23. Wanita Kuat

5 0 0
                                    

Beckett berlutut dengan kendi air di tangannya.
Ia harus menuangkan air itu ke mulut pria kurus kering, dengan tubuh dipenuhi luka, dan mata kiri yang sepertinya sudah menjadi koreng.
Entah ditusuk atau dicungkil.

Beckett menjadi ragu untuk menolongnya, apalagi tidak terlihat tanda-tanda keinginan hidup lagi.

"Tetap tuangkan, csinos", suruh suara dari balik Beckett. Saat ia menoleh, ternyata wanita berkulit gelap tadi.

Wanita itu jelas bukan dari sekitaran sini. Bahkan sepertinya bukan dari benua yang sedang di pijak.
Mungkin saja ia adalah budak dari benua lain yang di culik dan dijual ke tempat ini 35 tahun yang lalu.
Dilihat dari luka di sekujur tubuhnya...itu diantara bekas siksaan, atau bekas bertempur.

"Dia sekarat lho kayaknya ga mau hidup lagi", tukas Beckett, berpikir untuk membiarkannya mati saja. Tapi wanita itu berpikir lain.
Ia berjongkok dan merebut kendi dari tangan Beckett, perlahan menuangkan air ke dalam bibir pria sekarat itu.

Inilah yang kadang tidak dipahami Beckett.
Ia memang terpukau saat melihat manusia membantu satu sama lain, tapi karena dasar mau atas mau.
Tapi yang ini...
Wanita ini ingin si pria hidup, tapi si pria tidak.

"Apa tidak disebut pemaksaan?", tanya Beckett. Wanita unik itu menoleh, lalu tersenyum dengan bibir penuhnya, "Kadang kau harus memaksa seseorang demi kebaikannya sendiri",

Entah kenapa kata-kata itu membuat Beckett tersadar.
Ia juga memaksa 'Iordan' keluar dari kastil, dan ingin mengambil kembali apa yang ia berikan.
Tapi dengan mengambil yang ia inginkan...Iordan akan mati, dan ia melanggar perintah.

Beckett tertegun, dan hal itu terlihat jelas di wajahnya. Meskipun kacamatanya menghalangi sepasang mata, alis dan bibirnya menunjukan ekspresi gelisah.

Wanita itu tersadar, lalu berdiri menawarkan tangannya ke Beckett.
Dilihat dari posisi Beckett, wanita itu terlihat indah. Seperti pahlawan yang datang untuk menyelamatkannya.

Dirinya dengan pantulan sinar matahari menyorot dari baliknya, luka hasil dari pertarungan di sekujur tubuhnya, hiasan wajah yang unik, dan tangan yang terjulur itu terlihat kuat.
Sudah lama juga Beckett tidak merasakan ini.

Merasa kagum.

Tentu saja ia menerima tangannya, berdiri, dan ikut berjalan berdampingan dengan wanita itu. Bersama mereka membantu para korban perang, menjahit luka, membersihkan mereka.

Barulah seusai merawat para korban, wanita itu bertanya,
"Mungkin kita bisa bahas apa yang ada dipikiranmu, csinos", ucap wanita itu. Tidak ada aksen khusus, malahan terdengar seperti orang asli Arpadia. Padahal jelas secara fisik ia bukan dari benua ini.

"Aku harap tidak rasis tapi...kau berbicara seperti orang Arpadia pada umumnya", Beckett menyeringai ke wanita disebelahnya, yang segera tertawa lebar memukul punggungnya.

"NAHAHAHAHAAEEEE! Aku disini sudah lebih dari 30 tahun! Aku bahkan tidak bisa bahasa asliku lagi! Malahan aku lebih mengerti bahasa tradisional Arpadia! NAHAHAHAEEE!", tawanya unik menggelegar, lagi-lagi menepuk bahu Beckett dengan kasar.

"Oiya, namaku Nevaeh Tuareg, salam kenal", ucap wanita itu menyodorkan tangan untuk bersalaman. Beckett menerima dimana jabatannya sangat kuat sampai Beckett bisa merasakan retak.

"Aku Beckett",
"Beckett? Kukira kau wanita?",
"Kalau kau berpikir aku wanita panggil saja Becky",
"Aku menganggapmu manusia. Jadi kupanggil apa?",

Itu juga pertama kalinya.
Ia dianggap manusia.

"Boleh apa saja..."
"Kupanggil kau Beckett. Jadi, apa yang ada di pikiranmu? Apa ini pertama kalinya kamu terlibat dalam perang? Karena pakaianmu cukup mewah", komentar Nevaeh melirik jas rapih Beckett, meskipun agak sobek dan kotor, tetap terlihat mewah.

Love Since Many Gyrs AgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang