"Huuu...huuuu", tangis Vondra dengan air mata terus berlinang, terjatuh ke lantai di sebelah sepatunya.
Saat ini mereka ada di dalam penginapan lagi, dan kali ini kamarnya lebih sempit. Hanya ada kasur untuk satu orang, lemari rusak, penggantung pakaian dan meja rias.
Mengingat orang-orang negeri Malina suka bersolek membuat 2 orang asing itu tidak bisa protes.
Tapi jika ingin protes, Vondra ingin protes kenapa ia harus belajar membaca di malam hari seperti ini.Ia disetrap untuk berdiri sambil membaca buku dongeng si Gadis Poppy. Belum lagi Iordan di depannya memegang lilin sebagai sumber pencahayaan.
"Ayo. Baca saja 1 paragraf", perintah Iordan terdengar tidak mengancam, tapi perintahnya terasa berat bagi Vondra.
"Ok aku baca! Tapi setidaknya turunkan dulu belati itu!", jerit Vondra memohon Iordan untuk meletakan belati tajam yang dihunuskan ke dagunya.Tadi ia menukar pisau itu dengan 10.000 Edels. Kenapa menukar? Karena awalnya wanita itu ingin menjual harga dirinya. Mengingat Iordan sendiri bukan manusia dan tidak memiliki keinginan untuk melakukan hal seperti itu, ia tukar saja dengan belati bertahta batu marmer dan ruby yang tergantung di pinggul wanita itu.
"Belati ini cantik sekali", ucap Iordan seperti puas melihat senjata tajam nan mengkilat itu.
"Cepat baca", lagi-lagi belati itu dihunuskan."Huuu", Vondra mengerjapkan mata guna menumpahkan air matanya, menunduk ke arah buku Si Gadis Poppy.
"P-pada jaman dahulu...a-d-dunia bersu-ki",
"Hah", Iordan mendekatkan belatinya.
"BERSUKA! Bersuka ria!", Vondra cepat-cepat mengoreksi dirinya agar belatinya menjauh.Gadis itu terus membaca paragraf pertama berisi 5 kalimat. Awalnya Vondra takut ditusuk karena beberapa kali ia membuat kesalahan membaca, tapi sepertinya Iordan memberi toleransi atau akan menghukumnya dengan cara lain.
"Gadis itu...terlahir san-gat mung...il, hanya sebesar...bunga poppy. Maka sang ibu y....ang hendak menghembuskan nafas....tera..khir memberinya nama 'Poppy', sebelum ia....benar-bener menghela...untuk terakhir kalinya...", nada Vondra menurun di akhir kalimatnya, bersamaan dengan lilin yang habis dan mati.
Kegelapan menerpa, membutakan pandangan mereka. Keheningan pun terjadi secara singkat.
"Kerja bagus Vondra. Baru 4 hari dan kau sudah bisa membaca 1 paragraf", puji Iordan di kegelapan malam, karena jendelapun tidak ada.
Awalnya hening tidak dijawab.
"Terimakasih tuan...", ucap Vondra lemah dipenuhi keraguan.
BWOSH
Api menerangi kamar sekali lagi. Kali ini sumbernya dari tangan Iordan, dan jaraknya cukup dekat ke wajah Vondra.
Wajah yang dipenuhi kesedihan, dan renungan."Ada sesuatu di pikiranmu", tuduh Iordan di depan Vondra.
Gadis itu terdiam, dengan pandangan yang turun tidak tau bagaimana mengatakannya. Bibir itu sempat mengulum sebelum memutuskan untuk berkata,"Cerita ini...aku baru membacanya 1 paragraf, tapi aku tau apa yang Poppy rasakan", ucap Vondra, kemudian melamun dengan pikirannya lagi.
Monster itu diam, masih membiarkan api di tangannya menyala, melelehkan sebagian dirinya perlahan.
Vondra menoleh dan menatap tuannya, dengan nafas di tahan sesaat, ia bertanya,"Apa aku boleh bercerita tentang diriku?", terdengar seperti pertanyaan polos, tapi cara ia menyampaikannya itu.
Matanya yang berbinar-binar memohon, hidung yang mulai merah karena menyampaikan kesedihannya, dan bibirnya yang bergetar menyampaikan rasa takut kepada tuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Since Many Gyrs Ago
RomanceCerita panjang banget. Abad dimana perbudakan adalah hal yang marak, pembunuhan adalah hal yang biasa, dan perang yang tidak dapat dihindari. Disela kekacauan dunia itu, hadirlah seorang budak berambut pirang bernama Vondra. Ia tidak dijual oleh ora...