berkualitas tinggi dan pasti hangat,
Tapi...ia sebenarnya tidak berkewajiban untuk menghangatkan seseorang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Since Many Gyrs Ago
RomanceCerita panjang banget. Abad dimana perbudakan adalah hal yang marak, pembunuhan adalah hal yang biasa, dan perang yang tidak dapat dihindari. Disela kekacauan dunia itu, hadirlah seorang budak berambut pirang bernama Vondra. Ia tidak dijual oleh ora...