6. 555

7 1 0
                                    

Suara langkah kaki Vondra bergema saat ia berjalan-jalan di dalam kastil.
Ini hari kedua di tempat...tua ini.

Memang kastil ini terkesan suram nan berumur tapi setidaknya ia disuguhkan dengan cahaya oranye sore hari dari jendela tinggi tanpa melihat budak sejauh mata memandang.

Kicauan burung, daun yang saling bergesek diantara pepohonan, derasnya aliran sungai, dan suara 'hoot' dari burung hantu.

...
Suara...'hoot' dari burung hantu?

Vondra menoleh dan mendekat ke jendela, dimana ia bisa melihat kebun di sisi sungai.
Di pagar pembatas sungai dan tanah, ia bisa melihat 5 burung hantu berjejer di pohon.

Semuanya memiliki mata yang bundar.
Dan pupil yang sangat kecil.
Dan warna mata emas tidak karuan seperti bukan untuk mahluk hidup.

Mereka semua melotot ke Vondra, dan diam di tempat tidak terpengaruh oleh angin yang menerpa dedaunan pohon apel dekat mereka.

"Hondra!", suara panggilan wanita bergema ke lorong tempat Vondra berdiri.
Gadis berambut pirang oranye itupun menoleh, dan melihat remaja dengan kain yang menutupi batang hidung sampai ke bawah dagunya.

Tadi gadis itu memanggilnya, 'Hondra'. Apa ada sesuatu dengan bibirnya?

"Y-ya? K-kamu...", Vondra tidak tau namanya, berharap titik kosong itu bisa dijawabnya.

"Malynga", gadis itu membungkuk dalam-dalam seperti ke tuan putri, membuat Vondra ikut menunduk karena gugup.

Mereka sama-sama menegakkan badan, dan bertatap mata.
Sejujurnya tidak ada yang terlalu menarik dari gadis itu selain bulu mata lentiknya dan kain yang menutupi mulutnya.

"Nona Olga mencarimu",
"M-maaf?",
"Hya. Ia bilang ia lupa untuk memanggilmu ke ruang kerjanya",

Oh iya jam berapa ini?
Vondra menoleh ke kiri kanan, bahkan ke atas ingin melihat apakah ada jam disekitar.

Nihil.
Tidak ada jam.

"Ini...jam berapa?", tanya Vondra menurunkan alis penasaran.
"Mungkin jam 5? Entahlah", Malyna mengangkat bahu tidak tahu, lalu terkekeh manis.

Angka itu lagi.
Ia menoleh kembali keluar jendela dan melihat bahwa 5 burung hantu itu sudah tidak ada lagi.

Rasa di dadanya jadi tidak tenang dan mata hijaunya itu terus bergerak kesana kemari, berharap dapat menangkap 1 saja burung hantu tadi.

Tapi.

Matanya malah menangkap bunga di pohon yang nantinya akan menjadi buah apel.

Ada 5, dan semua berwarna emas.

Bunga apel...berwarna emas.

Apakah ada suatu pertanda?

555
Warna emas.

Malyna sendiri sekarang memakai dress kuning keemasan.
Dan kalau diingat tuan kusir yang menjualnya juga secara spesifik memilih nona Olga, padahal kakak beradik itu terkesan lebih mapan dan aman.

Dan rasanya semua disusun secara rapih.

"Maaf..Malyna", panggil Vondra membuntuti Malyna.
"Ya?", ia yang masih di depannya menjawab tanpa menengok kebelakang, menaiki tangga menuju ke lantai 2.

"Biasa...budak yang dibeli...berapa lama menetap disini?",
"Hng...satu minggu sampai bertemu huan Konstanhinov.
Kebanyakan memilih vergi setelah hari itu, namun ada beberapa yang menetap disini.
Hontohnya aku dan semwa disini! Yah kastil tidak akan membersihkan diri sendiri buhan?"

Seusai berkata demikian Malyna mengetuk pintu dengan kaca warna warni di tengahnya.

"Permisi nona Olga", lalu membuka pintu sebelum dipersilahkan.

Love Since Many Gyrs AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang